Kamis, 18 Juli 2013

UNDANGAN MENULIS



UNDANGAN MENULIS
Oleh Ngainun Naim


Senin sore, 15 Juli 2013, menjelang berbuka puasa saya sedang duduk santai bersama anak di beranda rumah. Tiba-tiba sebuah telepon masuk ke HP. Saya lihat nomornya, ternyata seorang teman yang bekerja di Harian Jawa Pos Radar Tulungagung. Saya terima dengan hangat panggilan teleponnya. Setelah berbasa-basi, dia mengutarakan niatnya. ”Saya minta artikelnya untuk Radar Tulungagung pak. Ya tentang ramadhan”, katanya. Tentu saja, dengan antusias saya segera menjawab siap.
Salah satu kebahagiaan yang saya rasakan adalah saat ada yang meminta tulisan saya. Bagi saya, permintaan tulisan tersebut merupakan sebuah penghormatan, penghargaan, tantangan, sekaligus kebahagiaan. Penghormatan karena tidak semua orang ditawari menulis seperti yang saya alami. Penghargaan karena perjuangan menulis yang saya lakoni ternyata mendapatkan perhatian dari beberapa pihak. Tantangan karena menulis itu sesungguhnya bukan hal mudah. Di tengah kepungan kesibukan yang mengepung setiap hari, menulis membutuhkan kemauan dan perjuangan yang tidak ringan. Dan kebahagiaan karena menulis selalu menghadirkan rasa bahagia dalam diri saya.
Dibandingkan dengan para penulis besar yang menghasilkan tulisan tiada henti, saya memang belum ada apa-apanya. Setahu saya, mantan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. H. Imam Suprayogo mampu menulis secara rutin tanpa henti dalam jangka lima tahun. Coba Anda bayangkan, lima tahun tanpa henti. beliau mulai menulis pada Juni 2008 dan terus menulis sampai sekarang. Ini tentu prestasi luar biasa yang tidak semua orang mampu melakukannya. Entahlah, energi apa yang beliau miliki sehingga hampir 2000 artikel telah beliau hasilkan dalam jangka 5 tahun. Rasanya bukan hal berlebihan jika beberapa tahun lalu beliau mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena prestasi menulisnya yang memang luar biasa tersebut.
Penulis lainnya adalah Johan Wahyudi. Beliau adalah seorang guru dari Sragen Jawa Tengah. Namanya baru saya tahu setelah saya beberapa hari terakhir aktif menulis di Kompasiana. Di ruang blog bersama ini, selain Johan Wahyudi, Anda akan menemui banyak penulis produktif yang banyak memberikan inspirasi, seperti Wijaya Kusuma, Moch. Khoiri, dan banyak lagi penulis-penulis penuh komitmen yang luar biasa.
Walaupun masih belajar, tetapi saya selalu berusaha meniru mereka. Menulis setiap hari saya jadikan komitmen. Memang tidak mudah, tetapi dalam beberapa waktu terakhir ini saya mampu melakukannya. Saya hanya berharap agar komitmen ini dapat saya pertahankan agar saya bisa menebarkan pengetahuan dan mendapatkan manfaat dari aktivitas menulis ini.
Manfaat yang nyata-nyata saya rasakan adalah undangan menulis. Selain dari teman Harian Jawa Pos Radar Tulungagung, saya pernah mendapatkan undangan menulis dari beberapa teman. Ada yang dari Serang Banten, Jakarta, Malang, dan Trenggalek. Semuanya itu merupakan bentuk penghargaan yang harus saya rawat dengan baik.
Dan kebahagiaan itu semakin lengkap karena pagi ini, saat saya masuk ke kantor, di halaman depan Harian Jawa Pos Radar Tulungagung, artikel plus foto saya terpampang. Dimuatnya tulisan ini, walaupun sebenarnya sudah tidak terhitung kalinya, tetap menghadirkan rasa bahagia tak terkira.
Kampus STAIN Tulungagung, 17 Juli 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.