Kamis, 13 Februari 2014

Bukan Alat Tapi Niat



Oleh Ngainun Naim

Ini kisah sederhana beberapa tahun lalu. Ceritanya saya ditunjuk menjadi dosen pembimbing skripsi seorang mhsw. Tapi sudah sebulan lebih sejak konsultasi awal kok tdk ada kabarnya. Tidak ada pilihan selain saya kirimi SMS utk ketemu saya.
Dia datang dg wajah lesu. "Bagaimana skripsimu?", tanya saya. Panjang lebar dia bercerita ttg persoalan yg menghambat prosesnya menulis skripsi. Saya menyimpulkan bhw pokok persoalannya adalah komputer. Jadi menurut mhsw tersebut, belum memiliki komputer menjadi penyebab lambatnya proses pengerjaan skripsi.
Saya mengajaknya diskusi tentang bagaimana caranya agar dia memiliki komputer karena menurut dia, inilah kunci penyelesaian skripsinya. Dari berbagai alternatif yg ada, dia memutuskan membeli komputer secara kredit.
Beberapa hari sesudahnya dia SMS kalau sudah memiliki komputer. Saya ikut senang dan mendorongnya untuk segera menuntaskan penelitian dan laporan skripsinya mengingat waktu yang terbatas.
Sudah lebih sebulan sejak memiliki komputer kok tidak ada kabar lagi. Saya pun mengirimi pesan agar dia datang ke ruang saya. Kali ini wajahnya kembali lesu. Saya tanya ada persoalan apalagi yang menghambat penulisan skripsinya mengingat dia sudah memiliki komputer.
"Itulah pak persoalannya. Ternyata memiliki komputer tidak menjamin skripsi selesai", katanya. Saya tersenyum. Saya dengarkan seluruh keluh kesahnya. Setelah dirasa cukup, saya beri dia saran tentang strategi yang harus dia lakukan agar skripsinya selesai.
Intinya saya katakan bahwa komputer itu 'alat', bukan 'tujuan'. Sebagai alat, ia hanya mempermudah. Kuncinya tetap pada niat dan motivasi kita. Punya alat secanggih apa pun dan semahal apa pun tidak akan menjamin skripsi (buku dan semua jenis tulisan lainnya) selesai. Tetapi kalau memiliki niat yg sangat kuat, tidak bisa dan tidak punya komputer pun dapat terus berkarya secara produktif. Mengetik itu soal teknis. Itu bisa selesai di tangan rental. Bahkan banyak penulis produktif sampai hari ini yg menghasilkan puluhan karya hanya dengan ditulis tangan.
Saya lihat dia memahami penjelasan saya. Saya tidak ingat persis bagaimana perkembangan selanjutnya. Seingat saya pada akhirnya dia lulus walaupun agak terlambat. Salam. Semoga catatan sederhana di pagi buta ini ada manfaatnya. Amin.


Trenggalek, 12 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.