Selasa, 26 November 2013

Hidup Ini Harus Kita Cintai



Oleh Ngainun Naim

Hidup ini penuh dinamika. Kadang susah dan kadang bahagia. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bahagia terus atau susah terus. Namun demikian, bagaimanapun kondisinya, hidup itu seharusnya memang kita cintai. Mencintai hidup harus kita usahakan agar hidup ini memiliki makna.
Mencintai hidup tampaknya menjadi salah satu kunci dalam pemikiran filosof yang sering dinilai kontroversial, yaitu Nietszche. Saya mendapatkan serpihan pemikiran Nietzsche ini pada buku yang judulnya cukup provokatif, Epistemologi Kiri yang diterbitkan oleh Ar-Ruzz Media Yogyakarta (2006). Buku ini sesungguhnya merupakan kumpulan makalah dari banyak penulis yang memiliki latar belakang filsafat. Ya, para penulisnya adalah mahasiswa Pascasarjana (ketika menulis makalah) Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Buku ini sendiri memuat 15 artikel yang berisi pemikiran kritis para tokoh, mulai Karl Marx sampai Asghar Ali Engineer. Ada 14 tokoh yang dikaji plus satu artikel penutup tentang refleksi kritis terhadap epistemologi Barat.
Artikel kedua ditulis oleh Sri Rahayu Wilujeng. Judul artikelnya ”Epistemologi Friedrich Wilhelm Nietzsche”. Di artikel inilah saya menemukan ide menarik yang—menurut saya—penting untuk saya bagikan kepada para pembaca sekalian. Saya tidak berpretensi mengajak Anda sekalian untuk setuju. Aspek yang ingin saya ajukan adalah pentingnya mengambil pelajaran hidup dari percik pemikiran Nietzsche.
Saya berpendapat bahwa percik pemikiran Nietzsche, betapa pun kontroversinya, tetap memiliki nilai manfaat jika kita posisikan secara tepat dalam konteks kehidupan kita. Salah satunya adalah pendapatnya tentang hidup.
Menurut Nietzsche, kita seharusnya mencintai kehidupan. Cinta kehidupan berarti harus sanggup menanggung kenyataan bahwa manusia bukanlah sesuatu yang sudah selesai, ia selalu dalam proses menjadi. Manusia adalah jembatan antara binatang dan manusia agung. Ke mana pun ia menoleh, ia akan menatap ancaman dan bahaya (h. 58-59).
Pikiran Nietzsche ini menunjukkan bahwa persoalan merupakan bagian yang tidak terpisah dari kehidupan ini. Rasanya tidak ada seorang pun yang tidak memiliki masalah. Karena hidup selalu berhadapan dengan kemungkinan bahaya dan masalah, maka kita harus senantiasa siap menghadapinya. Dan di sinilah substansi mencintai hidup ala Nietzsche.
Tulungagung, 26/11/2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.