Kamis, 02 Mei 2013

MENTAL PROSES IWAN SETYAWAN


Bangsa ini kian terpuruk karena masyarakatnya semakin banyak yang menganut mental instan. Ingin cepat kaya menempuh jalan instan; korupsi. Maraknya korupsi menunjukkan bahwa orang ingin menikmati kekayaan melalui jalan pintas. Semakin mewabahnya kejahatan juga menjadi indikasi mental instan.
Koentjaraningrat lewat buku klasiknya, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan jauh hari sudah mengingatkan apa yang disebutnya ”Mentalitas Menerabas”, yaitu bentuk mentalitas yang menyukai jalan-jalan pintas yang keluar dari prosedur. Bung Hatta di awal tahun 1970-an juga sudah memperingatkan bahaya korupsi yang mulai tumbuh dan berkembang. Tetapi peringatan para tokoh bangsa ini tampaknya tidak memperoleh sambutan. Para pemimpin bangsa dari segala level justru yang memberikan teladan terhadap mental instan.
Kini, semakin terpuruknya bangsa ini disebabkan—salah satunya—mental instan. Pada titik inilah, diperlukan usaha serius untuk kembali menawarkan perspektif proses. Saya tidak tahu namanya. Mungkin saja bisa disebut ”Mental Proses”, yaitu mental yang memahami dan menyadari bahwa untuk meraih sesuatu itu membutuhkan proses yang wajar dan masuk akal.
Pagi ini [Kamis, 2/5/2013], saat membaca Harian Jawa Pos, saya menemukan berita menarik tentang usaha ”menggampar” mental instan. Berita ini saya temukan di sebuah kolom Close Up With.....[halaman 7]. Beritanya tentang novelis Iwan Setyawan.
Di berita tersebut ditulis bahwa sukses tidak bisa diraih secara instan. Terdapat proses perjuangan untuk mencapai hal tersebut. Melalui buku 9 Summers 10 Autumns, Iwan Setyawan mengingatkan generasi muda yang kerap berpikir instan. Sebuah kisah nyata mengenai perjuangannya untuk meraih kesuksesan. yakni, kisah seorang anak sopir angkot yang mampu melakukan New York.
Iwan menyatakan, ”Saya pengen nulis itu buat gamparin ponakan saya, pengen gamparin anak-anak muda. Sukses itu ada perjuangan hidup di dalamnya”.
Kata-kata Iwan Setyawan ini menarik dalam konteks perubahan mentalitas instan yang kian praktis. Buku Iwan merupakan sebuah contoh bagaimana kesuksesan yang diraihnya tidak datang dengan sekejap. Semuanya diraih melalui perjuangan dan kerja keras.
Iwan menegaskan bahwa sukses akan lebih bermakna jika diraih dengan perjuangan. Jika sesuatu diraih dengan berdarah-darahm kebahagiaan lebih dapat terasa. ”Sukses kerasa manis kalau diraih dengan sepenuh hati. Kita harus berani hidup susah untuk hidup bahagia,” kata Iwan setyawan.
Lebih jauh Iwan menegaskan bahwa sukses tidak dapat sendirian. Networking merupakan bagian penting dalam kesuksesan. selain itu, setiap kesuksesan itu dapat memberikan kebahagiaan pula bagi orang lain. Salam [Kampus STAIN Tulungagung, 2/5/2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.