Jumat, 25 Oktober 2013

Kalau Anda Membaca 100 Halaman Setiap Hari, Pasti Akan Pandai



Oleh Ngainun Naim
Semasa duduk di Madrasah Aliyah, saya memiliki seorang guru yang sangat rajin membaca. Ke mana-mana beliau menenteng beberapa buku tebal. Kebiasaan itu menjadikan kami menyebut beliau sebagai ”Perpustakaan Keliling”.
Dampak dari kebiasaan membaca beliau adalah luasnya wawasan dan pengetahuan yang beliau miliki. Setiap kali mengajar, rasanya selalu ada banyak ilmu yang saya peroleh. Beliau mampu mengaitkan berbagai hal dalam pelajaran. Saya yakin hal itu disebabkan karena beliau rajin membaca.
Saat kuliah saya mendapatkan lebih banyak lagi role model dalam membaca. Saya merasa senang saat diajar oleh dosen yang rajin membaca, memiliki pengetahuan luas, dan produktif berkarya. Rasanya ingin sekali meniru para dosen tersebut.
Membaca dan kontribusinya bagi kemajuan hidup—individu maupun masyarakat—sudah tidak perlu diragukan lagi. Membagun tradisi membaca sangat besar artinya untuk menciptakan individu-individu yang berkualitas.
Berkaitan dengan tradisi membaca ini, kita bisa belajar banyak kepada para ilmuwan maupun tokoh-tokoh besar. Salah seorang di antaranya adalah Syaikh Ali Thanthawi. Beliau bercerita tentang bagaimana aktivitasnya membaca. “Jika dihitung bilangan jam waktu yang kupergunakan untuk membaca, niscaya lebih dari sepuluh jam setiap hari, karena sejak kecil aku hampir jarang keluar rumah. Jika dikalkulasi rata-rata setiap jamnya sepuluh halaman, dengan perbandingan sepuluh halaman untuk buku berat dan sepuluh halaman untuk buku ringan, niscaya setiap hari aku telah membaca dua ratus halaman. Maka coba kalkulasikan sendiri berapa halaman yang telah kulahap semenjak pertama kali menelaah buku hingga dalam rentang waktu tujuh puluh tahun.
Tujuh puluh tahun yang dalam setahunnya ada dua belas bulan, tiap bulan terdiri dari tiga puluh hari, lalu kali seratus halaman per hari. Sejak dulu hingga kini, aku masih eksis membaca berbagai disiplin ilmu, semacam tafsir, fikih, tarikh, sastra (Arab dan Prancis) dan disiplin ilmu yang lain.”
Jika diambil rata-rata, beliau dalam sehari mampu menghabiskan 100 halaman. Dengan demikian, sampai usia tujuh puluh tahun telah membaca paling tidak 2.520.000 halaman. Dan jika dalam sehari mampu menelaah sampai 200 halaman, berarti beliau telah membaca 5.040.000 halaman dalam rentang waktu 70 tahun.
Syaikh Thanthawi juga berkata, ”Aku juga telah menulis lebih banyak dibanding orang-orang yang kukenal, kecuali beberapa orang semisal Amir Syakib Arsalan dan Abbas Mahmud al-Akkad. Dan artikelku yang dimuat media massa lebih dari tiga belas ribu halaman, sedangkan yang hilang sejumlah itu juga dan bahkan lebih” (Jasiem M. Badr al-Muthowi’, 2004: 34-35).
Kita bisa meneladani apa yang telah beliau lakukan. 100 halaman memang bukan jumlah yang sedikit. Dibutuhkan keseriusan untuk melakukannya. Kesibukan, rasa malas, dan berbagai hambatan lainnya menjadikan 100 halaman sering tidak mudah untuk dikerjakan. Justru karena itulah jika Anda mampu membaca 100 halaman setiap harinya maka Anda akan menjadi orang pandai.
Salam!
Trenggalek-Tulungagung, 24 Oktober 2013
Ngainun Naim

Referensi:
Jasiem M. Badr al-Muthowi’. Efisiensi Waktu, Konsep Islam, terj. M. Azhari Hatim dan Rofi’ Munawwar. Surabaya: Risalah Gusti, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.