Oleh Ngainun
Naim
Salah satu metode yang saya pakai saat mengajar adalah menugaskan mahasiswa
untuk membaca buku lalu membuat review. Metode ini, sejauh yang saya amati,
bisa ’memaksa’ mahasiswa untuk mau membaca. Berdasarkan pengamatan, membaca
tampaknya belum menjadi budaya yang kokoh. Sesungguhnya ini merupakan hal aneh
karena aktivitas dan kegiatan mahasiswa mau tidak mau juga bersentuhan dengan
dunia buku. Jika mahasiswa tidak rajin membaca buku, kuliahnya tidak akan
berjalan lancar.
Buku yang kemarin diulas dalam perkuliahan adalah sebuah buku menarik karya
Satria Nova terbitan Quanta Jakarta 2014. Sampul buku yang menarik menjadi
pemikat awal untuk masuk, menelisik, membaca, dan mencermati bagian per bagian
dari buku ini. Uraian yang sederhana dan mengalir membuat buku ini memiliki
daya tarik yang kuat untuk dinikmati.
Ada banyak hal yang diulas dalam buku ini. Tentu saja tulisan ini tidak
akan mengulas semuanya. Saya hanya akan mengulas beberapa aspek pokok buku
tersebut berdasarkan analisis dan uraian mahasiswa saya yang mengulas buku
tersebut.
Salah satu aspek yang diulas buku karya Satria Nova tersebut adalah
perbuatan manusia yang bisa mengantarkan seseorang masuk surga lewat pintu
belakang. Menurut Satria Nova, ada beberapa perbuatan yang bisa mengantarkan
untuk masuk surga. Pertama, berbuat
kebaikan meski dinilai oleh orang lain hanya sebagai sebuah perbuatan sepele
atau kecil. Ukuran kebaikan sesungguhnya bukan pada besar atau kecilnya, tetapi
pada kemauan untuk menjalankannya. Sekali pun perbuatan itu kecil kalau
dilakukan dengan tulus ikhlas, maka besar kemungkinkan bisa memberikan manfaat bagi
pelakunya. Atas rahmat Allah, sangat mungkin hal tersebut bisa menjadi ’sarana’
yang mengantarkan untuk masuk surga.
Kedua, meletakkan kehendak Allah selain pada hukum sebab akibat.
Biasanya manusia hanya memandang sebuah kasus pada perhitungan sebab akibat
saja. Sebagai seorang Muslim, ada aspek penting yang seharusnya ditanamkan,
yaitu kehendak Allah. Kehendak Allah menjadikan segala hal menjadi mungkin
walaupun menurut logika tidak mungkin.
Ketiga, tidak perlu harus menjadi orang hebat dulu untuk berbuat
baik. Untuk menginspirasi banyak orang tidak perlu menjadi orang hebat terlebih
dahulu. Inspirasi bisa muncul dari hal-hal kecil dan sederhana. Demikian juga
dengan kebaikan. Kebaikan harus segera dilakukan tanpa menunggu menjadi orang
hebat dan terkenal. Menyingkirkan duri di jalan, menyapa sesama, dan menebar
senyum adalah contoh tentang kebaikan kecil yang dapat kita sebarkan. Ada
kutipan menarik dari buku tersebut yang penting untuk direnungkan: ”Kebiasaan
pertama orang-orang yang efektif adalah pro aktif”.
Keempat, tidak mengulur perbuatan baik. Kebaikan sebisa mungkin
segera dilakukan, jangan sampai menunda-menunda. Jika ini dilakukan secara
terus-menerus maka akan menjadi kebiasaan baik yang terus tertanam dalam diri.
Kelima, tidak hanya memandang orang lain dengan satu sudut
pandang saja. Cara pandang yang lebih komprehensif akan membuat kita menilai
orang lain secara lebih objektif. Cara semacam ini membuat kita tidak mudah
terjatuh menghakimi orang lain karena sangat mungkin kita sendiri tidak lebih
baik dibandingkan dengan orang lain.
Keenam,
siap
untuk dinilai oleh orang lain. Menilai orang lain itu pekerjaan yang mudah
karena memang salah satu nilai lebih kita itu memang mudah menilai. Tetapi bagaimana jika kita yang dinilai? Di sini yang
sering menjadi persoalan. Kita umumnya siap menilai tetapi belum tentu siap
untuk dinilai. Kadang kita uring-uringan atau tidak suka saat orang menilai
kita. Buku Satria Nova ini mengajarkan kepada kita agar siap menerima jika
orang lain menilai kita. Justru melalui penilaian orang lain itulah kita bisa
instropeksi diri. Melalui penilaian tersebut kita bisa menjadikannya sebagai
titik pijak untuk melakukan perbaikan diri. Cara semacam inilah yang akan mengantarkan
kita menjadi pribadi yang terus mengalami pengembangan diri ke arah kebaikan.
Ada banyak lagi hal menarik yang diulas. Catatan ini setidaknya dapat
menjadi pendorong awal bagi Anda untuk membaca sendiri buku tersebut. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.