Senin, 05 Mei 2014

Mendengarkan Ceramah Secara Efektif



Oleh Ngainun Naim

Jarum jam menunjukkan pukul 19.00 saat saya sampai di rumah. Sejak kemarin saya bersama keluarga ke rumah Tulungagung karena adik mengirim SMS kalau ibu kurang sehat. Alhamdulillah kondisi beliau berangsur membaik. Dua hari di rumah Tulungagung saya manfaatkan betul untuk istirahat setelah sebulan utuh nyaris tanpa istirahat. Bahkan tanggal merah dan hari minggu pun harus bekerja.
 Hari minggu malam, saat saya sampai di rumah, di ujung gang terlihat kumpulan bapak dan ibu yang sedang berjalan menuju masjid. Saya sendiri tidak tahu persis di masjid ada acara apa. Perkiraan saya di masjid dilangsungkan pengajian.
Mendengarkan pengajian (dan juga ceramah) sesungguhnya sangat sering dilakukan. Tetapi ada hal mendasar yang penting untuk direnungkan, yaitu seberapa besar hasil ceramah yang ditangkap untuk kemudian memberikan kemanfaatan kepada kita?
Pertanyaan ini sesungguhnya sudah cukup lama muncul dalam benak saya. Secara tidak sengaja, hari minggu saat di rumah Tulungagung saya menemukan sebuah buku lama karya A.M. Mangunhardjana yang berjudul Teknik Menambah dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan terbitan Kanisius Yogyakarta. Dalam catatan saya, buku ini saya beli pada tanggal 10 November 2002. Berarti sudah lebih dari 11 tahun lalu.
Di buku ini, sesuai dengan judulnya, dimuat berbagai teknik untuk menambah ilmu pengetahuan, salah satunya melalui mendengarkan ceramah. A.M. Mangunhardjana memberikan beberapa tips agar kita bisa memperoleh manfaat semaksimal mungkin saat mendengarkan ceramah. Cara yang paling efektif adalah dengan mencatat.
Untuk membuat catatan ceramah dengan baik, Mangunhardjana memberikan beberapa catatan penting. Pertama, sejak awal kita siap untuk mendengarkan ceramah dan siap dengan catatan di tangan. Kedua, waktu mendengarkan ceramah kita lebih mendengarkan daripada mencatat. Artinya kita mendengar agar kita mengerti isi ceramah dan karena mengerti kita dapat membuat catatan tentang isi ceramah itu. Ketiga, waktu mencatat kita bersikap selektif, tetapi tetap harus mencatat isi ceramah dengan lengkap. Lengkap berarti catata itu merekam; (1) gagasan pokok ceramah; (2) butir-butir kunci berupa penjelasan dan uraian mengenai gagasan-gagasan pokok itu; (3) segala kata, nama, rumusan kalimat khusus, dan fakta yang mendukung penjelasan dan uraian; (4) kesimpulan-kesimpulan pada akhir uraian tentang gagasan-gagasan pokok dan seluruh ceramah. Keempat, untuk menangkap urutan jalannya ceramah, kita memperhatikan kata-kata kunci penghubung yang dipergunakan oleh penceramah.
Di bagian akhir uraiannya, Mangunhardjana menulis beberapa keuntungan mendengarkan ceramah (plus mencatatanya); (1) kita mendapatkan informasi tentang banyak hal yang secara garis dalam waktu singkat; (2) kita mendengarkan pandangan orang yang dianggap menguasai bidang mengenai suatu perkara yang kerap kali hangat dan penting; (3) kita mendapatkan dorongan dan inspirasi untuk mempelajari perkara yang diceramahkan lebih lanjut; (4) kita bertemu dengan banyak orang, berbicara dan bertukar pikiran dengan mereka; dan (5) kita belajar tentang cara pelaksanaan dan urutan acara dalam kegiatan ceramah.
Demikian catatan sederhana ini, semoga ada manfaatnya. Amin.

Trenggalek, 4 Mei 2014
Ngainun Naim
Twitter: @naimmas22
Blog: http://ngainun-naim.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.