Oleh
Ngainun
Naim
Jarum jam menunjukkan pukul 19.00 saat saya sampai di rumah. Sejak kemarin
saya bersama keluarga ke rumah Tulungagung karena adik mengirim SMS kalau ibu
kurang sehat. Alhamdulillah kondisi beliau berangsur membaik. Dua hari di rumah
Tulungagung saya manfaatkan betul untuk istirahat setelah sebulan utuh nyaris
tanpa istirahat. Bahkan tanggal merah dan hari minggu pun harus bekerja.
Hari minggu malam, saat saya sampai
di rumah, di ujung gang terlihat kumpulan bapak dan ibu yang sedang berjalan
menuju masjid. Saya sendiri tidak tahu persis di masjid ada acara apa.
Perkiraan saya di masjid dilangsungkan pengajian.
Mendengarkan pengajian (dan juga ceramah) sesungguhnya sangat sering
dilakukan. Tetapi ada hal mendasar yang penting untuk direnungkan, yaitu
seberapa besar hasil ceramah yang ditangkap untuk kemudian memberikan kemanfaatan
kepada kita?
Pertanyaan ini sesungguhnya sudah cukup lama muncul dalam benak saya.
Secara tidak sengaja, hari minggu saat di rumah Tulungagung saya menemukan
sebuah buku lama karya A.M. Mangunhardjana yang berjudul Teknik Menambah dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan terbitan
Kanisius Yogyakarta. Dalam catatan saya, buku ini saya beli pada tanggal 10
November 2002. Berarti sudah lebih dari 11 tahun lalu.
Di buku ini, sesuai dengan judulnya, dimuat berbagai teknik untuk menambah
ilmu pengetahuan, salah satunya melalui mendengarkan ceramah. A.M.
Mangunhardjana memberikan beberapa tips agar kita bisa memperoleh manfaat
semaksimal mungkin saat mendengarkan ceramah. Cara yang paling efektif adalah
dengan mencatat.
Untuk membuat catatan ceramah dengan baik, Mangunhardjana memberikan
beberapa catatan penting. Pertama, sejak
awal kita siap untuk mendengarkan ceramah dan siap dengan catatan di tangan. Kedua, waktu mendengarkan ceramah kita
lebih mendengarkan daripada mencatat. Artinya kita mendengar agar kita mengerti
isi ceramah dan karena mengerti kita dapat membuat catatan tentang isi ceramah
itu. Ketiga, waktu mencatat kita
bersikap selektif, tetapi tetap harus mencatat isi ceramah dengan lengkap.
Lengkap berarti catata itu merekam; (1) gagasan pokok ceramah; (2) butir-butir
kunci berupa penjelasan dan uraian mengenai gagasan-gagasan pokok itu; (3)
segala kata, nama, rumusan kalimat khusus, dan fakta yang mendukung penjelasan
dan uraian; (4) kesimpulan-kesimpulan pada akhir uraian tentang gagasan-gagasan
pokok dan seluruh ceramah. Keempat, untuk
menangkap urutan jalannya ceramah, kita memperhatikan kata-kata kunci
penghubung yang dipergunakan oleh penceramah.
Di bagian akhir uraiannya, Mangunhardjana menulis beberapa keuntungan
mendengarkan ceramah (plus mencatatanya); (1) kita mendapatkan informasi
tentang banyak hal yang secara garis dalam waktu singkat; (2) kita mendengarkan
pandangan orang yang dianggap menguasai bidang mengenai suatu perkara yang
kerap kali hangat dan penting; (3) kita mendapatkan dorongan dan inspirasi
untuk mempelajari perkara yang diceramahkan lebih lanjut; (4) kita bertemu
dengan banyak orang, berbicara dan bertukar pikiran dengan mereka; dan (5) kita
belajar tentang cara pelaksanaan dan urutan acara dalam kegiatan ceramah.
Demikian catatan sederhana ini, semoga ada manfaatnya. Amin.
Trenggalek, 4 Mei 2014
Ngainun Naim
Twitter: @naimmas22
Blog: http://ngainun-naim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.