TRADISI RISET PESANTREN
Oleh Ngainun
Naim
Pesantren biasanya berkonotasi dengan sarung, ngaji, kitab kuning, kiai,
dan para santri. Kehidupan di pesantren itu sederhana, cenderung tidak banyak
melakukan perubahan, dan lebih mempertahankan tradisi. Karena itu, walaupun
pesantren sudah mulai ada bersamaan dengan Islam masuk Indonesia, tetapi
perkembangannya juga relatif belum menggembirakan. Memang ada beberapa
pesantren yang berhasil tumbuh dan berkembang secara menakjubkan, tetapi
jumlahnya saya kira hanya kecil saja. Sementara sebagian besarnya tetap
bertahan dengan kehidupannya.
Dunia pesantren itu otonom. Segala sesuatu di komunitas pesantren
tergantung kepada kiai. Jika kiai tidak menghendaki inovasi, selamanya
pesantren tidak akan berubah. Tetapi jika kiainya memiliki visi perkembangan
yang konstruktif, pesantren yang dipimpinnya juga akan dapat berkembang.
Bagaimana jika pesantren dihubungkan dengan riset? Saya kira secara umum
orang akan melihat sebagai sesuatu yang kurang tepat. Riset umumnya
ditumbuhkembangkan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian. Tujuan
riset bermacam-macam, di antaranya untuk pengembangan keilmuan. Melalui riset
diharapkan akan tumbuh dan berkembang sebuah bidang ilmu sehingga mampu
memberikan kontribusi konkrit terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan dalam
makna yang sesungguhnya. Riset yang dilakukan secara intensif akan memengaruhi
secara langsung terhadap kehidupan. Karena itu, maju mundurnya sebuah bangsa
ditentukan—antara lain—oleh keberadaan tradisi risetnya.
Pesantren, sejauh yang saya ketahui, memang kurang akrab dengan dunia
riset. Aktivitas pesantren lebih bersifat mempertahankan tradisi dan kurang
akrab dengan pelacakan-pelacakan ilmiah dalam bungkus riset. Tetapi tampaknya
sekarang sedang berkembang usaha untuk menjadikan riset sebagai bagian dari
kehidupan pesantren.
Ceritanya, seorang kiai muda dari Pesantren Mlangi Yogyakarta mengirimi
saya sebuah jurnal. Menariknya, jurnal tersebut diberi nama sama dengan
pesantrennya, yaitu JURNAL MLANGI. Jurnal ini pada sub namanya tertulis ”Media
Pemikiran dan Budaya Pesantren”. Sampai saat ini, jurnal tersebut sudah terbit
dua kali. Saya berharap agar jurnal ini
dapat terus terbit dan tidak menjadi jurnal berkala, ya kala kala terbit...
kala kala tidak he he he... Sebab banyak jurnal bermutu yang memberikan
manfaat bagi masyarakat luas pada akhirnya gulung tikar dan tidak mampu
melanjutkan jejak intelektualnya.
Tema terbitan kedua ini cukup menarik, yaitu Pesantren, Riset Strategis Bangsa dan Kondobhuwono. Di dalamnya ada beberapa judul yang menurut saya
cukup menarik, di antaranya: ”Menuju Pesantren-Riset: Paradigma, Orientasi
Ideologi, Nilai, dan Strategi”, ”Perguruan Tinggi Riset Berbasis Nilai-nilai
Pesantren”, dan beberapa judul yang cukup menarik untuk ditelaah lebih lanjut.
Nah, mencermati topik-topik yang dibahas inilah yang saya maksudkan dengan
judul catatan ini. Pesantren akan banyak melakukan perubahan ke arah kemajuan
jika mampu menjadikan riset sebagai tradisi penting di dalamnya. Akankan itu
terjadi?
Saya tidak bisa menjawabnya secara pasti. Jika Anda berminat untuk mengetahui
lebih jauh, saya persilahkan Anda menghubungi Redaksi Jurnal Mlangi di
Pesantren Pelajar-Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi RT 02 RW 32 Nogotirto
Gamping Sleman Yogyakarta atau lihat di www.aswajanusantara.com. Salam.
Ngainun Naim
www.ngainun-naim.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.