Selasa, 17 Desember 2013

Saya Setuju Idenya



Oleh Ngainun Naim

Tulisan ini bisa dibaca sebagai kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya, “Dari Seorang Tokoh, Aku Belajar Kehidupan”. Namun bisa juga dibaca secara bebas dan lepas dari konteks tulisan sebelumnya tersebut. Aspek yang penting adalah bagaimana tulisan ini bisa dibaca dan memberikan manfaat, minimal buat diri saya, dan syukur-syukur juga bisa bermanfaat kepada para pembaca sekalian.
Kebetulan dua hari yang lalu, saya membaca sebuah buku biografi seorang tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang wafat beberapa waktu lalu. Mungkin Anda bertanya, kok PKS? Apakah saya orang PKS atau saya simpatisan PKS? Saya sampai sejauh ini kurang apresiasi terhadap partai apapun di Indonesia. Entahlah, mungkin apa yang saya rasakan juga dialami beberapa orang yang lainnya. Saya kira itu wajar karena memang partai politik banyak yang tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat. Alih-alih justru banyak dari mereka yang terjebak berbagai kasus, terutama kasus korupsi. Karena itu, kalau ada yang bertanya kok PKS, maka saya akan menjawab sesuai judul tulisan ini, yaitu saya setuju beberapa ide yang diusung tokoh yang saya ulas ini.
Jujur, saya kagum dengan kepribadian tokoh ini. Rasanya saya ini jauh sekali dari apa yang beliau miliki. Saya akan catat beberapa pelajaran (ide) penting yang layak untuk saya apresiasi. Pertama, dalam usia 4 tahun beliau telah hafal surat al-Mulk. Bagi saya ini, suatu hal yang luar biasa. Saya saja sampai usia yang hampir kepala 4 belum juga menghafalnya. Entahlah, rasanya saya kok jauh banget dari al-Qur’an. Membaca riwayat hidupnya, saya seperti mendapatkan oase baru untuk menjalani kehidupan dengan lebih mendekatkan diri kepada al-Qur’an.
Kedua, beliau setiap hari rata-rata membaca al-Qur’an 3 juz. Itu dalam kondisi sibuk. Dalam kondisi tidak sibuk, beliau mampu membaca hingga 5 juz setiap harinya. Sekali lagi, ini merupakan ”tamparan” bagi saya. Saya sangat jarang membaca al-Qur’an, sementara beliau yang sangat sibuk mampu membaca al-Qur’an sedemikian banyaknya.
Ketiga, pola mendidik anak yang luar biasa. Bayangkan, beliau memiliki 13 orang anak dan beberapa orang di antaranya telah hafal al-Qur’an. Melalui biografi yang saya baca, saya mendapatkan beberapa pengetahuan penting tentang bagaimana mendidik anak, mulai dari rajin mendoakan, menciptakan interaksi qur’ani, mengajarkan akhlak, dan sebagainya. Di tengah berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini, pola pendidikan yang diterapkannya menarik sebagai alternatif.
Keempat, jiwa pengabdian. Nyaris setiap waktunya habis dipakai untuk berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Beliau memiliki kepedulian yang tinggi pada masyarakat yang terpinggirkan. Perhatiannya begitu besar. Seolah tidak mengenal lelah, hari demi hari beliau jalani dengan semangat pengabdian yang sangat besar.
Ada banyak hal lain yang saya peroleh dari kisah hidup beliau. Tentu, tidak semua hal saya setujui. Bahkan tidak sedikit juga yang berbeda sama sekali dengan pandangan hidup saya. Karena itu, saya berusaha mengambil dimensi positif kehidupan beliau yang layak untuk diteladani karena cocok dengan saya (dalam hal ide). Beberapa yang kurang cocok, tentu saja, saya jadikan sebagai bahan renungan dan penghargaan bahwa tidak mungkin semua hal akan sesuai dan sama dengan harapan kita. Semoga beliau mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Trenggalek, 17 Desember 2013.
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.