Senin, 24 Februari 2014

Jaga Mulut



Oleh Ngainun Naim

Mulut itu sumber banyak hal dalam hidup ini, baik positif maupun negatif. Komunikasi, makan, menyanyi, dan masih banyak hal lain lagi dalam hidup ini yang dilakukan oleh mulut. Karena itu, mulut harus 'dikelola' secara baik agar memberi dampak positif dalam hidup ini.
Saya bukan orang yg mampu menjaga mulut dengan baik. Kalau sudah berbicara, rasanya ada saja hal-hal yg lepas kontrol. Ingin rasanya mulut ini dipenuhi kebajikan, tetapi selalu saja tidak sepenuhnya berhasil. Saya sesungguhnya sadar akan pentingnya jaga mulut, tapi seringkali saya celometan atau mengucapkan sesuatu yg membuat teman tersinggung. Padahal sungguh, saya tidak bermaksud menyinggung mereka. Karena itu, dengan ketulusan hati saya meminta maaf atas segala hal yg kurang membuat perkenan beberapa teman.
Oh ya, ternyata jaga mulut itu juga menjadi kunci kesehatan. Mungkin Anda membayangkannya sebagai kesehatan jiwa. Bisa saja begitu, tetapi yg saya maksudkan adalah kesehatan fisik badani. Orang yg mampu menjaga mulutnya secara baik punya potensi lebih sehat dibandingkan dari yg tidak. Dalam hal ini, jaga mulut yg saya maksudkan adalah jaga mulut dalam hal makanan.
Saya teringat dua hari lalu membaca koran Kompas bahwa Dr. Harry Tjan Silalahi, seorang pendiri CSIS, baru saja merayakan ulang tahunnya yg ke-80. Padahal, sejak usia 24 tahun beliau menderita diabetes. Beliau menjaga betul makanan yg masukk ke mulutnya sehingga secara umum kesehatannya tetap baik hingga usia 80 tahun. Padahal, diabetes adalah penyakit yg tdk ringan.
Saya juga teringat seorang tetangga yg sampai menjelang wafat di usia sangat sepuh tetap kuat ingatannya. Salah satu kuncinya adalah menjaga diri dari makan daging. Beliau vegetarian. Seumur hidup nyaris hanya makan tahu tempe.
Makanan ternyata menjadi salah satu kunci kesehatan. Tapi kalau sudah berhadapan dg makanan enak, memang berat sekali menjaga mulut. Rasanya pingin dihabiskan semuanya. Jika sekarang banyak orang sakit ternyata salah satu penyebabnya adalah makanan.
Catatan ini hanya refleksi pribadi saya untuk hidup lebih baik. Mohon maaf jika ada yg kurang berkenan.

Trenggalek, 15/2/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.