Senin, 12 Agustus 2013

GAIRAH LITERASI DARI TRENGGALEK



Oleh Ngainun Naim

Mungkin di antara pembaca Kompasiana belum banyak yang mengenal secara baik nama Kabupaten Trenggalek. Saya kira itu wajar karena Trenggalek bukanlah kota besar. Juga bukan kota istimewa yang menjadi perhatian publik. Letak geografisnya yang didominasi pegunungan menjadikan Trenggalek seringkali luput dari perhatian. Memang pernah nama Trenggalek masuk nominasi pemberitaan nasional, tetapi biasanya tidak berkaitan dengan prestasi spektakuler.
Namun demikian, sesungguhnya Trenggalek menyimpan banyak potensi. Jika saja ada perhatian besar dari para pemegang kebijakan, potensi ini dapat tumbuh subur dan berkembang pesat. Salah satunya adalah potensi GERAKAN LITERASI.
Mungkin kedengarannya aneh. Ditinjau dari sisi lembaga pendidikan tinggi, di Trenggalek hanya ada tiga kampus, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Sunan Giri, Sekolah Tinggi keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI, dan Akademi Keperawatan. Kondisi masing-masing kampus juga tidak terlalu kondusif bagi pertumbuhan dunia literasi. Perpustakaan kampus, majalah kampus, dan minat baca civitas akademika dari ketiga perguruan tinggi tersebut juga belum terlalu menggembirakan.
Toko buku? Jangan terlalu banyak berharap. Jika Anda pergi ke toko buku di Trenggalek maka suguhan utamanya adalah buku tulis. Buku bacaan memang ada, tetapi jumlahnya jauh dari memadai dan memuaskan nafsu membaca. Beruntung saya bekerja di Tulungagung yang memiliki toko buku lumayan. Kadang juga saya ke Kediri yang jumlah toko bukunya jauh lebih lengkap.
Perpustakaan? Perpustakaan Daerah sekarang ini sudah jauh lebih baik dari sisi koleksi dan pelayanan. Jam buka sampai hari sabtu. Koleksi juga terus bertambah. Memang belum ideal, tetapi saya kira sudah cukup lumayan untuk mengobati keingintahuan publik terhadap dunia ilmu. Upaya menghadirkan perpustakaan keliling di tempat pelayanan publik juga menjadi kegiatan penting yang layak diapresiasi.
----- * -----
Keterbatasan bukan berarti tidak mampu memberikan kreativitas. Di tengah kondisi yang semacam ini, beberapa orang yang memiliki kepedulian terhadap dunia literasi tergerak. Dimotori oleh Nurani Soyomukti dan beberapa sastrawan muda, mereka membentuk Quantum Litera Center (QLC). Juga menggelar Arisan Sastra. Komunitas ini juga aktif melakukan kampanye literasi ke berbagai sekolah, mengadakan pelatihan menulis, dan mengadakan lomba karya tulisa ilmiah.
Saya sendiri beberapa kali hadir di acara QLC. Minggu sore, 4 Agustus 2013, Arisan Sastra kembali digelar di Aula Bapeda Kabupaten Trenggalek. Acara ini cukup meriah. Tidak kurang dari 50 orang hadir, termasuk para pelajar yang memiliki minat terhadap dunia sastra. Selain arisan, juga digelar pelatihan menulis resensi buku dan bedah ”Antologi Puisi” yang berjudul Kembalilah Siswa-siswa Semesta. Antologi ini menyusul kumpulan cerpen yang telah terbit sebelumnya, yaitu Senja Temaram di Pantai Balado.
Ditinjau dari sudut pandang kreativitas dan produktivitas, gairah literasi dari anak-anak muda Trenggalek ini layak untuk diapresiasi. Mereka ternyata memiliki kemampuan yang layak untuk diperhitungkan. Selain cerpen dan puisi, anak-anak muda Trenggalek yang bergiat di dunia literasi ternyata cukup banyak. Melalui acara-acara semacam ini ditemukan banyak potensi besar yang selama ini terpendam. 

Jika boleh menyebut, gairah literasi ini merupakan investasi. Tentu saja, investasinya tidak dalam jangka pendek, tetapi jangka panjang. Mereka yang mulai sekarang sudah bergelut dengan dunia literasi, ke depan akan menjadi manusia-manusia yang memiliki nilai berbeda dibandingkan dengan yang tidak akrab—apalagi tidak mengenal—dunia literasi. Mungkin tidak banyak perubahan mendasar yang akan diberikan oleh kalangan muda yang gemar berliterasi ini, tetapi minimal apa yang mereka lakukan akan MEWARNAI kehidupan sosial kemasyarakatan di masa depan. Apa yang mereka lakukan dengan dunia ide dan imajinasinya akan mewarnai perubahan. Perubahan, dalam teori sosial, selalu bermuara pada ide. Tentu bukan sekadar dan sembarang ide, tetapi ide yang memiliki orisinalitas, kekuatan metodologis, akar epistemologis, dukungan massa, dan keberuntungan sejarah. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.