Jumat, 03 Januari 2014

Jangan Pernah Berbicara Kegagalan



Oleh Ngainun Naim
 
Prof. Dr. Imam Suprayogo
Inspirasi dan ilmu itu bisa diperoleh dari manapun. Bisa dari buku, ceramah, tulisan di koran, fenomena, atau dari sumber mana pun juga. Kuncinya adalah kemauan kita untuk menangkap makna dan hati kita yang terbuka untuk mengambil setiap pelajaran. Jika ini kita lakukan secara terus-menerus, insyaallah hidup kita akan semakin kaya dengan makna kehidupan.
Hari Senin tanggal 30 Desember 2013, sebuah surat diantar ke meja saya oleh Mas Dwi, petugas resepsionis di kantor saya. Surat tersebut merupakan undangan kepada saya secara personal sebagai anggota Komite Madrasah untuk menghadiri seminar pada tanggal 31 Desember 2013 jam 12.00. Narasumbernya adalah Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Mantan Rektor UIN Maliki Malang.
Membaca undangan tersebut, saya langsung bersemangat. Prof. Imam Suprayogo adalah idola saya dalam banyak hal, khususnya dalam menulis. Karena itu, kehadiran beliau harus saya manfaatkan seoptimal mungkin. Saya harus berusaha datang untuk menyerap ilmu dan inspirasi dari beliau. Apalagi malam harinya Kepala MAN 2 Tulungagung juga SMS mengingatkan agar saya datang.
Selasa siang usai shalat dhuhur saya meluncur dari kampus tempat saya kerja menuju MAN 2 Tulungagung. Jaraknya sekitar 4 KM. Di tengah perjalanan, hujan deras mengguyur. Benar-benar deras. Saya pun segera berhenti, memakai jas hujan, dan bersegera menuju lokasi. Sesampai lokasi, Prof. Imam baru saja datang. Di ruangan bapak Kepala Madrasah sudah ada anggota komite yang lainnya, yaitu K.H. Muhson Hamdani, M.Sy. Sesaat setelah saya datang, beberapa tamu undandan berdatangan: Drs. H. Damanhuri, M.Ag., Kepala Kantor Kemenag bersama empat orang pejabat di Kemenag, beberapa anggota komite, dan tamu undangan lainnya.
Prof. Imam terlihat begitu santai dan tidak formal. Berbicara tentang banyak hal secara asyik. Tidak ada keengganan di antara kami. Beliau memang tipikal orang besar yang menghargai terhadap orang lain.
Setelah seremoni, barulah Prof. Imam tampil. Saat itulah hadirin yang memenuhi Aula MAN 2 Tulungagung terpuaskan. Beliau berbagi ilmu, semangat, strategi, dan kemampuan mengelola lembaga secara baik. Beliau berbicara hampir 2 jam tanpa henti. Terlihat sekali beliau memang memiliki stamina yang luar biasa. Juga semangat yang sangat tinggi.
Ada satu aspek menarik yang ingin saya tulis pada catatan ini, yaitu tentang kendala. Saat tanya jawab, seorang guru bertanya; ”Apa saja kendala yang Prof. Imam hadapi saat memimpin UIN Maliki Malang?”. Beliau diam sejenak. Setelah itu dengan bijak menjawab, ”Ini pertanyaan yang entah ke berapa ratus atau ribu kali saya terima. Rasanya ini pertanyaan yang seharusnya tidak dikeluarkan. Kalau Anda dihantui oleh kendala, kapan Anda bisa maju?”.
Beliau lantas menjelaskan panjang lebar bahwa aspek yang lebih penting adalah berpikir strategi, terobosan, metode, dan langkah-langkah untuk memajukan lembaga. Konsentrasi utamanya adalah pada aspek prestasi, bukan kendala.
Beliau banyak memberikan contoh berkaitan dengan aspek ini. Salah satunya adalah bagaimana mampu menulis selama bertahun-tahun setiap hari tanpa henti. Sampai saat presentasi kemarin, catatan di blog beliau sudah mencapai 2023 judul selama lebih dari lima tahun tanpa henti.
Maka di akhir penjelasannya beliau mengatakan, ”Kendala itu tidak ada dalam kamus hidup saya. Kalau kita berpikir kendala, kita tidak akan maju. Kalau Anda menyebut kendala, saya tidak menganggapnya sebagai kendala, tetapi sebagai tantangan yang harus ditundukkan”.
Saya terdiam. Penjelasan ini benar-benar menyentuh. Saya seolah mendapatkan energi baru untuk menjalani hidup secara lebih baik. Sebenarnya jika dicermati beliau mengakui juga adanya kendala itu, tetapi beliau memposisikannya sebagai tantangan yang harus ditundukkan. Pada titik ini, kunci yang membedakannya adalah paradigma berpikir.
Tentang paradigma berpikir ini, ada kata-kata bijak dari Prof. Rhenald Kasali yang penting untuk kita renungkan:
  “Perubahan belum akan berhasil sebelum kita berhasil mengubah cara pandang dan cara berpikir pelaku perubahan. Perubahan bukanlah semata-mata mengubah alat, teknologi, sistem, organisasi, dan sebagainya. Melainkan mengubah attitude melalui cara berpikir”—Rhenald Kasali.

Justru di sinilah tantangan terberatnya. Merubah attitude melalui cara berpikir membutuhkan proses yang panjang. Hanya mereka yang memiliki memiliki keinginan hidup untuk terus maju saja yang mampu melakukannya.
Trenggalek, 2-3 Januari 2014
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.