KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN
Oleh Ngainun Naim
Tulisan
saya beberapa hari lalu, Memaknai
Bahagia, lahir dari keinginan saya secara personal untuk menjalani hidup
ini dengan bahagia. Bahagia, terlepas dari berbagai perdebatan tentang hakikat
dan strategi untuk mencapainya, ternyata tidak mudah dicapai. Ia merupakan
sesuatu yang abstrak dan tidak mudah didefinisikan.
Artikel
teman-teman di Kompasiana tentang bahagia saya baca dengan cermat. Saya juga
memiliki beberapa buku tentang bahagia. Dan koleksi buku saya tentang
bahagia bertambah karena Senin sore (22/7) saya mendapatkan satu lagi buku tentang bahagia, yaitu
buku karya Arvan Pradiansyah. Judulnya The
7 Laws of Happiness, Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia.
Buku
karya Arvan Pradiansyah sebenarnya sudah lama saya ketahui di toko buku, tetapi
tidak pernah masuk ke keranjang belanja karena berbagai pertimbangan. Saya suka
buku, tetapi tidak semua buku saya beli. Hanya buku-buku yang masuk prioritas
dan sesuai anggaran saja yang masuk daftar beli.
Senin
sore, selepas kantor, saya ke STAI Diponegoro yang
terletak di utara Alun-Alun Tulungagung. Ada urusan yang harus saya selesaikan.
Begitu urusan selesai, saya meluncur ke halaman Perpustakaan Daerah Tulungagung
yang terletak di Timur Alun-Alun. Selama beberapa hari, saya membaca status
Facebook teman-teman yang datang ke pameran buku di halaman Perpustakaan
Daerah. Saya pun tergoda untuk datang selagi
ada kesempatan.
Sampai
di lokasi pameran, saya mencermati buku-buku yang dipamerkan. Dari berbagai
buku yang dipamerkan, mata saya tertuju ke buku Arvan Pradiansyah. Setelah lama
tidak jadi membeli, sore itu saya putuskan untuk membeli buku tersebut plus
satu buku anak-anak untuk buah hati saya.
Saya
belum sempat membaca buku Arvan secara
tuntas. Baru pada level membaca sekilas,
memcermati daftar isinya, dan menimang-nimang waktu yang tepat untuk
membacanya. Saya memiliki beberapa target buku yang harus saya selesaikan
membacanya. Memang target ini seringkali gagal karena kesibukan atau karena
faktor yang lainnya. Karena itu, saya mencoba berhitung dengan cermat tentang
waktu yang memungkinkan bagi saya untuk membaca buku ini.
Pilihan
saya adalah membaca buku ini di sela-sela waktu di rumah, khususnya di pagi
hari setelah sahur. Pilihan ini saya kira paling logis walaupun godaannya
sangat berat, yaitu tidur. Memang butuh perjuangan yang tidak ringan, tetapi
saya harus melakukannya. Saya kira hanya dengan cara beginilah buku ini bisa
saya selesaikan.
Baru
beberapa halaman membaca, saya menemukan penjelasan yang menarik, yaitu tentang
kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses, menurut
Arvan, berarti mendapatkan apa yang Anda inginkan, sementara bahagia adalah menginginkan apa yang
Anda dapatkan. Sukses lebih berdimensi fisik, sementara kebahagiaan berdimensi
spiritual.
Sukses
ukurannya adalah kuantitas, dapat dilihat (observable).
Inti sukses adalah pencapaian: memiliki rumah, mobil, pekerjaan, jabatan,
berorientasi pada hasil yang dicapai saat ini. Sedangkan ukuran kebahagiaan
adalah kualitas. Kebahagiaan tidak mengacu pada pencapaian, tetapi pada proses.
Oleh karena itu, kebahagiaan tidak tergantung pada kondisi di luar, tetapi
kondisi di dalam.
Kebahagiaan
adalah menikmati setiap saat dalam perjalanan, sedangkan kesuksesan adalah
mencapai tempat tujuan kita. Ketika fokus kita menikmati setiap momen, kita
akan mencapai kebahagiaan. Bahkan tercapai tidaknya sebuah tujuan boleh jadi
seolah-olah tidak penting (h. 43-44).
Saya
mendapatkan perspektif baru yang mencerahkan. Memang belum banyak yang saya
serap dari buku Arvan, tetapi saya mendapatkan ilmu dan wawasan baru yang menarik.
Saya berharap mendapatkan banyak hal mencerahkan dari buku ini. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.