Senin, 29 Juli 2013

TRADISI RISET PESANTREN



TRADISI RISET PESANTREN
Oleh Ngainun Naim


Pesantren biasanya berkonotasi dengan sarung, ngaji, kitab kuning, kiai, dan para santri. Kehidupan di pesantren itu sederhana, cenderung tidak banyak melakukan perubahan, dan lebih mempertahankan tradisi. Karena itu, walaupun pesantren sudah mulai ada bersamaan dengan Islam masuk Indonesia, tetapi perkembangannya juga relatif belum menggembirakan. Memang ada beberapa pesantren yang berhasil tumbuh dan berkembang secara menakjubkan, tetapi jumlahnya saya kira hanya kecil saja. Sementara sebagian besarnya tetap bertahan dengan kehidupannya.
Dunia pesantren itu otonom. Segala sesuatu di komunitas pesantren tergantung kepada kiai. Jika kiai tidak menghendaki inovasi, selamanya pesantren tidak akan berubah. Tetapi jika kiainya memiliki visi perkembangan yang konstruktif, pesantren yang dipimpinnya juga akan dapat berkembang.
Bagaimana jika pesantren dihubungkan dengan riset? Saya kira secara umum orang akan melihat sebagai sesuatu yang kurang tepat. Riset umumnya ditumbuhkembangkan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian. Tujuan riset bermacam-macam, di antaranya untuk pengembangan keilmuan. Melalui riset diharapkan akan tumbuh dan berkembang sebuah bidang ilmu sehingga mampu memberikan kontribusi konkrit terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan dalam makna yang sesungguhnya. Riset yang dilakukan secara intensif akan memengaruhi secara langsung terhadap kehidupan. Karena itu, maju mundurnya sebuah bangsa ditentukan—antara lain—oleh keberadaan tradisi risetnya.
Pesantren, sejauh yang saya ketahui, memang kurang akrab dengan dunia riset. Aktivitas pesantren lebih bersifat mempertahankan tradisi dan kurang akrab dengan pelacakan-pelacakan ilmiah dalam bungkus riset. Tetapi tampaknya sekarang sedang berkembang usaha untuk menjadikan riset sebagai bagian dari kehidupan pesantren.
Ceritanya, seorang kiai muda dari Pesantren Mlangi Yogyakarta mengirimi saya sebuah jurnal. Menariknya, jurnal tersebut diberi nama sama dengan pesantrennya, yaitu JURNAL MLANGI. Jurnal ini pada sub namanya tertulis ”Media Pemikiran dan Budaya Pesantren”. Sampai saat ini, jurnal tersebut sudah terbit dua kali. Saya berharap agar jurnal ini dapat terus terbit dan tidak menjadi jurnal berkala, ya kala kala terbit... kala kala tidak he he he... Sebab banyak jurnal bermutu yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas pada akhirnya gulung tikar dan tidak mampu melanjutkan jejak intelektualnya.
Tema terbitan kedua ini cukup menarik, yaitu Pesantren, Riset Strategis Bangsa dan Kondobhuwono. Di dalamnya ada beberapa judul yang menurut saya cukup menarik, di antaranya: ”Menuju Pesantren-Riset: Paradigma, Orientasi Ideologi, Nilai, dan Strategi”, ”Perguruan Tinggi Riset Berbasis Nilai-nilai Pesantren”, dan beberapa judul yang cukup menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Nah, mencermati topik-topik yang dibahas inilah yang saya maksudkan dengan judul catatan ini. Pesantren akan banyak melakukan perubahan ke arah kemajuan jika mampu menjadikan riset sebagai tradisi penting di dalamnya. Akankan itu terjadi?
Saya tidak bisa menjawabnya secara pasti. Jika Anda berminat untuk mengetahui lebih jauh, saya persilahkan Anda menghubungi Redaksi Jurnal Mlangi di Pesantren Pelajar-Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi RT 02 RW 32 Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta atau lihat di www.aswajanusantara.com. Salam.

Ngainun Naim
www.ngainun-naim.blogspot.com.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.