Jumat, 05 Juli 2013

ANTON TABAH: POLISI-PENULIS



Oleh Ngainun Naim

Salah satu buku yang saya sukai adalah buku biografi atau autobiografi. Buku semacam ini membuat saya banyak belajar tentang hidup. Ada banyak keteladanan yang bisa saya petik dari kisah hidup para tokoh. Misalnya tentang jejak hidupnya, perilakunya, kesederhanaannya, kejujurannya, dan sebagainya.
Salah seorang tokoh yang menarik untuk diulas adalah Anton Tabah. Nama Anton Tabah tentu tidak asing bagi kita yang menyaksikan kehidupan sosial politik pasca lengsernya Presiden Soeharto. Ya, beliau adalah Asisten Pribadi Pak Harto pada masa itu. Karena Pak Harto selalu menjadi pusat perhatian publik, maka nama Anton Tabah pun ikut menjadi bagian di dalamnya.
Mendampingi Mantan Presiden yang sedang menjadi sorotan  negatif tentu bukan pekerjaan yang mudah. Kala itu, nyaris semua media menjadikan segala hal yang berkaitan dengan Pak Harto sebagai konsumsi pemberitaan. Kepemimpinan selama 32 tahun dinilai sarat dengan masalah. Oleh karena itu, tuntutan agar Soeharto diadili pun bergema dan dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat, khususnya para pejuang reformasi.
Di tengah arus dominan menghujat Soeharto itulah, Anton Tabah memberikan perspektif berbeda. Ia melihat bahwa hujatan yang dilakukan oleh publik tidak semuanya benar. Ia mengajukan perspektif objektif. Penilaian harus berdasarkan bukti, bukan asumsi atau prasangka. Pada titik inilah, posisi Anton Tabah terlihat mewakili dua posisi sekaligus, yaitu sebagai polisi sekaligus ilmuwan. Ya, Anton Tabah adalah seorang polisi aktif. Tetapi aspek yang tidak boleh dilupakan, ia juga kolomnis yang sangat produktif. Perpaduan kedua hal inilah yang membuatnya mampu memberikan cara pandang yang obyektif, termasuk terhadap Mantan Presiden Soeharto.
Aku mulai membaca nama Anton Tabah saat duduk di bangku kuliah S-1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Di Fakultas Tarbiyah tempat saya kuliah—teman-teman sering menyebutnya sebagai lorong rumah sakit karena gedungnya yang mirip kamar-kamar di rumah sakit—ada koran yang dipajang di tempat baca. Setiap pagi, atau pada jam-jam istirahat, puluhan mahasiswa berdesakan membacanya. Lewat ”membaca berjamaah” inilah aku mendapatkan banyak informasi, termasuk mengenai artikel para tokoh ternama.
Salah satu nama yang kurasakan aneh ketika itu adalah Anton Tabah. Kusebut aneh karena dalam artikel yang ditulisnya, disebutkan diidentitasnya bahwa Penulis adalah Kapolres Klaten, Jawa Tengah. Bagiku ini fenomena luar biasa karena seorang polisi ternyata mampu menjadi penulis artikel yang cukup produktif di Koran Jawa Pos. Anton Tabah memang cukup rajin menulis. Kolom-kolomnya bagiku tidak terlalu istimewa. Mungkin karena apa yang ditulisnya berbeda dengan bidang ilmu yang sedang aku tekuni. Tetapi produktivitasnya sangat luar biasa. Inilah yang membuatku selalu menyempatkan membaca kolom-kolomnya.
Lama tidak mendengar nama dan kiprah Anton Tabah. Memang sesekali aku masih melihat artikelnya di media, tetapi informasi lebih lanjut mengenai tokoh ini tidak banyak kudapatkan. Berbagai isu memang sempat aku dengar, atau aku baca di internet. Tetapi bagiku informasi semacam ini jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan validitasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.