Selasa, 31 Desember 2013

Mimpi Sukses dan Mulia



Oleh Ngainun Naim

Seorang teman menulis status lucu di Facebook. Katanya, ARB (Aburizal Bakri) kini mendapatkan saingat berat, yaitu ARD (Airin Rahmi Diana), adik tiri Atut. Walikota yang cantik jelita itu ternyata banyak pengagumnya. Banyak yang menyayangkan kalau sampai ia masuk jeruji besi. Karena itu, teman tersebut dengan nada guyon menulis, “SAVE Airin”. Saya tersenyum membaca status tersebut, lalu menulis komentar singkat, ”Wah, rupanya Airin mania, ya!”.  

Belakangan ini memang cukup banyak para pejabat yang menjadi penghuni rutan KPK. Mereka adalah orang yang sebelumnya sukses meraih kursi kekuasaan. Disebut sukses karena memang perjuangan untuk mendapatkan kursi tersebut memang tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan—termasuk dana besar—agar sukses meraih kedudukan tersebut.

Ada hal penting yang tampaknya perlu untuk kita renungkan bersama, yakni: apakah para pejabat yang sekarang menghuni rumah tahanan itu masih bisa disebut sukses? Secara seloroh seorang teman berkomentar, ”Ya bisa saja. Mereka kan sukses menjadi pejabat dan sekarang sukses ditahan”.

Saya hanya tersenyum kecut mendengar komentarnya. Ambisi, jalan pintas, politik uang, dan hal-hal yang melanggar aturan semakin sering dilakukan oleh orang yang selama ini kita percaya menjadi pemimpin. Pemimpin semacam ini dalam realitasnya justru tidak mensejahterakan, tetapi justru menyengsarakan.

Pada kondisi semacam ini, saya teringat dengan tulisan Jamil Azzaini. Ia merupakan seorang motivator yang terkenal dengan slogannya SUKSES MULIA. Pemikiran Azzaini saya kira menarik untuk kita jadikan sebagai bahan renungan bersama. Sukses itu penting, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana sukses sekaligus mulia.

Jamil Azzaini menyatakan bahwa seseorang dikatakan sukses bila telah memiliki ”4-ta” (harta, takhta, kata, cinta) level tinggi. Jauh di atas rata-rata kebanyakan orang. Level ”4-ta” yang tinggi itu diperoleh karena expertise (keahlian, core competence, prestasi) yang dimilikinya. Selain itu, ”4-ta” yang dimiliki juga diperoleh dengan cara yang fair, tidak melanggar etika serta ajaran agama yang dianutnya.

Bila orientasi hidup kita hanya sukses semata, hidup akan terisolasi. Egoisme niscaya muncul dalam diri kita. Boleh saja harta kita berlimpah, memiliki jabatan bergengsi, berpendidikan tinggi, atau menjadi buah bibir di media massa, tapi jiwa dan kehidupan terasa gersang. Bahkan boleh jadi, kita tidak memiliki sahabat sejati.

Kata Jamil Azzaini, SUKSES saja tidak cukup. Kita perlu menambahkan satu kata lagi: MULIA. Orang bisa disebut hidup mulia bila ia mampu memberi banyak manfaat kepada orang lain. Orang mulia adalah orang yang senang berbagi. Ajaran agama mengajarkan tindakan mulia semacam ini (Jamil Azzaini, Menyemai Impian Meraih Sukses Mulia, Inspirasi Pembangkit Motivasi dan Pemakna Hidup (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm. 227-228).

Penting bagi kita untuk membangun sebuah pemahaman yang melihat sukses bukan hanya dari ukuran material semata. Ada aspek spiritual yang perlu dijadikan landasan agar sukses lebih bermakna.

Trenggalek, 29 Desember 2013

Ngainun Naim
 

www.ngainun-naim.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.