Oleh Ngainun
Naim
Bus yang menjadi kendaraan rutin saat mengantarkan ke tempat kerja mulai
melaju pelan. Penumpangnya tidak terlalu penuh. Beberapa orang merupakan
penumpang tetap. Mereka adalah para ”penglaju”. Istilah penglaju sesungguhnya
merupakan istilah yang umum dikenal dalam dunia transportasi dan mobilitas
sosial. Saya menemukan istilah ini secara ilmiah pada buku yang ditulis oleh
Prof. Dr. Mudji Rahardjo yang sekarang ini menjadi Rektor UIN Maliki Malang.
Buku tersebut awalnya tesis beliau dalam bidang sosiologi.
Penglaju—saya termasuk di dalamnya—adalah orang yang bekerja di tempat yang
jauh dari tempat tinggalnya. Untuk itu, mereka biasanya menjadi pelanggan setia
transportasi umum. Pengalaman saya menjadi penglaju menemukan bahwa ada
penglaju yang tempat bekerjanya di kisaran 30 KM dan banyak juga yang lebih
jauh lagi. Bahkan seorang ibu yang sering satu kendaraan bercerita kalau setiap
hari beliau menempuh perjalanan pulang pergi sejauh hampir 200 KM.
Dinamika kehidupan penglaju sesungguhnya sangat menarik. Bahkan di bus saat
sesama penglaju bertemu, tercipta komunitas sosial tersendiri. Ada dialog,
tukar pikiran, dan interaksi dinamis.
Rabo pagi saat saya sedang di bus, terdengar percakapan menarik di antara
sesama pengalaju. Mereka saya kenal walaupun tidak terlalu akrab. Substansi
pembicaraan mereka adalah tentang kemampuan mengoperasikan komputer. Salah seorang
bercerita panjang lebar (lebih tepatnya mengeluh) mengenai suasana kerja di
kantornya. Ia menuturkan bahwa dari 18 karyawan di unitnya, hanya enam orang
yang bisa mengoperasikan komputer. Sementara yang lainnya tidak bisa. Kondisi ini
membawa dampak yang besar terhadap kinerja di kantornya. Karena hanya sedikit
yang bisa mengoperasikan komputer akibatnya beban kerja hanya bertumpu pada
ke-6 orang tersebut. sementara 12 orang lainnya, walaupun jabatan dan
pangkatnya lebih tinggi, karena tidak menguasai komputer maka kinerjanya
cenderung lambat.
Komputer sesungguhnya menjadi kebutuhan bagi masyarakat sekarang ini. Di zaman
yang serba canggih ini menguasai komputer menjadi sebuah keharusan. Jika sampai
tidak bisa mengoperasikan komputer, wajar jika ada yang bilang, ”Hari gini
tidak bisa komputer? Apa kata dunia?”.
Tulungagung, 1 Mei 2014
Ngainun Naim
twitter: @naimmas22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.