Selasa, 25 Februari 2014

Rabuk Jiwa



Jejaring sosial (fb, blog, twitter, google+) adalah media tempat saya seringkali menyebarluaskan catatan-catatan ringan tentang berbagai hal. Kadang saya menulis tentang sosial, agama, budaya, dan--ini yang cukup sering--dunia membaca dan menulis. Sesungguhnya tidak selalu mudah bagi saya untuk istiqamah menulis catatan semacam ini. Ada saja godaannya. Secara umum hambatan yang ada bisa diatasi sehingga catatan demi catatan bisa hadir (hampir) setiap hari.


Mengapa menulis hal semacam ini di jejaring sosial? Ini pertanyaan dasar yang seringkali terungkap secara tidak langsung dari beberapa teman yang kurang memanfaatkan jejaring sosial. Saya tidak akan menjelaskan semua argumen saya. Terlalu banyak dan bisa menjadi catatan tersendiri. Tulisan ini hanya akan membahas satu hal saja, yaitu rabuk jiwa.
 

Terus terang saya merasa bahagia jika catatan-catatan ringan yang saya buat menginspirasi teman-teman sekalian. Inspirasi tersebut syukur-syukur kemudian mendorong teman-teman untuk melakukan kebajikan. Saat saya menulis tentang "Jaga Diri", ada keinginan kuat dari diri saya sendiri dan teman-teman sekalian untuk menjalankannya. Demikian juga saat saya menulis tema-tema yang lainnya, termasuk tema membaca dan menulis.

Saya senang sekali mengamati beberapa teman telah menulis catatan yang sangat bagus. Catatan mereka sangat potensial. Jika mereka istiqamah, sangat mungkin mereka mampu menghasilkan buku yang bermutu. Saya berdoa agar semakin banyak teman yang terinspirasi untuk membuat catatan di jejaring sosial.

Kebahagiaan yang muncul saat mendapatkan inspirasi, memperoleh manfaat, atau tercerahkan setelah membaca catatan-catatan sederhana yang saya buat disebut rabuk jiwa. Istilah rabuk jiwa baru saja saya temukan di buku Teguh Iman Perdana yang judulnya "Penyegar Jiwa". Di buku tersebut ditulis bahwa semua hal yang kita lontarkan--termasuk melalui tulisan semacam ini--yang mengandung manfaat akan memperkaya jiwa. Kekayaan jiwa tidak selalu berkaitan dengan materi. Ia bisa berupa respon, manfaat, dan hal-hal lain yang membuat kita bahagia.

Inilah salah satu alasan mengapa saya selalu berusaha membuat catatan.
Salam.

Trenggalek, 21/2/2014
Ngainun Naim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.