Rabu, 08 Januari 2014

Integrasi Tarekat dalam Kehidupan Orang Jawa



Judul Buku: Tarekat Petani, Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal
Penulis: Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.
Penerbit: LKiS Yogyakarta
Edisi: 2013
Tebal: xiii+235 halaman
 
Buku karya Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.

Dunia tarekat di Indonesia adalah dunia unik. Ada karakteristik yang khas yang menjadi penanda komunitas penganut tarekat, yaitu pada aspek ibadah. Orang yang memasuki tarekat menjadikan ibadah sebagai bagian yang tidak terpisah dari aktivitas hidup kesehariannya. Orientasi keberagamaan penganut tarekat adalah dimensi esoterik. Bagi kaum tarekat, ibadah dalam berbagai bentuknya merupakan aspek penting yang menandai keberislaman mereka.
Memasuki dunia tarekat bukan berarti menjadi manusia yang tidak memiliki kepedulian terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Masuk menjadi anggota tarekat bukan berarti harus menjadi anggota masyarakat yang eksklusif. Tarekat dan kehidupan sosial kemasyarakatan berlangsung saling mendukung. Jika ada kegiatan masyarakat penting, kegiatan tarekat bisa ditangguhkan. Demikian juga, spirit kehidupan sosial kemasyarakatan para anggota tarekat dipengaruhi oleh ajaran tarekat.
Karena itulah, dunia tarekat selalu menjadi bidang penelitian yang menarik. Selalu saja ada ruang-ruang yang terbuka untuk dimasuki secara baik. Kaum tarekat dan dunia kehidupan sehari-hari menjadi bidang garapan sederhana tetapi menarik untuk ditelaah secara lebih mendalam.
Buku ini merupakan penelitian serius Prof. Dr. H. Nur Syam terhadap Tarekat Syattariyah di Desa Kuanyar Mayong Jepara. Penelitian ini menarik karena berbagai hal. Pertama, penggunaan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi sesungguhnya cukup sering digunakan dalam penelitian semacam ini. Tetapi saat diaplikasikan dalam penelitian, sebagaimana terbaca dalam buku ini, ada banyak hal yang secara natural ditemukan. Berbagai prasangka dan dugaan terhadap kaum tarekat tertepis oleh penelitian ini.
Kedua, objek penelitian ini adalah ”dunia sehari-hari”, sebuah fenomena yang acapkali kurang diperhatikan. Berbagai penelitian terhadap dunia tarekat biasanya mengambil sisi ”besar”, misalnya relasinya dengan dunia politik, ekonomi, budaya, dan kekuasaan. Penelitian justru mengambil hal sederhana dan membumi: kehidupan sehari-hari penganut tarekat.
Ketiga, pola penelitian antropologi semacam ini sarat dengan berbagai fakta mengejutkan. Bahasa sederhana dan apa adanya membuat laporan penelitian ini menarik dan tidak berat dibaca. Membaca laporan penelitian ini seperti membaca ”orang bercerita”: enak, ringan, dan menarik.
Penelitian Nur Syam terhadap penganut Tarekat Syattariyah di Kuanyar Mayong Jepara menunjukkan bahwa orang Jawa sesungguhnya tidak menolak perubahan. Perubahan disadari sebagai realitas yang tidak mungkin untuk dihindari, tetapi perubahan yang mereka terima adalah perubahan yang berlangsung secara perlahan.
Bagi orang Jawa yang menganut tarekat, sebagaimana objek penelitian Nur Syam, kehidupan sehari-hari mereka sesungguhnya merupakan perpaduan antara filosofi Jawa dan ajaran tarekat. Konsepsi utama orang Jawa adalah slamet. Orang yang mengamalkan konsepsi slamet maka kehidupannya akan terhindar dari berbagai keonaran, ketidaknyamanan, dan ketidakstabilan. Mereka yang menganut tarekat juga sangat menyadari akan hal ini. Itulah sebabnya penganut tarekat menyatu dengan budaya Jawa. Penelitian Nur Syam bahkan menunjukkan jika ada perbenturan antara kegiatan tarekat dengan kegiatan masyarakat, penganut tarekat lebih mengutamakan kegiatan masyarakat.
Slametan  yang menjadi tradisi orang Islam Jawa sesungguhnya merupakan manifestasi dua entitas: Jawa dan Tarekat, sekaligus sebagai jawaban atas kepentingan makrokosmos dan mikrokosmos. Di dalamnya tidak hanya sebagai ritual tetapi juga sebagai media membangun harmoni sosial.
Penelitian dengan pendekatan fenomenologis yang dilakukan oleh Nur Syam ini menemukan fakta menarik: penganut tarekat bukan komunitas eksklusif. Menjadi penganut tarekat tidak membuat mereka terpisah dari kehidupan sosial kemasyarakatan. Bahkan sebagian besar dari mereka adalah aktivis sosial. Aspek yang menjadi titik pembeda adalah sisi kehidupan spiritualnya. Pendekatan fenomenologis mampu menghadirkan sesuatu yang bercorak maknawi dari pandangan kaum tarekat sendiri.
Dalam menjalani kehidupan, penganut tarekat menggunakan pattern for behavior sebagaimana tafsiran guru mursyidnya sehingga apa yang dilakukan di dalam beribadah dan juga tindakan sosial lainnya juga merupakan manifestasi dari tafsir ajaran agama guru mursyidnya tersebut.
Sisi menarik penelitian yang dibukukan ini adalah dunia tarekat tidak selalu identik dengan dunia orang tua. Usia muda bukan halangan untuk masuk tarekat karena justru akan mampu mengendalikan dirinya. Inti ajaran tarekat yang sesungguhnya adalah sistematisasi wirid. Melalui tata cara wirid yang benar maka dunia hakikat itu akan terkuak dengan sendirinya. Orang yang sudah memiliki kunci untuk membuka tabir itu adalah yang syariatnya baik dan telah memasuki dunia hakikat secara memadai.
Kesimpulan penelitian ini yang menarik adalah ditemukannya konsep baru dalam belantara kajian tarekat dan masyarakat, yaitu ”dunia akal sehat kaum tarekat”. Konsep ini memberikan gambaran bahwa dunia kaum tarekat tidaklah sebagaimana  tudingan kaum awam dan bahkan juga kaum intelektual yang melihat bahwa dunia tarekat adalah dunia eksklusif, yang terpisah dengan dunia sosial lainnya, namun adalah dunia yang tetap menyatu. Kehidupan penganut tarekat sesungguhnya adalah kehidupan yang tidak terlepas dari konteks zamannya. Ketika mereka harus berhadapan dengan pilihan-pilihan untuk melakukan tindakan maka melalui tindakan rasionalnya, mereka akan memilih mana yang paling penting pada saat itu. Di dalam melakukan tindakan, mereka juga menggunakan logika tindakan rasional bertujuan. Semua yang dilakukan didasarkan atas in order to motives, yaitu memiliki tujuan yang jelas. Tujuan itu hakikatnya untuk menjaga keselamatan, baik keselamatan di dunia maupun akhirat, keharmonisan dunia mikrokosmos dan makrokosmos, dan untuk menjaga kerukunan antara manusia dan lainnya (hlm. 220).
Buku ini menarik dibaca karena memberikan perspektif ”apa adanya” terhadap penganut tarekat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pendekatan fenomenologis yang digunakan menjadikan penelitian ini tidak terkesan dibuat-buat. Justru ada banyak dimensi lain dalam kehidupan penganut tarekat yang terungkap dalam buku ini.
Tulungagung, 7 Desember 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.