Rabu, 24 Juli 2013

TENTANG KERJA YANG TIDAK MEMBUAT PUSING



TENTANG KERJA YANG TIDAK MEMBUAT PUSING
Oleh Ngainun Naim


Tulisan saya beberapa hari lalu tentang Mencintai Pekerjaan pada dasarnya lahir dari pemikiran saya mengenai pentingnya totalitas dalam memasuki bidang yang menopang kehidupan kita. Jika kita bekerja tanpa ada landasan kecintaan, maka kerja kita tidak akan berjalan secara maksimal. Kita akan selalu merasa tertekan, muak, tersiksa, tidak puas, dan berbagai perasaan yang tidak membuat bahagia lainnya.
Mencintai pekerjaan akan membuat kerja menjadi enak. Ada rasa puas dan bahagia selalu terasa dalam jiwa. Berangkat kerja akan dipenuhi spirit, bukan malas-malasan. Bayangan menggembirakan selalu terukir dalam diri.
Pada tataran praktis, mencintai pekerjaan harus diikuti dengan kerja secara baik. Kerja secara baik itu berarti bekerja secara optimal dengan menghitung segala kelebihan dan kekurangan, termasuk berusaha keras untuk menghindari berbagai hal yang memungkinkan timbulnya masalah saat bekerja.
Saya tanpa sengaja menemukan uraian menarik dari motivator internasional, Dale Carnegie, tentang bagaimana bekerja yang tidak menimbulkan kepusingan. Dalam buku yang berjudul Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan Anda, Cet. XVII (Jakarta: Gramedia, 2007), disebutkan empat kiat menjadikan kerja berlangsung secara efektif dan efisien. Pertama, singkirkan semua kertas dari meja kerja Anda, kecuali yang sedang digarap. Prinsip ini kelihatannya sederhana, tetapi sesungguhnya memberikan manfaat yang sangat besar. Saya sendiri belum mampu melakukan sepenuhnya, tetapi usaha yang saya rasakan menunjukkan bahwa membuat meja kerja bersih itu berpengaruh positif terhadap pikiran dan cara kerja. Berkaitan dengan hal ini, menarik menyimak tulisan Carnegie:
Melihat meja penuh dengan surat dan laporan serta memo yang tidak dijawab saja sudah cukup menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan kecemasan. Bahkan lebih buruk dari itu. Kalau kita terus-menerus teringat pada ”ribuan hal yang harus dikerjakan dan tidak ada waktu untuk mengerjakannya”, ini tidak hanya menimbulkan ketegangan dan kelelahan; bahkan juga tekanan darah tinggi, jantung, dan radang perut.
Kedua, kerjakanlah hal-hal menurut urutan kepentingannya. Prinsip ini, sebagaimana prinsip pertama, memang tidak mudah untuk dilakukan. Namun demikian, juga dilakukan usaha secara terus-menerus, maka dampak nyatanya akan kelihatan dalam perjalanan karier kita. Carnegie memberikan contoh tentang George Bernard Shaw yang ketat melakukan aturan ini. Karena kemampuannya menjalankan prinsip ini, ia mampu menjadi penulis besar. Rencananya mengharuskan untuk menulis lima halaman sehari selama sembilan tahun yang melelahkan, meski hasilnya selama itu hanya 30 dollar. Tetapi kerja kerasnya telah mengantarkan Shaw menjadi penulis besar yang tidak terlupakan sepanjang sejarah.
Ketiga, kalau ada masalah, segera putuskan berdasarkan fakta yang diperlukan. Jangan menunda keputusan. Kebiasaan menunda, termasuk menunda keputusan, tampaknya banyak terjadi di masyarakat kita. Padahal, kebiasaan ini berarti menumpuk persoalan di awal. Lebih baik berjuang keras di awal tapi kemudian bersantai, daripada bersantai di awal tetapi diujungnya justru stress karena tekanan berbagai persoalan dan pekerjaan yang tertunda.
Keempat, belajar mengorganisasi, mewakilkan, dan menyelia. Diuraiannya, Carnegia membuat pernyataan yang menarik. ”Banyak usahawan yang cepat mati karena mereka tidak pernah belajar mendelegasikan tanggung jawab kepada orang lain, dan tetap saja mengerjakan sendiri segala sesuatunya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.