Rabu, 28 Agustus 2013

Kiat Menjadi Akademisi Tangguh



Kiat Menjadi Akademisi Tangguh
Oleh Ngainun Naim

Menjadi akademisi tangguh yang konsisten dengan dunia keilmuan itu bukan hal mudah. Ada banyak akademisi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, tetapi hanya sedikit yang mampu menjadi akademisi tangguh.
Akademisi tangguh itu selalu bekerja, meneliti, dan memproduksi karya yang bermutu. Hidupnya betul-betul dicurahkan untuk dunia intelektual. Karya-karya yang dihasilkannya mempengaruhi dan mewarnai terhadap dunia intelektual.
Apa yang dilakukan oleh akademisi tangguh dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Hidupnya adalah teladan. Integritasnya yang membuat orang lain merasa menemukan role model bagi pengembangan dunia intelektual.

Status Inspiratif Nadirsyah Hosein
Kampus tempat saya bekerja menerapkan kebijakan untuk membuka akses facebook hanya pada jam 12.00-13.00. Pada jam-jam efektif akses FB ditutup. Kebijakan ini dibuat berdasarkan—salah satunya—pertimbangan banyaknya mahasiswa, dosen, dan karyawan yang menghabiskan waktunya untuk membuka akses FB pada jam-jam efektif kantor. Implikasinya, jam kerja tidak dapat dimanfaatkan secara efektif untuk menghasilkan kinerja yang produktif.
Setelah shalat duhur dan makan siang, saya biasanya segera membuka akses FB. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek inbox dan notifikasi. Setelah itu baru membaca status teman-teman.
Rabo siang (28/8), saya menemukan status yang sangat menarik dari Nadirsyah Hosein, seorang ilmuwan Indonesia yang sekarang memiliki menjadi akademisi di Australia. Status beliau saya kutip di sini:
”Salah satu rahasia kenapa akademisi top spt Dekan atau Guru Besar di kampus saya tetap bisa produktif berkarya adalah karena mereka selalu menyisihkan waktu utk membaca. Ada yang khusus memilih hari Rabu atau Jum'at, misalnya, dimana pintu ruangannya ditutup rapat, semua permintaan utk rapat, memberi kuliah umum atau undangan seminar ditolak. Email pun tdk disentuh pada hari itu. Hari tsb menjadi khusus utk hari membaca (dan menulis). Ada juga yang mengalokasikan waktu setiap hari pada jam-jam tertentu (misalnya dari jam 3 s/d jam 5 sore) dimana keluarga, boss, ataupun penagih hutang (hehehe) tdk bisa menghubungi ybs karena sdg tenggelam dalam tumpukan buku dan paper.
”Soalnya sehebat apapun anda kalau anda tdk punya lagi waktu utk membaca maka ilmu anda akan mampet dan mandek sehingga setiap tampil memberi kuliah atau berceramah yg terjadi adalah pengulangan materi yang itu-itu saja. Di sisi lain, ilmu selalu berkembang dan bahan bacaan serta hasil riset baru selalu terbit setiap saat”.
Saya tertegun membaca status intelektual yang juga putra almarhum Prof. Dr. K.H. Ibrahim Hosein tersebut. Status yang kelihatannya sederhana tersebut sesungguhnya mengandung spirit pembelajaran yang luar biasa. kebanyakan dosen harus menghabiskan waktunya untuk mengajar dan hal-hal administratif lainnya. Kesibukan teknis sehari-hari membuat mereka tidak memiliki lagi etos keilmuan yang kuat. Karena itu, tulisan Nadirsyah Hosein seolah menjadi pendorong bagi tumbuhnya spirit akademisi yang tangguh.
Status FB tersebut juga menandai kritik terhadap semakin tumbuhsuburnya budaya plagiat. Sebagaimana banyak ditulis di Kompasiana, plagiat semakin tumbuh subur. Plagiat merupakan perilaku yang harus dijauhi oleh ilmuwan tangguh dan bermutu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.