Kamis, 09 Januari 2014

Tentang Menulis Catatan Setiap Hari



Oleh Ngainun Naim

Menulis setiap hari untuk kemudian ditampilkan di jejaring sosial—facebook, twitter, blog—jelas bukan pekerjaan ringan. Semenjak saya bertekad menulis sehari satu artikel, saya benar-benar harus berjuang untuk mewujudkannya. Godaannya jelas ada. Kadang rasa malas, kadang kondisi fisik yang capek, kadang waktu yang tidak bisa kompromi, dan berbagai alasan lainnya.
Tetapi jika mengingat berbagai tulisan yang saya buat agar tidak mudah mengeluh, harus bersyukur, harus berjuang, dan berbagai energi positif lainnya, saya pun berusaha untuk menepis berbagai godaan yang ada. Mengeluh, sebagaimana beberapa kali saya tulis, jelas tidak banyak memberikan manfaat. Daripada mengeluh, lebih baik saya berjuang dengan menulis. Mengeluh tidak memberikan manfaat apa pun kepada saya.
Bersyukur? Ya, karunia Allah yang diberikan kepada saya sangat-sangat banyak dan tidak terhitung. Bahkan jika pun saya harus menghitungnya, jelas saya tidak mampu menghitungnya. Karena itu, bersyukur harus terus-menerus saya lakukan sebagai manifestasi kehambaan saya kepada Allah. Salah satu wujud karunia Allah yang harus saya syukuri adalah karunia menulis.
Menulis memang tidak mudah. Setidaknya itu pengalaman saya pribadi dan juga pendapat beberapa orang yang pernah saya temui. Pada kerangka inilah, saya pernah membuat sebuah catatan bahwa ”Penulis Itu Makhluk Langka”. Justru karena itulah saya harus mensyukuri anugerah Allah karena bisa menulis. Dan wujud syukur saya adalah dengan menulis dan membagikannya kepada masyarakat luas. Jadi, menulis merupakan manifestasi rasa syukur saya.
Menulis itu juga perjuangan. Banyak yang berpendapat bahwa menulis itu membutuhkan waktu yang tenang, khusus, dan sedang tidak sibuk. Jika rumus ini dipakai, barangkali saya akan sangat jarang menghasilkan tulisan. Lima hari dalam seminggu saya harus pergi ke kantor. Berangkat dari rumah jam 6 pagi dan sampai di rumah setelah magrib. Hari sabtu dan minggu biasanya saya pakai untuk kegiatan keluarga, sehingga nyaris tidak ada waktu khusus untuk menulis.
Tetapi karena menulis itu merupakan hobi, saya selalu berusaha menyempatkan menghasilkan tulisan, walaupun mungkin hanya satu paragraf. Catatan ini, misalnya, saya buat beberapa kali. Pertama saya buat setelah shalat subuh. Menulis harus saya hentikan karena saya harus berangkat ke kantor. Di kantor, kebetulan ada waktu senggang. Kesempatan ini segera saya manfaatkan untuk menulis. Begitulah, sebuah tulisan lahir melalui beberapa momentum dan tidak dalam satu kesempatan.
Aspek penting yang saya ingin bagikan adalah energi positif. Tulisan-tulisan yang saya buat saya niatkan sebagai sarana untuk memberikan manfaat kepada diri saya dan juga kepada sesama. Semoga melalui cara semacam ini hidup saya bermanfaat dan barakah. Amin.

Tulungagung, 8 Desember 2014
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.