Selasa, 10 Desember 2013

Saat Manusia Sebagai Subyek



Oleh Ngainun Naim

Judul tulisan ini mungkin membingungkan atau paling tidak menimbulkan tanda tanya. Saya kira itu wajar karena judul tulisan ini memang membuka peluang bagi Anda untuk menafsirkan atau mengira mengenai kaitan tulisan ini secara khusus.
Tulisan ini berkaitan dengan fenomena berkembangnya berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, Instagram, dan lain-lain. Berbagai bentuk media sosial tersebut kini telah ada, hadir, dan menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan. Ia bahkan telah menghadirkan berbagai model baru relasi antar manusia. Manusia sekarang ini tampaknya lebih menikmati relasi di antara sesamanya dalam ’dunia maya’ dibandingkan dengan dunia yang sesungguhnya.
Coba Anda cermati apa yang Anda—dan juga saya—lakukan ketika waktu senggang? Membuka HP atau perangkat teknologi lainnya, lalu dengan asyik memasuki jejaring sosial atau internet. Jika ada orang lain di dekat kita, kita pun jarang menyapanya. Kita asyik berdialog atau berkomunikasi dengan orang ’di seberang sana’. Ini berarti hadirnya berbagai teknologi komunikasi tersebut telah menghadirkan pola relasi baru antar manusia.
Fenomena semacam ini mudah ditemui di berbagai tempat umum, seperti terminal, bandara, stasiun, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Apalagi sekarang ini berbagai tempat umum biasanya menyediakan fasilitas wi-fi secara gratis. Jadinya peluang dan kesempatan untuk masuk dunia maya semakin terbuka lebar.
’Menjadi subyek’ sebagaimana yang saya maksudkan dalam judul tulisan ini adalah bahwa kita semua sekarang ini bisa menjadi aktor. Kita bisa menjadi diri sendiri. Posisi kita sekarang ini bisa setara antara satu orang dengan orang lainnya. Tidak ada lagi struktur hirarkis yang bisa mengontrol sepenuhnya seperti era sebelumnya.
Menulis merupakan contohnya. Sebelum berbagai media sosial muncul, tulisan yang bersifat publik sangat terbatas aksesnya. Media massa cetak hanya menyediakan ruang yang sangat terbatas untuk penulis luar. Buku-buku yang terbit di berbagai penerbitan juga sangat terbatas. Tetapi kini, semuanya sudah terbuka. Berbagai media yang menampung tulisan telah tersedia. Demikian juga menerbitkan buku. Inilah yang saya maksudkan bahwa kita semua menjadi subyek.
Realitas semacam ini semestinya kita manfaatkan sebaik-baiknya. Mari kita menjadi subyek yang kreatif. Menulis dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk kemajuan diri sehingga segenap potensi yang kita miliki bisa berkembang secara baik.
Tulungagung, 10 Desember 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.