Rabu, 25 September 2013

Intelektual Itu Idealnya Populis, Tidak Elitis




Intelektual Itu Idealnya Populis, Tidak Elitis
  Oleh Ngainun Naim


Jika disebut kata intelektual maka kesan yang umum diterima adalah orang pinter, berkaitan dengan perguruan tinggi, dan kalau menulis bahasanya rumit sehingga sulit dipahami. Kesan semacam ini benar, tetapi tidak sepenuhnya benar. Sebab intelektual itu tidak harus berciri sebagaimana kesan umum tersebut.
Tentu saja ada alasan atau faktor penyebab yang membuat saya menulis tema ini. Jika tidak ada alasan atau penyebabnya, tentu saja tidak mungkin tulisan ini lahir.
Ceritanya, seharian kemarin saya harus beristirahat di rumah atas saran dokter. Tidur seharian tanpa melakukan apapun membuat saya jenuh. Saya pun kemudian membuka-buka buku dari koleksi yang saya miliki. Tangan saya menemukan buku mungil karya Wishnubroto Widarso. Judulnya Pengalaman Menulis Buku Nonfiksi. Buku yang saya miliki ini adalah cetakan kelima dan terbit tahun 2005. Penerbitnya adalah Kanisius Yogyakarta.
Sebenarnya tidak ada pertimbangan khusus mengapa buku ini yang saya pilih. Tetapi pertimbangan yang utama, buku ini cukup tipis. Tebalnya hanya 88 halaman. Ketebalan semacam ini membuat saya tidak perlu menghabiskan banyak energi saat kondisi fisik belum fit. Apalagi saya sesungguhnya juga pernah mengkhatamkan buku ini beberapa waktu sebelumnya.
Saat membaca (kembali) buku ini, saya menemukan penjelasan yang menarik mengenai menulis. Pada halaman 17 disebutkan bahwa syarat utama untuk menjadi penulis adalah selalu mempunyai keinginan yang kuat untuk membagikan pengetahuan kepada sesama. Secara menarik Widarso membuat tamsil bahwa penulis itu tak ubahnya seperti seorang dermawan yang selalu ingin membagikan hartanya kepada sesamanya, terutama yang sangat membutuhkan. Karena motif yang semacam ini maka yang namanya honor, ketenaran, nilai akademis, dan sejenisnya bukan menjadi prioritas yang utama.
Pada titik inilah, dengan mengutip pendapat Dick Hartoko, Widarso menerangkan bahwa intelektual seharusnya tidak elitis, tetapi populis. Intelektual seharusnya selalu membagikan pengetahuannya kepada khalayak umum. Untuk itu, bahasa sederhana, mudah, dan tidak elitis yang seharusnya menjadi dasar pertimbangan.
Tulungagung, 25 September 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.