Senin, 20 Januari 2014

Tulisanku Ternyata Ada yang Membaca



Oleh Ngainun Naim

Menulis telah menjadi bagian yang tidak terpisah dari aktivitasku sehari-hari. Di tengah himpitan pekerjaan, aku selalu berjuang untuk menyisihkan waktu agar bisa menuangkan ide dan gagasan yang menggumpal dalam otak. Sebuah tulisan kadang lahir melalui berbagai kesempatan. Kadang juga hanya dengan sekali duduk. Tetapi yang paling mendasar, aku sangat bersyukur dianugerahi Allah kemampuan menulis. Wujud syukurku, salah satunya, adalah dengan mengasah kemampuan ini sesering mungkin.
Menekuni dunia menulis telah memberiku banyak pengalaman hidup yang berharga. Catatan dan artikel yang aku tulis jumlahnya sudah ratusan. Dan dari tulisan yang kubuat, baik dalam bentuk buku atau bentuk yang lainnya, aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa manakala ada yang meresponnya. Tidak selalu respon positif karena ada juga yang mengkritiknya. Semuanya aku terima sebagai bagian dari proses memperkaya jiwa.
Secara personal harus aku akui bahwa aku bahagia manakala tulisanku dibaca oleh banyak orang. Tulisanku di www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi misalnya, ada yang pernah masuk kategori trending article sehingga lebih dari 400 orang. Memang ini jumlah yang sedikit dibandingkan dengan artikel teman-teman penulis di Kompasiana yang artikelnya dibaca ribuan, bahkan ratusan ribu orang. Tetapi aku bersyukur dengan apa yang telah aku capai. Bahkan sesungguhnya targetku sederhana, yaitu tulisanku pasti ada yang membaca, minimal diriku sendiri. Soal siapa yang membaca selain diriku, itu di luar targetku. Biarlah semua mengalir secara natural.
Selain dalam hitungan angka, bukti bahwa tulisanku ada yang membaca adalah komentar-komentar yang masuk. Bagiku, adanya komentar menunjukkan bahwa mereka memberikan perhatian. Persoalan membacanya sambil lalu atau membaca dengan serius, itu tidak masuk dalam perhitunganku.
Aku lebih bahagia lagi manakala tulisanku mampu ’menggerakkan’. Maksudnya, setelah membaca tulisanku, ada keinginan melakukan transformasi diri dari pembaca. Misalnya, seorang pembaca dengan penuh semangat menulis bahwa dia berjuang mati-matian untuk belajar menuangkan ide dalam bentuk tulisan setelah membaca tulisanku. Ada juga yang bertekad untuk membangun langkah hidup baru yang lebih baik lagi. Berbagai bentuk respon tersebut menunjukkan bahwa tulisanku masih ada yang membaca.
Bagaimana jika tulisanku tidak ada yang membaca? Tidak apa-apa. Namun demikian saya akan bertekad untuk terus menulis. Tugas utama penulis adalah menulis. Persoalan ada yang membaca atau tidak, itu bukan urusan penulis, tetapi berkaitan dengan banyak faktor. Mohon doanya agar semangat menulis ini dapat selalu terawat dengan baik. Salam!

Trenggalek, 17 Januari 2014
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.