PUASA, LEBARAN, DAN MENGURAI BENANG RAJUTAN
Oleh Ngainun
Naim
Puasa ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Rasanya puasa kali ini berjalan
begitu cepat. Beberapa teman di kantor juga merasakan hal yang sama. Kalau
mungkin Anda merasakan sangat lama juga tidak apa-apa, karena soal rasa itu
tidak bisa dibuat sama. Satu jam menikmati alunan musik indah tentu terasa
cepat, sementara satu jam menunggu tentu dirasakan sangat lama.
Saya tidak menyamakan ibadah puasa ramadhan dengan alunan musik. Juga tidak
menyatakan bahwa saya mampu menikmati sepenuhnya puasa sebulan penuh ini. Saya
manusia biasa yang merasakan juga bahwa puasa itu penuh perjuangan yang tidak
ringan. Kalau kemudian perjuangan selama sebulan penuh ini kok rasanya berjalan
begitu cepat, salah satu faktornya saya kira karena setiap hari saya tetap
bekerja dari pagi dan pulang sampai rumah menjelang magrib. Jadinya puasanya
nggak terlalu banyak membebani.
Pada beberapa hari terakhir di bulan ramadhan ini, suasana kehidupan seolah
berdenyut jauh lebih kencang. Jalanan di kota penuh sesak. Berbagai pusat
perbelanjaan penuh sesak. Tempat parkir tidak muat. Hiruk-pikuk manusia
bertransaksi terjadi nyaris di semua tempat.
Fenomena semacam ini rutin terjadi setiap tahun. Bahkan semakin tahun
semakin meningkat intensitasnya. Dan saya kira wajar kalau orang melakukannya.
Momentum perayaan Idul Fitri setahun sekali ini betul-betul menjadi perayaan nasional. Berbagai cara
dilakukan untuk menjadikan Idul Fitri bermakna. Bahkan perjuangan tidak ringan
pun harus dilakukan. Tidak sedikit yang harus kehilangan harta benda,
kecelakaan, dan hal-hal mengenaskan lainnya karena mudik.
Berkaitan dengan fenomena ini, saya kira penting untuk merenungkan pendapat
pakar tafsir Indonesia, Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Di acara 360 Metro TV tadi
malam, saya mendengarkan penjelasan yang sangat menyentuh dari Pak Quraish.
Beliau menyatakan bahwa idul Fitri itu maknanya bukan kemenangan. ”Kemenangan
dari apa?” tanya beliau. Jika Idul Fitri dimaknai sebagai kemenangan maka
sesungguhnya Idul Fitri justru menjadi media manusia untuk melakukan berbagai
tindakan yang berlebihan: makan berlebihan, belanja berlebihan, mengeluarkan
uang tanpa perhitungan, dan berbagai tindakan berlebihan lainnya. Jika ini yang
terjadi maka makna kemenangan tentu kurang tepat.
Menurut beliau, makna Idul Fitri
yang pas itu adalah kembali suci. Makna ini menunjukkan bahwa Idul Fitri
merupakan bagian penting dari proses manusia yang telah menjalankan ibadah
puasa selama sebulan penuh. Puasa sebulan seharusnya mampu menjadikan manusia kembali suci, yaitu manusia
yang telah terhapus dosa-dosanya.
Satu hal menarik yang beliau sampaikan berkaitan dengan Idul Fitri yaitu janganlah merayakan Idul Fitri secara
berlebihan. Saran ini beliau
sampaikan karena banyak masyarakat merasa telah bebas, lepas, dan mendapatkan
kemenangan dengan datangnya Idul Fitri. Untuk itu, berbagai perilaku yang
sesungguhnya kurang sesuai dengan spirit Idul Fitri justru dilakukan. Pak
Quraish menyatakan, ”Janganlah seperti
mengurai benang yang ditenun satu persatu dengan pelan-pelan. Puasa ramadhan
sebulan diibaratkan perempuan yang membuat kain tenun. Dirajutnya sabar,
tawakal, kesederhanaan, kedisiplin, kejujuran, dan berbagai nilai positif
lainnya. Semua tenunan akan terurai satu demi satu dengan hilangnya sabar,
tawakal, kesederhanaan, kedisiplinan, dan sebagainya pada saat Idul Fitri”.
Menarik sekali merenungkan pendapat pakar tafsir Indonesia tersebut.
Perjuangan puasa selama sebulan ibarat merajut benang tenun. Karena itu,
janganlah kita mengurainya sendiri. Saat ini semua orang berbondong-bondong
menyambut Idul Fitri. Pertanyaan penting yang layak diajukan adalah: Masihkan tersisa kuat ”rajutan” nilai-nilai
ramadhan dalam diri kita? Jika memang masih kuat, itulah harapan kita.
Tetapi jika telah terurai satu
persatu, marilah segera kita perbaiki kembali. Jangan sampai puasa ramadhan
selama sebulan penuh yang kita jalani menjadi kehilangan maknanya yang
substansial. Salam.
Trenggalek—Tulungagung, 2 Agustus 2013
Ngainun Naim
www.ngainun-naim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.