Kamis, 22 Agustus 2013

TRANSFORMASI KESADARAN KEMANUSIAAN OTENTIK



TRANSFORMASI KESADARAN KEMANUSIAAN OTENTIK
Oleh Ngainun Naim

Judul tulisan ini kalau Anda cermati memang terlihat ’melangit’. Saya memakai judul ini sesuai dengan tema acara halal bi halal di kampus STAIN Tulungagung. Kamis tanggal 15 Agustus 2013 saya mendapatkan tugas untuk mengisi acara tersebut. Atas pertimbangan untuk kepentingan dokumentasi pemikiran dan penyebaran isi ceramah yang mungkin saja memberikan manfaat, saya tulis pokok-pokok ceramah dari acara tersebut.
Pada acara tersebut, saya memulai uraian dengan melacak pengertian halal bi halal. Akar katanya memang dari bahasa Arab, tetapi kata halal bi halal bukan kata resmi dalam terminologi bahasa Arab. Kata tersebut merupakan hasil kreativitas orang Indonesia untuk menamai sebuah acara yang kemudian menjadi tradisi. Orang Indonesia memang cukup kreatif dalam konteks ini.
Halal bi halal tidak bisa dilepaskan dari rangkaian ibadah puasa ramadhan. Puasa ramadhan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dengan tujuan agar menjadi orang yang bertakwa (Q.S. al-Baqarah [2]: 183). Namun demikian, ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan ibadah puasa selama sebulan tersebut. Berkaitan dengan pelajaran ini, saya merujuk penjelasan Jalaluddin Rakhmat yang menyebut bulan ramadhan sebagai ”madrasah ruhaniah”.
Sebagai madrasah atau sekolah, ada banyak guru yang mengajar. Artinya, ramadhan mengajarkan kepada kita banyak hal. Secara sederhana, guru dalam konteks ini ada empat. [1] guru dalam bidang akhlak. [2] guru bidang sosial. [3] guru bidang ekonomi. [4] guru bidang politik. Jika orang mau berpikir dan merenungkan secara mendalam dengan kejernihan hati, keempat guru ini seolah hadir dan mengajarkan keempat nilai tersebut kepada kita. Karena kita diajar, maka kita akan dinyatakan lulus jika mampu menyerap, memahami, dan menjalankan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Selain keempat hal tersebut, puasa ramadhan juga mengajarkan tentang kedisiplinan. Saat puasa, umat Islam dilarang makan, minum, dan melakukan hubungan seks karena dapat membatalkan puasanya. Perjuangan selama sebulan menjalankan ibadah puasa memberikan banyak manfaat kepada umat Islam.
Pertama, mengelola diri. Kita bisa saja membatalkan puasa saat tidak ada orang yang tahu. Tetapi saat kita mampu mengelola diri, hal semacam itu tentu tidak kita lakukan. Kita akan tetap bertahan sekuat tenaga agar segala godaan yang dapat membatalkan puasa dapat ditepis. Hal yang sama juga terjadi pada disiplin. Disiplin itu juga membutuhkan kemampuan mengelola diri.
Kedua, puasa yang berkualitas jika dilandasi oleh kesadaran yang tinggi. Kesadaran itu penting artinya untuk menentukan kualitas sebuah aktivitas. Puasa itu membutuhkan pengetahuan yang memadai agar ibadahnya memenuhi syarat rukun sehingga sah menurut hukum Islam. Tetapi pengetahuan saja belum cukup. Banyak orang yang tahu tetapi tidak menjalankan. Banyak orang yang mengerti tetapi justru tidak menjalankan atau malah melanggar. Karena itu, pengetahuan haruslah dilandasi kesadaran untuk menjalankan. Landasan kesadaran itu penting karena dapat menentukan kualitas pelaksanaan dan penghayatan. Demikian juga dengan disiplin. Banyak orang yang mengetahui dengan baik bahwa disiplin itu penting artinya, tetapi karena tidak dilandasi oleh kesadaran maka disiplin itu pun tidak diwujudkan dalam perilaku.
Ketiga, pelaksanaan puasa adalah bukti nyata bagaimana menjalankan disiplin yang sesungguhnya. Puasa itu memiliki ketentuan waktu yang sangat jelas; kapan mulai dan kapan di akhiri. Semua orang yang berpuasa menaati aturan ini dengan begitu disiplin. Kurang satu menit pun orang tidak berani berbuka karena memang belum waktunya. Nah, ini jelas pembelajaran yang sangat berarti.
Keempat, puasa itu memberikan pengharapan kepada yang menjalankannya. Pengharapan itu ada dua, yaitu pengharapan datangnya waktu berbuka dan pengharapan pada kehidupan kelak di akherat. Hal ini bermakna bahwa ibadah puasa itu memiliki nilai eskatologis yang sangat positif bagi manusia agar kehidupan yang dijalani ini memiliki vitalitas dan spirit yang lebih besar. Disiplin sesungguhnya juga memiliki pengharapan. Orang yang sukses adalah orang yang memiliki budaya disiplin yang tinggi. Negara yang maju juga negara yang memiliki budaya disiplin tinggi. Karena itulah, disiplin yang dilaksanakan secara konsekuen juga memiliki titik pengharapan yang tinggi juga.
Saya kemudian menguraikan tentang idul fitri. Saya sampaikan bahwa inilah saatnya saling maaf-memaafkan. Ini bukan hal mudah. Memaafkan adalah obat, yaitu obat sakit hati. Caranya: (1) sadari bahwa yang mereka lakukan kepada kita adalah sebuah kesalahan. Dan jika mereka menyakiti kita maka barangkali kita pun pernah menyakiti orang lain. (2) lepaskan hak untuk membalas, menahan diri. Kita hanya diperbolehkan—dan itu hak—membalas perlakuan yang serupa. Namun, ini sangat sulit, apalagi jika hati dan perasaan kita ikut sakit. Sebab, barangkali sudah menjadi kecenderungan bahwa kita akan sangat puas jika sudah melakukan pembalasan dengan hal yang lebih buruk. (3) setelah memahami dan melepaskan hak membalas, dan ini yang paling berat, adalah mencintai orang yang menyakiti hati kita.
Hal penting yang saya sampaikan kepada para hadirin adalah ajakan agar dalam kondisi fitri seperti sekarang ini, kita melakukan banyak kebaikan. Walaupun memang, melakukan kebaikan itu godaannya sangat besar. Tetapi harus ada tekat yang kuat dan semangat bersama untuk menebarkan dimensi kebajikan dalam berbagai bidang kehidupan.
Itulah poin-poin penting yang saya sampaikan dalam ceramah halal bi halal kemarin. Tentu saja, catatan ini hanyalah sebagian kecil saja dari ceramah yang saya sampaikan selama sekitar setengah jam tersebut. Dalam ceramah, ada berbagai uraian yang sifatnya humor, guyonan, cerita-cerita klasik, dan berbagai pelengkap sebuah ceramah. Juga pokok-pokok pikiran yang berkaitan dengan masukan mengenai bagaimana mengembangkan spirit keilmuan bagi kemajuan lembaga. Tetapi hal yang pokok adalah sebagaimana yang saya tulis dalam catatan ini. Semoga catatan kecil dan sederhana ini memberikan manfaat kepada Anda sekalian yang berkenan membaca. Amin. Salam.
Trenggalek, 16 Agustus 2013
Ngainun Naim



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.