Bangsa ini kian
terpuruk karena masyarakatnya semakin banyak yang menganut mental instan. Ingin
cepat kaya menempuh jalan instan; korupsi. Maraknya korupsi menunjukkan bahwa
orang ingin menikmati kekayaan melalui jalan pintas. Semakin mewabahnya
kejahatan juga menjadi indikasi mental instan.
Koentjaraningrat
lewat buku klasiknya, Kebudayaan,
Mentalitas, dan Pembangunan jauh hari sudah mengingatkan apa yang disebutnya
”Mentalitas Menerabas”, yaitu bentuk mentalitas yang menyukai jalan-jalan
pintas yang keluar dari prosedur. Bung Hatta di awal tahun 1970-an juga sudah
memperingatkan bahaya korupsi yang mulai tumbuh dan berkembang. Tetapi peringatan
para tokoh bangsa ini tampaknya tidak memperoleh sambutan. Para pemimpin bangsa
dari segala level justru yang memberikan teladan terhadap mental instan.
Kini, semakin
terpuruknya bangsa ini disebabkan—salah satunya—mental instan. Pada titik
inilah, diperlukan usaha serius untuk kembali menawarkan perspektif proses. Saya
tidak tahu namanya. Mungkin saja bisa disebut ”Mental Proses”, yaitu mental
yang memahami dan menyadari bahwa untuk meraih sesuatu itu membutuhkan proses
yang wajar dan masuk akal.
Pagi ini [Kamis,
2/5/2013], saat membaca Harian Jawa Pos,
saya menemukan berita menarik tentang usaha ”menggampar” mental instan. Berita ini
saya temukan di sebuah kolom Close Up
With.....[halaman 7]. Beritanya tentang novelis Iwan Setyawan.
Di berita
tersebut ditulis bahwa sukses tidak bisa diraih secara instan. Terdapat proses
perjuangan untuk mencapai hal tersebut. Melalui buku 9 Summers 10 Autumns, Iwan Setyawan
mengingatkan generasi muda yang kerap berpikir instan. Sebuah kisah nyata
mengenai perjuangannya untuk meraih kesuksesan. yakni, kisah seorang anak sopir
angkot yang mampu melakukan New York.
Iwan menyatakan,
”Saya pengen nulis itu buat gamparin ponakan saya, pengen gamparin anak-anak muda. Sukses itu
ada perjuangan hidup di dalamnya”.
Kata-kata Iwan
Setyawan ini menarik dalam konteks perubahan mentalitas instan yang kian
praktis. Buku Iwan merupakan sebuah contoh bagaimana kesuksesan yang diraihnya
tidak datang dengan sekejap. Semuanya diraih melalui perjuangan dan kerja
keras.
Iwan menegaskan
bahwa sukses akan lebih bermakna jika diraih dengan perjuangan. Jika sesuatu
diraih dengan berdarah-darahm kebahagiaan lebih dapat terasa. ”Sukses kerasa manis kalau diraih dengan sepenuh
hati. Kita harus berani hidup susah untuk hidup bahagia,” kata Iwan setyawan.
Lebih jauh Iwan
menegaskan bahwa sukses tidak dapat sendirian. Networking merupakan bagian penting dalam kesuksesan. selain itu,
setiap kesuksesan itu dapat memberikan kebahagiaan pula bagi orang lain. Salam [Kampus STAIN Tulungagung, 2/5/2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.