Selasa, 30 Juli 2013

TIDAK INDAHNYA BERBAGI: KRITIK HUMORIS DI BULAN RAMADHAN



TIDAK INDAHNYA BERBAGI:
KRITIK HUMORIS DI BULAN RAMADHAN
Oleh Ngainun Naim

Humor itu penting. Tanpa humor, hidup terasa kering. Melalui humor yang tercipta secara spontan atau memang telah didesain, akan tercipta suasana yang ceria, santai, dan penuh keceriaan. Hubungan pergaulan yang sering diselingi humor biasanya lebih cair dan mampu membangun tingkat keakraban yang lebih erat.
Di tengah kehidupan yang penuh persaingan seperti sekarang ini, humor semakin penting perannya untuk menurunkan ketegangan. Humor memunculkan tawa. Dan tertawa adalah obat yang ampuh untuk menyegarkan jiwa. Tertawa yang muncul dari humor dapat menjadi katarsis untuk melepaskan segenap tekanan dalam jiwa.
Orang Indonesia, sejauh yang saya amati, pada umumnya memiliki jiwa humor yang tinggi. Tentu tidak semua. Hanya mereka yang memiliki kreativitas tinggi saja yang mampu memparodikan berbagai fenomena biasa sehingga menjadi sebuah humor. Saya cukup menikmati berbagai humor yang ada.
Humor itu berbeda dengan lawakan komedian yang sekarang membanjiri televisi. Para komedian kadang terkesan memaksakan hal-hal yang sesungguhnya tidak lucu menjadi lucu. Yang paling sering menjadi objek pemancing tawa adalah fisik atau hal-hal yang menjadi alergi sesama komedian.
Oh ya, kembali ke judul tulisan ini, Humor Ramadhan: Tidak Indahnya Berbagi, saya ingin berbagi beberapa humor menyegarkan yang saya temukan. Pertama, status di facebook yang menggelitik. Saya tertawa membaca kreativitas teman-teman aktivis FB yang menulis status lucu saat bulan ramadhan. Satu yang saya ingat, Puasa itu tidak hanya menahan ANGRY, tetapi juga menahan BIRD. Anda yang paham tentang kartun yang sedang naik daun, Angry Bird, tentu bisa segera menangkap ke mana arah konteks humor ini.
Kedua, seorang teman memparodikan sebuah kata-kata penting yang sekarang ini sedang banyak diperbincangkan, yaitu indahnya berbagi. Teman tersebut tidak berbagi hal-hal positif, tetapi hal lain. Ceritanya, teman tadi mengamati warung yang buka siang hari. Ia pun mendaftar warung tersebut lengkap dengan alamatnya. Data itu kemudian ia jadikan status di FB. Lucunya, pada bagian akhir dia memparodikan begini: betapa TIDAK INDAHNYA berbagi. Ya, saya kira maksudnya jelas, yaitu berbagai informasi tentang warung yang buka di siang hari.
Ketiga, ini juga tentang sebuah warung yang cukup unik. Warung yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari sebuah masjid besar ini buka di siang hari, tetapi hanya satu pintu. Pintu yang satunya ditutup. Menariknya, di depan pintu yang ditutup itu ada banner kira-kira setengah meter yang bunyinya begini: SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA KEPADA UMAT ISLAM. SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN MAMPIR KEPADA PARA MUSAFIR. KEPADA YANG BUKAN MUSAFIR SILAHKAN MINGGIR. Saya tersenyum membacanya. Memang kreativitas orang itu ada-ada saja.
Saya suka mengamati hal-hal humoris karena humor itu sangat bermanfaat buat kesehatan jiwa. Humor, sebagaimana dikatakan Gus Dur dalam bukunya Melawan Melalui Lelucon (2000: 274), memang tidak dapat mengubah keadaan atas ”tenaga sendiri”. Ini sudah wajar, karena apalah kekuatan percikan perasaan di hadapan kenyataan yang mencekam kehidupan. Namun, lelucon yang kreatif, tetapi kritis, akan merupakan bagian yang tidak boleh tidak harus diberi tempat dalam tradisi perlawanan kultural suatu bangsa, kalau bangsa itu sendiri tidak ingin kehilangan kehidupan waras dan sikap berimbang dalam menghadapi kenyataan pahit dalam lingkup yang sangat luas. Dera kepahitan dalam jangka panjang tidak mustahil akan ditundukkan oleh kesegaran humor. Salam.

Ngainun Naim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.