Sabtu, 20 Juli 2013

MENULIS SEBAGAI TEMPAT PERLINDUNGAN



MENULIS SEBAGAI TEMPAT PERLINDUNGAN
Oleh Ngainun Naim

Pengalaman tentang menulis sudah diungkap oleh banyak sekali Kompasianer. Saya menyimak dengan penuh minat tulisan-tulisan tersebut. Ada kegembiraan, spirit, dorongan, dan keinginan kuat untuk meniru semangat para Kompasianer yang tulisannya nyaris setiap hari muncul. Bahkan tidak sedikit yang jumlahnya telah mencapai 1.000 artikel. Tentu saja ini merupakan prestasi besar yang harus diapresiasi.
Saya sendiri memiliki pengalaman unik berkaitan dengan menulis di Kompasiana ini. Pertama, saya kesulitan saat mendaftar. Berkali-kali saya mencoba, tetapi selalu gagal. Karena selalu mentok akhirnya saya berkonsultasi dengan seorang teman yang pandai dalam urusan komputer. Bantuan teman ini yang membuat saya tercatat sebagai penulis di Kompasiana.
Kedua, saya mengalami kesulitan lagi untuk masuk ke akun saya. Berkali-kali saya coba dan kembali gagal. Lelah dengan persoalan teknis ini, saya kemudian membuat akun lagi dan berhasil. Akun inilah yang kemudian saya pakai sampai sekarang.
Saya bersemangat menulis setelah melihat tulisan para senior di Kompasiana. Saya sendiri sesungguhnya sudah agak lama menulis, tetapi menulis di Kompasiana seolah menebarkan spirit baru yang berbeda. Pengalaman menulis di Kompasiana dari beberapa teman yang giat menulis mengukuhkan keyakinan saya bahwa menulis itu tradisi yang harus dirawat.
Selain menulis atas inisiatif sendiri, beberapa waktu terakhir memang ada teman-teman yang meminta saya untuk menulis, baik buku, artikel jurnal, makalah, dan juga artikel koran. Saya selalu berusaha menyanggupinya di tengah himpitan kesibukan yang kadang minus jeda. Bagi saya, semua itu menjadi tantangan. Memang tidak semuanya bisa selesai tepat waktu, tetapi perjuangan menyelesaikannya menjadi dinamika dan perjuangan tersendiri.
Selain itu, ada alasan lain mengapa saya menyetujuinya, yaitu karena menulis. Ya, menulis memang telah menjadi bagian erat dalam hidup saya. Menulis selalu memberi energi untuk berkarya. Saya teringat kata-kata penting Terry McMillah yang menulis pengalamannya dalam buku Chicken Soup for the Writer’s Soul. Ia menyatakan:

Menulis adalah tempat perlindunganku. Aku tidak bersembunyi di balik kata-katanya; aku menggunakan kata-kata itu untuk menggali di dalam hatiku untuk menemukan kebenaran. Selain itu, menulis tampaknya merupakan satu-satunya cara agar aku bisa benar-benar mengendalikan sebuah situasi atau setidaknya mencoba memahaminya. Kurasa aku bisa mengatakan, sejujurnya, bahwa menulis juga menawariku semacam kesabaran yang tidak kumiliki dalam kehidupan sehari-hariku. Menulis membuatku berhenti. Menulis membuatku mencatat. Menulis memberiku semacam perlindungan yang tidak bisa kuperoleh dalam kehidupanku yang tergesa-gesa dan penuh dengan kegiatan
Saya jelas belum atau memang tidak sama dengan apa yang ditulis Terry. Memang, saya sudah agak lama menekuni dunia menulis, tetapi pengalaman saya jelas belum banyak. Tetapi saya kira Terry benar bahwa menulis bisa berperan sebagai tempat perlindungan. Saya menemukan banyak tulisan teman-teman yang secara implisit menegaskan mengenai hal ini. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.