Rabu, 28 Agustus 2013

Dunia Asketis Stephen King



Dunia Asketis Stephen King
Oleh Ngainun Naim

Andaikata keinginan menulis sempat meninggalkanku, aku ingin hari itu jadi hari terakhirku” (Naguib Mahfudz)

Ungkapan sastrawan Mesir Naguib Mahfudz ini menggambarkan betapa menulis telah menjadi bagian yang sangat erat  dalam kehidupannya. Menulis memang dunia yang unik dan kompleks. Unik karena dunia ini hanya ditekuni oleh segelintir orang. Banyak yang mencoba memasukinya, tetapi hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Menulis juga kompleks karena terkait dengan beragam aspek; mulai wawasan, ketrampilan, konsistensi hingga seni.
Menulis memang membutuhkan keseriusan dan konsistensi tinggi. Hanya mereka yang mencurahkan segenap kemampuan dan energi hidupnya saja yang mampu menjadi penulis produktif dengan kualitas tinggi. Mereka inilah yang mampu melahirkan karya yang memiliki makna penting dan mempengaruhi kehidupan para pembacanya.
Salah seorang dari kelompok penulis produktif dengan kualitas tinggi tersebut adalah Stephen King. King adalah novelis spesialis cerita horor, fiksi sains dan kriminalitas. Tidak kurang dari 35 novel berkualitas dan best seller Internasional yang telah dia hasilkan. Selain itu, ratusan cerita pendeknya juga telah menghiasi banyak media massa.
Prestasi King yang luar bisa dalam menulis memang menimbulkan decak kagum berbagai kalangan. Proses kreatifnya sebagai penulis menimbulkan rasa keingintahuan publik. Dalam buku Stephen King on Writing, ia berbicara secara luas dan mendalam terkait dengan sketsa perjalanan hidup dan jalan panjang serta berliku yang harus ditundukkan dalam meniti karier kepenulisannya.
King menjalani karier kepenulisan semenjak masih beliau. Dalam usia 12 tahun, tulisan demi tulisan dia hasilkan. Tetapi selama 4 tahun, setiap tulisan yang dia kirim ke media massa terus-menerus dikembalikan. Dia menyimpan arsip pengembalian tersebut di paku yang dia tempelkan di dinding kamarnya. Karena banyaknya karya yang dikembalikan, sampai paku yang ditancapkan di dinding tidak mampu lagi menampung. Tetapi dia tidak putus asa. Dia terus saja menulis.
Jika sekarang dia menjadi penulis sukses Internasional, semua itu merupakan hasil dari kerja keras tanpa putus asa selama bertahun-tahun. King memang tidak main-main dalam menulis. Demi mengembangkan dan menekuni dunia kepenulisan, semua pekerjaan dia tinggalkan. Hidupnya secara penuh dia dedikasikan untuk menghasilkan karya-karya yang bermutu.
Menurut King, menulis harus dilakukan secara konsisten. Seorang penulis harus mampu menghindari berbagai godaan yang mengganggu proses menulis. Jika ingin menjadi penulis yang sukses, saran King, sebaiknya tidak ada telepon di ruang kerja, dan tentu saja tidak ada televisi atau videogame untuk bermain-main. “Jika ada jendela, pasang tirainya atau tutuplah jendela itu hingga tampak seperti tembok kosong. Bagi setiap penulis, dan terutama penulis pemula, sangat bijaksana untuk mengurangi setiap hal yang dapat mengalihkan perhatian”, saran King.
Mungkin saran King ini terasa ekstrim. Tetapi jika ingin berhasil dalam  menekuni dunia kepenulisan, seseorang memang harus “individualis” dan mengonsentrasikan diri dalam kerja menulis. Dan King sendiri adalah teladan sempurna untuk nasehat ini. Selama bertahun-tahun, dia menghabiskan hari-harinya di ruang kerja. Tidak ada yang boleh mengganggunya. Dari keteguhan dan kedisiplinannya ini, telah lahir puluhan karya berkualitas dan laris manis di pasaran.
Aspek lain yang juga ditekankan oleh King adalah orientasi. Menulis di mata King bukanlah untuk mencari uang, menjadi terkenal, untuk memperoleh banyak teman, atau untuk memperoleh kemapanan hidup. Menulis adalah usaha untuk memperkaya hidup orang-orang yang akan membaca karya kita, sekaligus memperkaya hidup kita sendiri. Adapun kemudian kita menjadi kaya, terkenal, banyak teman dan berbagai kosenkuensi lainnya, itu lahir sebagai “efek samping” dari kinerja menulis yang kita jalani.
Dengan konsepsi semacam ini, tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa menulis merupakan sebuah dunia asketis. Dunia semacam ini akan menghadirkan keterlibatan diri dan penghayatan personalitas secara mendalam. Bagi Stephen King, menulis merupakan dunia asketis yang akan memberikan “ruh” dalam setiap sisi kehidupan.  Karena landasan orientasi semacam ini, perjalanan hidup King yang penuh dinamika; sakit-sakitan di masa kecil, kecanduan minuman keras, obat terlarang, hingga nasib naas di tabrak mobil, tidak menghentikan konsistensinya untuk terus menulis. Menulis telah memberikan kebahagiaan tersendiri. Sebab, menulis adalah bagian dari eksistensi diri yang tidak terpisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.