Kamis, 20 Februari 2014

Gunung Meletus dan Kebahagiaan Anakku



Oleh Ngainun Naim

Semua tahu Kelud memuntahkan lahar. Aku sendiri baru tahu sekitar jam 3 pagi. Kuintip dari jendela kamar terlihat halaman rumah putih tertutup debu vulkanik. Baru saat salat subuh di musholla kulihat dg jelas tumpukan debu sekitar satu sentimeter.
Sekitar jam 5 aku membangunkan anakku. Kubisikkan kalau ada gunung meletus. Ia yg biasanya agak sulit bangun segera membuka mata. Lalu kutuntun ke teras. Mamanya sudah mengamati halaman yg penuh debu. Si kecil duduk di samping mamanya dan segera berceloteh, tanya ini itu, dan terus saja bercerita. Beberapa saat kemudian kuhampiri, kuajak wudhu lalu salat. 
Usai salat ia kembali ke teras, lalu lari ke loteng. Kemudian ia tanya bagaimana sekolahnya. Mamanya memanggil dan segera memberitahu kalau sekolah libur. 'Alhamdulillah', ucapnya. Kulihat rona bahagia di wajahnya. Ah, anak2 memang mengesankan. Bencana pun masih memberinya kebahagiaan karena sekolahnya libur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.