TENTANG KERJA YANG TIDAK MEMBUAT PUSING
Oleh Ngainun Naim
Tulisan
saya beberapa hari lalu tentang Mencintai
Pekerjaan pada dasarnya lahir dari pemikiran saya mengenai pentingnya
totalitas dalam memasuki bidang yang menopang kehidupan kita. Jika kita bekerja
tanpa ada landasan kecintaan, maka kerja kita tidak akan berjalan secara
maksimal. Kita akan selalu merasa tertekan, muak, tersiksa, tidak puas, dan
berbagai perasaan yang tidak membuat bahagia lainnya.
Mencintai
pekerjaan akan membuat kerja menjadi enak. Ada rasa puas dan bahagia selalu
terasa dalam jiwa. Berangkat kerja akan dipenuhi spirit, bukan malas-malasan.
Bayangan menggembirakan selalu terukir dalam diri.
Pada
tataran praktis, mencintai pekerjaan harus diikuti dengan kerja secara baik.
Kerja secara baik itu berarti bekerja secara optimal dengan menghitung segala
kelebihan dan kekurangan, termasuk berusaha keras untuk menghindari berbagai
hal yang memungkinkan timbulnya masalah saat bekerja.
Saya
tanpa sengaja menemukan uraian menarik dari motivator internasional, Dale
Carnegie, tentang bagaimana bekerja yang tidak menimbulkan kepusingan. Dalam
buku yang berjudul Petunjuk Menikmati
Hidup dan Pekerjaan Anda, Cet. XVII (Jakarta: Gramedia, 2007), disebutkan
empat kiat menjadikan kerja berlangsung secara efektif dan efisien. Pertama, singkirkan semua kertas dari meja kerja Anda, kecuali yang sedang
digarap. Prinsip ini kelihatannya sederhana, tetapi sesungguhnya memberikan
manfaat yang sangat besar. Saya sendiri belum mampu melakukan sepenuhnya,
tetapi usaha yang saya rasakan menunjukkan bahwa membuat meja kerja bersih itu
berpengaruh positif terhadap pikiran dan cara kerja. Berkaitan dengan hal ini,
menarik menyimak tulisan Carnegie:
Melihat meja penuh dengan surat dan laporan serta memo
yang tidak dijawab saja sudah cukup menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan
kecemasan. Bahkan lebih buruk dari itu. Kalau kita terus-menerus teringat pada
”ribuan hal yang harus dikerjakan dan tidak ada waktu untuk mengerjakannya”,
ini tidak hanya menimbulkan ketegangan dan kelelahan; bahkan juga tekanan darah
tinggi, jantung, dan radang perut.
Kedua, kerjakanlah hal-hal menurut urutan
kepentingannya. Prinsip ini, sebagaimana
prinsip pertama, memang tidak mudah untuk dilakukan. Namun demikian, juga
dilakukan usaha secara terus-menerus, maka dampak nyatanya akan kelihatan dalam
perjalanan karier kita. Carnegie memberikan contoh tentang George Bernard Shaw
yang ketat melakukan aturan ini. Karena kemampuannya menjalankan prinsip ini,
ia mampu menjadi penulis besar. Rencananya mengharuskan untuk menulis lima
halaman sehari selama sembilan tahun yang melelahkan, meski hasilnya selama itu
hanya 30 dollar. Tetapi kerja kerasnya telah mengantarkan Shaw menjadi penulis
besar yang tidak terlupakan sepanjang sejarah.
Ketiga, kalau ada masalah, segera putuskan
berdasarkan fakta yang diperlukan. Jangan menunda keputusan. Kebiasaan menunda, termasuk menunda keputusan, tampaknya
banyak terjadi di masyarakat kita. Padahal, kebiasaan ini berarti menumpuk
persoalan di awal. Lebih baik berjuang keras di awal tapi kemudian bersantai,
daripada bersantai di awal tetapi diujungnya justru stress karena tekanan
berbagai persoalan dan pekerjaan yang tertunda.
Keempat, belajar mengorganisasi, mewakilkan, dan
menyelia. Diuraiannya, Carnegia membuat
pernyataan yang menarik. ”Banyak usahawan yang cepat mati karena mereka tidak
pernah belajar mendelegasikan tanggung jawab kepada orang lain, dan tetap saja
mengerjakan sendiri segala sesuatunya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.