Jumat, 25 April 2014

Jalan-jalan Kebaikan



Oleh Ngainun Naim

Salah satu metode yang saya pakai saat mengajar adalah menugaskan mahasiswa untuk membaca buku lalu membuat review. Metode ini, sejauh yang saya amati, bisa ’memaksa’ mahasiswa untuk mau membaca. Berdasarkan pengamatan, membaca tampaknya belum menjadi budaya yang kokoh. Sesungguhnya ini merupakan hal aneh karena aktivitas dan kegiatan mahasiswa mau tidak mau juga bersentuhan dengan dunia buku. Jika mahasiswa tidak rajin membaca buku, kuliahnya tidak akan berjalan lancar.
Buku yang kemarin diulas dalam perkuliahan adalah sebuah buku menarik karya Satria Nova terbitan Quanta Jakarta 2014. Sampul buku yang menarik menjadi pemikat awal untuk masuk, menelisik, membaca, dan mencermati bagian per bagian dari buku ini. Uraian yang sederhana dan mengalir membuat buku ini memiliki daya tarik yang kuat untuk dinikmati.
Ada banyak hal yang diulas dalam buku ini. Tentu saja tulisan ini tidak akan mengulas semuanya. Saya hanya akan mengulas beberapa aspek pokok buku tersebut berdasarkan analisis dan uraian mahasiswa saya yang mengulas buku tersebut.
Salah satu aspek yang diulas buku karya Satria Nova tersebut adalah perbuatan manusia yang bisa mengantarkan seseorang masuk surga lewat pintu belakang. Menurut Satria Nova, ada beberapa perbuatan yang bisa mengantarkan untuk masuk surga. Pertama, berbuat kebaikan meski dinilai oleh orang lain hanya sebagai sebuah perbuatan sepele atau kecil. Ukuran kebaikan sesungguhnya bukan pada besar atau kecilnya, tetapi pada kemauan untuk menjalankannya. Sekali pun perbuatan itu kecil kalau dilakukan dengan tulus ikhlas, maka besar kemungkinkan bisa memberikan manfaat bagi pelakunya. Atas rahmat Allah, sangat mungkin hal tersebut bisa menjadi ’sarana’ yang mengantarkan untuk masuk surga.
Kedua, meletakkan kehendak Allah selain pada hukum sebab akibat. Biasanya manusia hanya memandang sebuah kasus pada perhitungan sebab akibat saja. Sebagai seorang Muslim, ada aspek penting yang seharusnya ditanamkan, yaitu kehendak Allah. Kehendak Allah menjadikan segala hal menjadi mungkin walaupun menurut logika tidak mungkin.
Ketiga, tidak perlu harus menjadi orang hebat dulu untuk berbuat baik. Untuk menginspirasi banyak orang tidak perlu menjadi orang hebat terlebih dahulu. Inspirasi bisa muncul dari hal-hal kecil dan sederhana. Demikian juga dengan kebaikan. Kebaikan harus segera dilakukan tanpa menunggu menjadi orang hebat dan terkenal. Menyingkirkan duri di jalan, menyapa sesama, dan menebar senyum adalah contoh tentang kebaikan kecil yang dapat kita sebarkan. Ada kutipan menarik dari buku tersebut yang penting untuk direnungkan: ”Kebiasaan pertama orang-orang yang efektif adalah pro aktif”.
Keempat, tidak mengulur perbuatan baik. Kebaikan sebisa mungkin segera dilakukan, jangan sampai menunda-menunda. Jika ini dilakukan secara terus-menerus maka akan menjadi kebiasaan baik yang terus tertanam dalam diri.
Kelima, tidak hanya memandang orang lain dengan satu sudut pandang saja. Cara pandang yang lebih komprehensif akan membuat kita menilai orang lain secara lebih objektif. Cara semacam ini membuat kita tidak mudah terjatuh menghakimi orang lain karena sangat mungkin kita sendiri tidak lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
Keenam, siap untuk dinilai oleh orang lain. Menilai orang lain itu pekerjaan yang mudah karena memang salah satu nilai lebih kita itu memang mudah menilai. Tetapi bagaimana jika kita yang dinilai? Di sini yang sering menjadi persoalan. Kita umumnya siap menilai tetapi belum tentu siap untuk dinilai. Kadang kita uring-uringan atau tidak suka saat orang menilai kita. Buku Satria Nova ini mengajarkan kepada kita agar siap menerima jika orang lain menilai kita. Justru melalui penilaian orang lain itulah kita bisa instropeksi diri. Melalui penilaian tersebut kita bisa menjadikannya sebagai titik pijak untuk melakukan perbaikan diri. Cara semacam inilah yang akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang terus mengalami pengembangan diri ke arah kebaikan. 

Ada banyak lagi hal menarik yang diulas. Catatan ini setidaknya dapat menjadi pendorong awal bagi Anda untuk membaca sendiri buku tersebut. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.