MENULIS SEBAGAI
TEMPAT PERLINDUNGAN
Oleh Ngainun Naim
Pengalaman tentang menulis sudah
diungkap oleh banyak sekali Kompasianer. Saya menyimak dengan penuh minat
tulisan-tulisan tersebut. Ada kegembiraan, spirit, dorongan, dan keinginan kuat
untuk meniru semangat para Kompasianer yang tulisannya nyaris setiap hari
muncul. Bahkan tidak sedikit yang jumlahnya telah mencapai 1.000 artikel. Tentu
saja ini merupakan prestasi besar yang harus diapresiasi.
Saya sendiri memiliki pengalaman unik
berkaitan dengan menulis di Kompasiana ini. Pertama,
saya kesulitan saat mendaftar. Berkali-kali saya mencoba, tetapi selalu
gagal. Karena selalu mentok akhirnya saya berkonsultasi dengan seorang teman
yang pandai dalam urusan komputer. Bantuan teman ini yang membuat saya tercatat
sebagai penulis di Kompasiana.
Kedua, saya mengalami
kesulitan lagi untuk masuk ke akun saya. Berkali-kali saya coba dan kembali
gagal. Lelah dengan persoalan teknis ini, saya kemudian membuat akun lagi dan
berhasil. Akun inilah yang kemudian saya pakai sampai sekarang.
Saya bersemangat menulis setelah melihat
tulisan para senior di Kompasiana. Saya sendiri sesungguhnya sudah agak lama
menulis, tetapi menulis di Kompasiana seolah menebarkan spirit baru yang
berbeda. Pengalaman menulis di Kompasiana dari beberapa teman yang giat menulis
mengukuhkan keyakinan saya bahwa menulis itu tradisi yang harus dirawat.
Selain menulis atas inisiatif sendiri,
beberapa waktu terakhir memang ada teman-teman yang meminta saya untuk menulis,
baik buku, artikel jurnal, makalah, dan juga artikel koran. Saya selalu
berusaha menyanggupinya di tengah himpitan kesibukan yang kadang minus jeda.
Bagi saya, semua itu menjadi tantangan. Memang tidak semuanya bisa selesai
tepat waktu, tetapi perjuangan menyelesaikannya menjadi dinamika dan perjuangan
tersendiri.
Selain itu, ada alasan lain mengapa
saya menyetujuinya, yaitu karena menulis. Ya, menulis memang telah menjadi
bagian erat dalam hidup saya. Menulis selalu memberi energi untuk berkarya.
Saya teringat kata-kata penting Terry McMillah yang menulis pengalamannya dalam
buku Chicken Soup for the Writer’s Soul. Ia
menyatakan:
Menulis adalah
tempat perlindunganku. Aku tidak bersembunyi di balik kata-katanya; aku
menggunakan kata-kata itu untuk menggali di dalam hatiku untuk menemukan
kebenaran. Selain itu, menulis tampaknya merupakan satu-satunya cara agar aku
bisa benar-benar mengendalikan sebuah situasi atau setidaknya mencoba
memahaminya. Kurasa aku bisa mengatakan, sejujurnya, bahwa menulis juga
menawariku semacam kesabaran yang tidak kumiliki dalam kehidupan sehari-hariku.
Menulis membuatku berhenti. Menulis membuatku mencatat. Menulis memberiku
semacam perlindungan yang tidak bisa kuperoleh dalam kehidupanku yang
tergesa-gesa dan penuh dengan kegiatan
Saya jelas belum atau memang tidak sama
dengan apa yang ditulis Terry. Memang, saya sudah agak lama menekuni dunia
menulis, tetapi pengalaman saya jelas belum banyak. Tetapi saya kira Terry
benar bahwa menulis bisa berperan sebagai tempat perlindungan. Saya menemukan
banyak tulisan teman-teman yang secara implisit menegaskan mengenai hal ini.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.