UNDANGAN MENULIS
Oleh Ngainun Naim
Senin
sore, 15 Juli 2013, menjelang berbuka puasa saya sedang duduk santai bersama
anak di beranda rumah. Tiba-tiba sebuah telepon masuk ke HP. Saya lihat
nomornya, ternyata seorang teman yang bekerja di Harian Jawa Pos Radar
Tulungagung. Saya terima dengan hangat panggilan teleponnya. Setelah
berbasa-basi, dia mengutarakan niatnya. ”Saya minta artikelnya untuk Radar
Tulungagung pak. Ya tentang ramadhan”, katanya. Tentu saja, dengan antusias
saya segera menjawab siap.
Salah
satu kebahagiaan yang saya rasakan adalah saat ada yang meminta tulisan saya.
Bagi saya, permintaan tulisan tersebut merupakan sebuah penghormatan,
penghargaan, tantangan, sekaligus kebahagiaan. Penghormatan karena tidak semua
orang ditawari menulis seperti yang saya alami. Penghargaan karena perjuangan
menulis yang saya lakoni ternyata mendapatkan perhatian dari beberapa pihak.
Tantangan karena menulis itu sesungguhnya bukan hal mudah. Di tengah kepungan
kesibukan yang mengepung setiap hari, menulis membutuhkan kemauan dan
perjuangan yang tidak ringan. Dan kebahagiaan karena menulis selalu menghadirkan
rasa bahagia dalam diri saya.
Dibandingkan
dengan para penulis besar yang menghasilkan tulisan tiada henti, saya memang
belum ada apa-apanya. Setahu saya, mantan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, Prof. Dr. H. Imam Suprayogo mampu menulis secara rutin tanpa henti
dalam jangka lima tahun. Coba Anda bayangkan, lima tahun tanpa henti. beliau
mulai menulis pada Juni 2008 dan terus menulis sampai sekarang. Ini tentu
prestasi luar biasa yang tidak semua orang mampu melakukannya. Entahlah, energi
apa yang beliau miliki sehingga hampir 2000 artikel telah beliau hasilkan dalam
jangka 5 tahun. Rasanya bukan hal berlebihan jika beberapa tahun lalu beliau
mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena prestasi menulisnya
yang memang luar biasa tersebut.
Penulis lainnya adalah Johan
Wahyudi. Beliau adalah seorang guru
dari Sragen Jawa Tengah. Namanya baru saya tahu setelah saya beberapa hari
terakhir aktif menulis di Kompasiana. Di
ruang blog bersama ini, selain Johan Wahyudi, Anda akan menemui banyak penulis
produktif yang banyak memberikan inspirasi, seperti Wijaya Kusuma, Moch.
Khoiri, dan banyak lagi penulis-penulis penuh komitmen yang luar biasa.
Walaupun
masih belajar, tetapi saya selalu berusaha meniru mereka. Menulis setiap hari
saya jadikan komitmen. Memang tidak mudah, tetapi dalam beberapa waktu terakhir
ini saya mampu melakukannya. Saya hanya berharap agar komitmen ini dapat saya
pertahankan agar saya bisa menebarkan pengetahuan dan mendapatkan manfaat dari
aktivitas menulis ini.
Manfaat
yang nyata-nyata saya rasakan adalah undangan menulis. Selain dari teman Harian
Jawa Pos Radar Tulungagung, saya pernah mendapatkan undangan menulis dari
beberapa teman. Ada yang dari Serang Banten, Jakarta, Malang, dan Trenggalek.
Semuanya itu merupakan bentuk penghargaan yang harus saya rawat dengan baik.
Dan
kebahagiaan itu semakin lengkap karena pagi ini, saat saya masuk ke kantor, di
halaman depan Harian Jawa Pos Radar Tulungagung, artikel plus foto saya
terpampang. Dimuatnya tulisan ini, walaupun sebenarnya sudah tidak terhitung
kalinya, tetap menghadirkan rasa bahagia tak terkira.
Kampus
STAIN Tulungagung, 17 Juli 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.