Sabtu, 24 Agustus 2013

BANJIR PENGUNJUNG



BANJIR PENGUNJUNG
Oleh Ngainun Naim

Salah satu kebahagiaan penulis adalah saat tulisannya dibaca banyak orang. Itu juga yang aku rasakan. Hari selasa kemarin, dalam sehari blogku ini, www.ngainun-naim.blogspot.com, dikunjungi oleh 340 orang. Dan hari rabo, dikunjungi oleh 409 orang. Ini merupakan kunjungan terbanyak sejak aku aktif mengisinya bulan maret kemarin. Biasanya, dalam sehari dikunjungi di kisaran 50 pengunjung. Kadang di atas 50, kadang kurang.
Aku tidak tahu pasti mengapa jumlah pengunjung blog milikku meningkat sedemikian drastis. Tetapi dugaan terkuatku karena tulisanku yang kukirim ke Kompasiana ”nangkring” pada posisi Inspiratif selama beberapa jam. Kulihat juga tulisan tersebut disebar melalui twitter dan FB.
Apa hubungannya dengan meningkatnya jumlah pengunjung blogku? Begini. Di (hampir) setiap artikel yang aku kirim ke Kompasiana, pada bagian akhir aku selalu menyisipkan alamat blogku. Aku meniru seorang Kompasianer senior, Wijaya Kusuma atau Omjay. Di bagian akhir setiap tulisannya, Omjay menulis alamat blognya. Dan itu juga yang aku lakukan.
Menulis di blog atau jejaring sosial yang lainnya itu sangat menantang. Di tinjau dari sisi materi, memang tidak ada materi yang kuperoleh secara langsung. Tetapi secara tidak langsung, materi itu juga akan datang menyapa. Salah satu buktinya, sekitar dua minggu sebelum puasa, aku diminta mengisi acara sebuah sekolah di Tulungagung. Ketika kepala sekolah datang ke kantorku untuk acara tersebut, aku bertanya mengapa memilih aku sebagai pembicara, ternyata salah satu alasannya karena tulisanku yang dinilai cukup banyak.
Pengalaman para aktivis blog—selain Omjay yang bisa kusebut adalah Pak Johan Wahyudi—juga menunjukkan betapa menulis di blog itu sangat besar manfaatnya. Ada ”efek samping” yang bisa kita rasakan.
”Menulis itu klangenan”, kata seorang teman yang merupakan penulis sekitar 10 buku beberapa hari. Ia datang menemuiku setelah sekian tahun tidak bertemu. Ada rasa bahagia kembali bersua. Yang paling membahagiakan adalah saat berbincang tentang dunia menulis. Menulis itu seperti barang berharga yang harus terus dipelihara. Materi bukan menjadi tujuan yang utama. Materi memang penting, tetapi menulis yang hanya dimotivasi untuk kepentingan materi semata akan kecewa. Sebab, tidak semua hasil tulisan kita bisa diuangkan.
Jadi, apapun yang terjadi, menulis harus terus ditradisikan agar memberikan banyak manfaat. Sedekah itu tidak harus berupa materi tetapi juga tulisan. Tulisan yang menginspirasi manfaatnya jelas terasa. Coba kita baca testimoni atau tulisan para Kompasianer yang mengalami transformasi setelah membaca artikel-artikel di Kompasiana.
Salam!
Tulungagung, 22 Agustus 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.