Senin, 06 Januari 2014

Berbagi Spirit Membaca



Oleh Ngainun Naim
Bersama (sebagian) mahasiswa Bidik Misi


Tradisi membaca tampaknya masih harus terus digiatkan, khususnya di kalangan mahasiswa. Bagaimana pun juga, kegiatan kuliah di kampus sesungguhnya didominasi dengan kegiatan membaca, menulis, dan diskusi. Jika seorang mahasiswa telah memiliki tradisi membaca secara baik, maka ia memiliki peluang lebih besar untuk berhasilan dalam studi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki tradisi membaca.

Hari kamis 2 Januari 2014, saya diminta oleh Forum Mahasiswa Bidik Misi (Formasi) IAIN Tulungagung untuk mengisi seminar yang temanya adalah membaca. Sebagai seorang pendidik, saya pun langsung mengiyakan. Bagi saya, membaca dan menulis merupakan aktivitas yang harus terus-menerus ditradisikan. Karena itu, kesempatan seminar ini saya jadikan wahana untuk membangkitkan semangat para mahasiswa agar mereka semakin rajin membaca.

Materi yang saya sampaikan dalam seminar ini sesungguhnya merupakan saripati dari buku yang pernah saya tulis, The Power of Reading, Menggali Kekuatan Membaca untuk Memberdayakan Diri (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013). Sehingga jika boleh disebut, acara kemarin lebih tepatnya disebut sebagai bedah buku, yaitu membedah isi buku yang saya tulis.

Pada bagian awal makalah, saya mengutip pendapat Henry Ford sebagai sarana untuk membangkitkan spirit mereka.

Siapa saja yang berhenti belajar pasti akan mudah menjadi tua, tidak peduli umur dua puluh atau delapan puluh. Mereka yang tetap belajar yang terus akan merasa muda. Hal terhebat dalam hidup adalah menjaga pikiran tetap muda.

Saya lalu mengemukakan mengenai pentingnya belajar. Dan salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan rajin membaca. Membaca yang dilakukan secara serius akan membuat orang yang melakukannya dapat menjadi manusia yang unggul. Pengetahuan yang dimilikinya menjadi pembeda sekaligus nilai keunggulan yang kuat. Membaca itu bukan sekadar aktivitas menelusuri deretan huruf yang tercetak rapi di atas kertas saja, tetapi lebih dari itu, membaca sesungguhnya juga dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur yang menentukan kualitas dan kemajuan hidup.
Bersama ketua panitia


Secara terperinci saya kemudian menguraikan tentang beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca, yaitu:
  Cara paling efektif menjawab rasa ingin tahu.
  Meluaskan cakrawala.
  Menjadikan diri senantiasa tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
  Sangat menguntungkan otak.
  Mengubah paradigma.
  Mengembangkan kreativitas.
  Menguatkan kepribadian.
  Menjadi diri sendiri.

Saya juga memberikan teknik membaca yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan studi para mahasiswa. Melalui teknik membaca efektif, saya berharap mereka semakin giat membaca sehingga prestasi studinya dapat semakin meningkat.

Pada pemaparan, saya berusaha meyakinkan bahwa teks (tertulis) memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Namun tidak semua orang mampu menangkap, merenungi, menghayati, merekonstruksi, kemudian menjadikannya modal untuk melakukan perubahan diri. 

Sebuah teks yang sama akan memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap orang. Bagi banyak orang, sangat mungkin teks tersebut hanyalah sebuah teks yang biasa saja, sehingga kemudian terlupakan seiring perjalanan waktu. Namun teks yang sama juga memiliki peluang untuk menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh, bahkan mampu menjadi magnit dan energi besar yang memberdayakan. Di sinilah misteri besar teks.

Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki agar saat membaca sebuah teks dapat menyerap energinya, menangkap maknanya, dan kemudian mentransformasikannya dalam konteks yang lebih luas.
1.  Sabar: bila tergesa-gesa dalam memaknai suatu gagasan,  bisa jadi kesimpulannya salah. 
2.  Telaten. Ke-telaten-an memungut makna-makna yang tersebar di sepanjang halaman buku kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya amat diperlukan karena kalau tidak telaten akan banyak gagasan yang menguap dan bersembunyi kembali. 
3.  Tekun: membantu kita menyisir himpunan kata, kalimat, alinea, bab, dan bagian demi bagian yang menyimpan gagasan pokok dan penting untuk diperhatikan.
4.  Gigih: mendorong agar tidak sekali baca sudah itu mati, artinya bisa jadi perlu mengulang pembacaan hingga lebih dari sekali.
5.  Sungguh-sungguh: kesungguhan dalam menemukan makna, memahami maksud penulis, dan mengajak pikiran memelototi hal-hal menarik dan penting yang disampaikan seorang penulis akan menghadirkan manfaat yang tidak terduga.

Ada banyak hal lain yang saya sampaikan. Respon peserta juga cukup bagus. Tanya jawab berlangsung dengan seru. Sayang, acara harus diakhiri karena waktu sudah menunjukkan jam 12 siang. Semoga hal sederhana yang saya sampaikan kepada para mahasiswa memberikan manfaat. Semoga mereka menjadi semakin rajin membaca. Dan semoga kemanfaatannya semakin luas setelah saya buat tulisan di jejaring sosial ini. Amin.

Trenggalek, Sabtu, 4 Januari 2014

Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.