Buku Catatan

Oleh Ngainun Naim

Barangkali di dunia ini belum ada manusia dengan jumlah temuan dan hak paten sebanyak Thomas Alva Edison. Saya mohon maaf jika salah. Bagaimana Edison bisa menghasilkan temuan demi temuan sepanjang hidupnya? Tentu ada banyak aspek yang membuat Edison memiliki ide demi ide seolah tidak ada habisnya.

Saya hanya ingin menyebut satu hal yang bagi saya sangat menarik, yaitu buku catatan. Edison dikenal sebagai pencatat yang sangat rajin. Segala hal yang dianggap penting ia tuangkan dalam buku catatannya, mulai dari ide-ide besarnya, kutipan buku, renungan, dan segala hal yang penting lainnya. Catatan-catatan ini sangat berguna bagi eksperimen yang ia kembangkan. Ketika wafat, di laboratoriumnya ditemukan buku catatan tidak kurang dari empat ribu buah.

Coba Anda bayangkan, empat ribu buah jelas bukan jumlah yang sedikit. Saya bahkan menyebutnya sangat banyak. Bisa jadi Edison sudah termasuk penggila catatan. Justru karena gila mencatat inilah, Edison menorehkan prestasi spektakuler.

Makna penting mencatat sesungguhnya sangat besar. Imam Ali bin Abi Thalib jauh-jauh hari sudah mengingatkan agar 'Ikatlah ilmu dengan menuliskannya'. Pertanyaannya, mencatat apakah sudah menjadi kebiasaan Anda?

Jika Anda belum terbiasa membuat catatan, nasihat Francis Bacon penting untuk Anda ikuti. Kata Bacon, "Orang sebaiknya membawa pensil di sakunya dan menulis pemikiran-pemikirannya saat itu juga. Pemikiran yang datang spontan sangat bernilai dan harua segera disimpan supaya tidak hilang".

Di zaman serba canggih ini, pensil bisa bermetamorfosis menjadi hp, ipad, komputer, dan lain-lainnya. Mencatat dapat dengan mudah dilakukan untuk berbagai kepentingan. Jika Anda memiliki tradisi mencatat secara baik, saya yakin ada banyak manfaat yang bisa diperoleh. Kata The Liang Gie, "Ingatan bisa lupa, catatan yang mengingatkannya".

Jadi, mari biasakan membuat catatan dan rasakan manfaatnya. Salam.

Sambidoplang, 16/3/2014
Ngainun Naim