Kamis, 24 Oktober 2013

Keterbukaan Pikiran dan Kesadaran



Oleh Ngainun Naim
Malam menjelang pukul 19.00 suasana di sekitar Terminal Bus Trenggalek masih cukup ramai. Jalanan dipenuhi kendaraan yang lalu lalang. Saya naik sepeda motor dengan kecepatan sedang. Memang itu kebiasaan saya. Bisa dikata sangat jarang saya melaju dengan kencang. Bagi saya pribadi, naik sepeda motor itu tidak perlu terburu-buru, kecuali memang kondisi memaksa saya untuk melakukannya.
Memasuki jalan kampung, suasana temaram dan ramai lalu lintas mulai berkurang. Tiba-tiba dari arah berlawanan, sebuah sepeda motor tanpa lampu melaju sangat kencang. Dia tidak memedulikan keadaan sekitarnya. Saya terpaksa minggir. Beberapa kendaraan yang lain juga melakukan hal yang sama.
Naik sepeda motor ugal-ugalan semacam itu sudah sering saya temui. Bahkan semakin sering terjadi. Padahal, kecelakaan akibat ugal-ugalan semacam itu juga cukup sering terjadi. Tidak jarang nyawa melayang sia-sia. Tetapi anehnya, tidak pernah ada anak muda penggila ugal-ugalan yang mau mengambil pelajaran hidup dari fenomena semacam itu. Mereka tetap saja dengan bangga mengendarai sepeda secara liar yang menyebabkan pengendara lain terganggu.
Bagi saya pribadi, fenomena semacam itu saya jadikan sebagai pelajaran hidup. Saya menjadikannya sebagai ilmu. Ilmu itu kan bisa diperoleh dari berbagai sumber. Bisa dari buku, internet, kehidupan, perbincangan, alam, dan dari berbagai dimensi kehidupan yang maha luas. Jika kita membuka diri untuk menyerap ilmu, pasti ada banyak ilmu yang bisa kita peroleh.
Syarat utama bagi orang yang ingin memetik pelajaran hidup dari sumber apapun adalah adanya keterbukaan pikiran dan kesadaran yang berbasis pemikiran positif. Dua syarat ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan banyak hikmah dari aspek yang positif maupun negatif. Kita bisa mengambil hikmah tentang pentingnya disiplin dari orang yang selalu disiplin sehingga kita berusaha keras untuk meneladaninya. Ini contoh hikmah dari aspek positif. Sementara hikmah dari aspek negatif misalnya, kita belajar sabar dari perilaku orang yang menjengkelkan kita. Sabar memang mudah untuk diucapkan, tetapi sulit untuk dilakukan. Kehadiran orang yang tidak sesuai dengan harapan kita sesungguhnya menjadi media untuk memetik hikmah dan mengambil pelajaran berharga tentang bagaimana menjalankan sabar secara bermakna.
Kita juga bisa mengambil hikmah anak muda yang naik sepeda motor secara ugal-ugalan tersebut. Pelajaran ini penting untuk membangun perspektif dan perilaku positif buat diri sendiri, anak-anak, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas. Jadi, ilmu itu bisa diperoleh dari mana saja asal kita mau membuka pikiran dan membangun kesadaran berbasis pemikiran positif.
Trenggalek, 23 Oktober 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.