Senin, 21 Oktober 2013

Sarjana Kunci Inggris



Oleh Ngainun Naim
Judul unik ini saya peroleh dari Dr. Muhammad Nafik H.R., Kepala Departemen Ekonomi Islam Universitas Airlangga Surabaya saat mengisi sebuah workshop di Bukit Daun Hotel & Resort Kediri pada hari Sabtu, 19 Oktober 2013. Doktor ekonomi Islam ini memaparkan secara menarik mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan tinggi, khususnya dalam konteks pengembangan ekonomi Islam.
Dr. Muhammad Nafik H.R. melakukan presentasi secara menarik. Perspektif yang digunakannya membongkar pemahaman yang selama ini mapan. Setidaknya itu yang saya rasakan.
Paparan beliau selama dua jam lebih memberikan banyak informasi, khususnya buat saya. Saya mencatat beberapa hal sebagai bahan refleksi. Pertama, pentingnya membangun mindset. Signifikansi membangun mindset disebabkan karena ia merupakan basis dalam memandang, memahami, dan mengembangkan berbagai hal dalam kehidupan ini. Karena itulah, Dr. Muhammad Nafik mengajak seluruh peserta workshop untuk bersama-sama menata niat dalam menjalankan tugas pokok sebagai pengajar. Mengajar harus dilakukan sebagai tugas suci yang dijalani dengan penuh kesungguhan. Dosen harus menyadari sepenuhnya bahwa kualitas lulusan menjadi penentu keberhasilan lulusan sekaligus lembaga. Karena itu menata niat yang baik dan tepat penting dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang lebih bermutu.
Kedua, sebagai dampak lebih lanjut dari niat yang baik dan tepat adalah seorang dosen akan menjalankan tugasnya secara baik. Ia akan masuk kelas tepat waktu, profesional dalam menjalankan tugas, dan berusaha untuk terus meningkatkan kualitas dirinya. Dosen yang niatnya baik dan tepat akan selalu berada dalam koridor kesadaran untuk menjalankan tugasnya secara optimal. Sebaliknya, dosen yang menjalankan tugasnya secara asal-asalan berarti harus menata ulang niatnya.
Ketiga, kritik rejeki. Hal mendasar yang ditekankan dalam ekonomi Islam adalah kehalalan rejeki. Dalam hal ini, Dr. Muhammad Nafik menyampaikan sebuah kritik yang tajam: ”Jika kita sebagai dosen menjalankan tugas tidak tepat waktu, apalagi sering tidak masuk, apakah rejeki kita halal?”, tanyanya. Saya merenung cukup mendalam terhadap kritik ini. Apakah saya sudah menjalankan tugas secara optimal?
Saya menyadari bahwa saya manusia biasa. Saya memiliki banyak kelemahan. Tugas saya mungkin kurang optimal. Karena itu, saya harus memperbaiki diri secara terus-menerus. Hidup yang lebih penting adalah mencari rejeki yang halal dan berkah. Jika saya menjalankan tugas secara optimal, saya berharap rejeki yang saya peroleh halal dan juga berkah.
Keempat, perguruan tinggi adalah pencetak karakter lulusan. Mahasiswa kuliah tidak hanya belajar ilmu, tetapi juga membentuk karakter. Sebagai media pembentuk dan penguatan karakter, dosen harus bisa memberikan teladan dalam banyak hal. Persoalan keteladanan inilah yang sekarang ini menjadi persoalan besar bagi bangsa Indonesia. Dalam konteks inilah, perguruan tinggi harus melakukan otokritik terhadap keberadaannya dalam segenap dimensi. Melalui otokritik dan perbaikan diri secara terus-menerus, maka out put yang dihasilkan akan sesuai dengan harapan. Lulusan perguruan tinggi, menurut Dr. Muhammad Nafik, harus mampu menjadi subyek dan pioner perubahan di masyarakat, bukan justru ikut arus perubahan di masyarakat.
Memang bukan hal yang mudah untuk melakukannya. Dibutuhkan usaha keras, serius, dan terus-menerus agar semua harapan tersebut dapat tercapai.
Kelima, perguruan tinggi seyogyanya mendesain lulusannya menjadi ”Sarjana Kunci Inggris”. Kunci Inggris, menurut Muhammad Nafik, tidak bersifat kaku sebagaimana ”Kunci Pas”. Ia memiliki fleksibilitas tetapi kompetensi dasarnya terakui. Sarjana semacam ini akan mampu selalu eksis di tengah dinamika kehidupan dan tantangan dunia kerja yang dinamis. Ia tidak akan mati kreativitas.
Paparan Dr. Muhammad Nafik memberikan banyak pengetahuan buat saya. Saya berharap, presentasi yang telah beliau berikan memberikan manfaat sebagai bahan perbaikan untuk diri saya sendiri. Jika boleh berharap, semoga memberikan manfaat juga buat pembaca lainnya. Semoga!
Kediri, 20 Oktober 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.