Kiat
Menjadi Akademisi Tangguh
Oleh
Ngainun Naim
Menjadi akademisi tangguh yang konsisten dengan dunia
keilmuan itu bukan hal mudah. Ada banyak akademisi di berbagai perguruan tinggi
di Indonesia, tetapi hanya sedikit yang mampu menjadi akademisi tangguh.
Akademisi tangguh itu selalu bekerja, meneliti, dan
memproduksi karya yang bermutu. Hidupnya betul-betul dicurahkan untuk dunia
intelektual. Karya-karya yang dihasilkannya mempengaruhi dan mewarnai terhadap
dunia intelektual.
Apa yang dilakukan oleh akademisi tangguh dapat menjadi
inspirasi bagi orang lain. Hidupnya adalah teladan. Integritasnya yang membuat
orang lain merasa menemukan role model bagi
pengembangan dunia intelektual.
Status Inspiratif
Nadirsyah Hosein
Kampus tempat saya bekerja menerapkan kebijakan
untuk membuka akses facebook hanya pada jam 12.00-13.00. Pada jam-jam efektif
akses FB ditutup. Kebijakan ini dibuat berdasarkan—salah satunya—pertimbangan
banyaknya mahasiswa, dosen, dan karyawan yang menghabiskan waktunya untuk
membuka akses FB pada jam-jam efektif kantor. Implikasinya, jam kerja tidak
dapat dimanfaatkan secara efektif untuk menghasilkan kinerja yang produktif.
Setelah shalat duhur dan makan siang, saya
biasanya segera membuka akses FB. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek
inbox dan notifikasi. Setelah itu baru membaca status teman-teman.
Rabo siang (28/8), saya menemukan status yang
sangat menarik dari Nadirsyah Hosein, seorang ilmuwan Indonesia yang sekarang
memiliki menjadi akademisi di Australia. Status beliau saya kutip di sini:
”Salah satu rahasia kenapa akademisi top spt
Dekan atau Guru Besar di kampus saya tetap bisa produktif berkarya adalah
karena mereka selalu menyisihkan waktu utk membaca. Ada yang khusus memilih
hari Rabu atau Jum'at, misalnya, dimana pintu ruangannya ditutup rapat, semua
permintaan utk rapat, memberi kuliah umum atau undangan seminar ditolak. Email
pun tdk disentuh pada hari itu. Hari tsb menjadi khusus utk hari membaca (dan
menulis). Ada juga yang mengalokasikan waktu setiap hari pada jam-jam tertentu
(misalnya dari jam 3 s/d jam 5 sore) dimana keluarga, boss, ataupun penagih
hutang (hehehe) tdk bisa menghubungi ybs karena sdg tenggelam dalam tumpukan
buku dan paper.
”Soalnya sehebat apapun anda kalau anda tdk punya
lagi waktu utk membaca maka ilmu anda akan mampet dan mandek sehingga setiap
tampil memberi kuliah atau berceramah yg terjadi adalah pengulangan materi yang
itu-itu saja. Di sisi lain, ilmu selalu berkembang dan bahan bacaan serta hasil
riset baru selalu terbit setiap saat”.
Saya tertegun membaca status intelektual yang juga putra
almarhum Prof. Dr. K.H. Ibrahim Hosein tersebut. Status yang kelihatannya
sederhana tersebut sesungguhnya mengandung spirit pembelajaran yang luar biasa.
kebanyakan dosen harus menghabiskan waktunya untuk mengajar dan hal-hal
administratif lainnya. Kesibukan teknis sehari-hari membuat mereka tidak
memiliki lagi etos keilmuan yang kuat. Karena itu, tulisan Nadirsyah Hosein
seolah menjadi pendorong bagi tumbuhnya spirit akademisi yang tangguh.
Status FB tersebut juga menandai kritik terhadap semakin
tumbuhsuburnya budaya plagiat. Sebagaimana banyak ditulis di Kompasiana,
plagiat semakin tumbuh subur. Plagiat merupakan perilaku yang harus dijauhi
oleh ilmuwan tangguh dan bermutu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.