Senin, 16 September 2013

Hampir Tiap Hari Saya Mendapatkan Hadiah Jutaan Rupiah



Hampir Tiap Hari Saya Mendapatkan Hadiah Jutaan Rupiah
Oleh Ngainun Naim
Membaca judul tulisan ini Anda mungkin menilai saya sombong. Memang judul tulisan ini sekilas ada nuansa kesombongan. Tetapi saya menulis dengan jujur. Saya tidak mau berbohong. Persoalan kemudian Anda menilai saya sombong, itu terserah kepada Anda.  Saya sesungguhnya tidak berniat untuk sombong karena tidak ada yang layak untuk saya sombongkan.
Ya, nyaris tiap hari saya mendapatkan hadiah. Darimana? Dari macam-macam sumber. Kadang dari Telkomsel, dari Undian Anu, Nomor HP yang beruntung, dan sebagainya. Hadiah-hadiah itu jika ditotal saya kira jumlahnya miliaran rupiah.
Tetapi saya tidak mengambilnya. Saya merasa hadiah-hadiah itu bukan hak saya. Misalnya begini. Saya mendapatkan hadiah 100 juta dari sebuah undian yang saya tidak pernah ikut dalam undian tersebut. Ini kan jelas bukan rejeki halal. Buat apa saya mengambilnya kalau saya tidak pernah ikut terlibat dalam prosesnya secara rasional?
Dan memang hampir semuanya saya abaikan. Saya ingin hidup sederhana, menikmati rejeki melalui jalan wajar, dan tidak ingin tercemar dengan hal-hal yang semacam itu.
Kok bodoh amat? Ya terserahlah yang menilai. Semua hadiah jutaan itu datang menyapa nyaris tiap hari melalui SMS di HP dan juga modem saya. Langkah awal saya begitu membukanya adalah mencari bagian delete. Setelah itu, selamat tinggal. Dan saya tidak memerdulikannya lagi.
Polisi Pun Tertipu
Ini kisah nyata, bukan rekaan. Kejadiannya pada tahun 1998. Saat itu orang yang memiliki HP masih sangat terbatas. HP belum menjadi barang massal seperti sekarang ini. Pada masa itu, memiliki HP bisa menjadi representasi kelas menengah ke atas. Sebab memang harga sebuah HP sangat mahal. Begitu juga dengan harga pulsa.
Penipuan melalui SMS masih sangat jarang terjadi. Informasi via SMS dinilai sebagai informasi yang penting. Kondisi semacam ini memungkinkan orang untuk mempercayai setiap SMS yang masuk.
Seorang teman bercerita bahwa kenalannya, seorang anggota polisi, menerima SMS bahwa beliau mendapatkan hadiah mobil. Syarat untuk mengambilnya adalah mentransfer uang 5 juta rupiah. Karena merasa mendapatkan rejeki besar, beliau cepat mengirimkan uang untuk mencairkan hadiah tersebut.
Lama ditunggu, hadiah yang katanya akan dikirim itu tidak juga datang. Setelah mengorek informasi di sana-sini, beliau kemudian menyimpulkan bahwa beliau ternyata menjadi korban penipuan.
Memang, korban penipuan SMS berhadiah itu sangat banyak. Korbannya mencakup berbagai jenis profesi. Para penipu sudah banyak yang tertangkap. Tetapi bukan berarti penipuan berhenti. Selalu saja ada modus baru yang dikembangkan. Dan korban pun terus saja berjatuhan, walaupun tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap jenis penipuan via SMS semakin meningkat.
Mental Jalan Pintas
Mengapa orang banyak yang tertipu? Tentu ada banyak jawabannya. Salah satu jawabannya karena si penerima SMS memiliki mental jalan pintas. Prof. Dr. Koentjaraningrat pada tahun 1970-an menjelaskan bahwa salah satu kecenderungan yang kian berurat berakar di masyarakat Indonesia adalah mental untuk segera mendapatkan segala hal secara cepat. Rasionalitas kurang menjadi pertimbangan. Aspek yang penting adalah mendapatkan materi secara cepat.
Aspek inilah yang kemudian membuat mereka begitu mudah tergoda oleh SMS penipuan. Jumlah mereka yang tergoda dan kemudian dengan sukarela mentransfer saya kira sudah sangat banyak. Hal ini disebabkan—salah satunya—karena mental jalan pintas dalam pikiran mereka.
Salam!
Tulungagung, 16 September 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.