Dunia Asketis Stephen King
Oleh Ngainun
Naim
“Andaikata keinginan menulis
sempat meninggalkanku, aku ingin hari itu jadi hari terakhirku” (Naguib
Mahfudz)
Ungkapan sastrawan Mesir Naguib Mahfudz ini menggambarkan
betapa menulis telah menjadi bagian yang sangat erat dalam kehidupannya. Menulis memang dunia yang
unik dan kompleks. Unik karena dunia ini hanya ditekuni oleh segelintir orang.
Banyak yang mencoba memasukinya, tetapi hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan
dalam jangka waktu yang lama. Menulis juga kompleks karena terkait dengan
beragam aspek; mulai wawasan, ketrampilan, konsistensi hingga seni.
Menulis memang membutuhkan keseriusan dan konsistensi
tinggi. Hanya mereka yang mencurahkan segenap kemampuan dan energi hidupnya
saja yang mampu menjadi penulis produktif dengan kualitas tinggi. Mereka inilah
yang mampu melahirkan karya yang memiliki makna penting dan mempengaruhi
kehidupan para pembacanya.
Salah seorang dari kelompok penulis produktif dengan
kualitas tinggi tersebut adalah Stephen King. King adalah novelis spesialis
cerita horor, fiksi sains dan kriminalitas. Tidak kurang dari 35 novel
berkualitas dan best seller Internasional yang telah dia hasilkan.
Selain itu, ratusan cerita pendeknya juga telah menghiasi banyak media massa.
Prestasi
King yang luar bisa dalam menulis memang menimbulkan decak kagum berbagai
kalangan. Proses kreatifnya sebagai penulis menimbulkan rasa keingintahuan
publik. Dalam buku Stephen King on Writing, ia berbicara secara luas dan
mendalam terkait dengan sketsa perjalanan hidup dan jalan panjang serta berliku
yang harus ditundukkan dalam meniti karier kepenulisannya.
King
menjalani karier kepenulisan semenjak masih beliau. Dalam usia 12 tahun,
tulisan demi tulisan dia hasilkan. Tetapi selama 4 tahun, setiap tulisan yang
dia kirim ke media massa terus-menerus dikembalikan. Dia menyimpan arsip pengembalian
tersebut di paku yang dia tempelkan di dinding kamarnya. Karena banyaknya karya
yang dikembalikan, sampai paku yang ditancapkan di dinding tidak mampu lagi menampung.
Tetapi dia tidak putus asa. Dia terus saja menulis.
Jika
sekarang dia menjadi penulis sukses Internasional, semua itu merupakan hasil
dari kerja keras tanpa putus asa selama bertahun-tahun. King memang tidak
main-main dalam menulis. Demi mengembangkan dan menekuni dunia kepenulisan,
semua pekerjaan dia tinggalkan. Hidupnya secara penuh dia dedikasikan untuk
menghasilkan karya-karya yang bermutu.
Menurut
King, menulis harus dilakukan secara konsisten. Seorang penulis harus mampu
menghindari berbagai godaan yang mengganggu proses menulis. Jika ingin menjadi
penulis yang sukses, saran King, sebaiknya tidak ada telepon di ruang kerja, dan
tentu saja tidak ada televisi atau videogame untuk bermain-main. “Jika
ada jendela, pasang tirainya atau tutuplah jendela itu hingga tampak seperti
tembok kosong. Bagi setiap penulis, dan terutama penulis pemula, sangat
bijaksana untuk mengurangi setiap hal yang dapat mengalihkan perhatian”, saran
King.
Mungkin
saran King ini terasa ekstrim. Tetapi jika ingin berhasil dalam menekuni dunia kepenulisan, seseorang memang
harus “individualis” dan mengonsentrasikan diri dalam kerja menulis. Dan King
sendiri adalah teladan sempurna untuk nasehat ini. Selama bertahun-tahun, dia
menghabiskan hari-harinya di ruang kerja. Tidak ada yang boleh mengganggunya.
Dari keteguhan dan kedisiplinannya ini, telah lahir puluhan karya berkualitas
dan laris manis di pasaran.
Aspek
lain yang juga ditekankan oleh King adalah orientasi. Menulis di mata King
bukanlah untuk mencari uang, menjadi terkenal, untuk memperoleh banyak teman,
atau untuk memperoleh kemapanan hidup. Menulis adalah usaha untuk memperkaya
hidup orang-orang yang akan membaca karya kita, sekaligus memperkaya hidup kita
sendiri. Adapun kemudian kita menjadi kaya, terkenal, banyak teman dan berbagai
kosenkuensi lainnya, itu lahir sebagai “efek samping” dari kinerja menulis yang
kita jalani.
Dengan
konsepsi semacam ini, tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa menulis
merupakan sebuah dunia asketis. Dunia semacam ini akan menghadirkan
keterlibatan diri dan penghayatan personalitas secara mendalam. Bagi Stephen
King, menulis merupakan dunia asketis yang akan memberikan “ruh” dalam setiap
sisi kehidupan. Karena landasan
orientasi semacam ini, perjalanan hidup King yang penuh dinamika; sakit-sakitan
di masa kecil, kecanduan minuman keras, obat terlarang, hingga nasib naas di
tabrak mobil, tidak menghentikan konsistensinya untuk terus menulis. Menulis
telah memberikan kebahagiaan tersendiri. Sebab, menulis adalah bagian dari
eksistensi diri yang tidak terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.