Judul tulisan
ini mungkin kelihatan aneh. Bagi Anda yang menekuni kajian pemikiran, khususnya
filsafat, akan segera dapat mengarahkan asosiasi pada judul ini. Ya,
Dilthey—lengkapnya Wilhelm Christian Ludwig Dilthey—adalah seorang tokoh
penting dalam kajian hermeneutika.
Saya tidak ingin
mengajak Anda berdebat mengenai keabsahan hermeneutika. Memang, banyak yang
mempertanyakan, bahkan menggugat, saat hermeneutika dipelajari di perguruan
tinggi agama. Bagi saya, gugatan semacam ini sah-sah saja. Tetapi adanya mata
kuliah hermeneutika juga absah secara epistemologi, ontologi, dan aksiologi.
Secara pribadi
saya meyakini bahwa hikmah itu bisa diperoleh darimana saja. Jika ada ilmu dan
manfaat, bagi saya, itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk memperkaya pengetahuan
kita.
Catatan ini,
sebagaimana catatan saya yang lainnya, tidak akan membahas secara detail
tentang hermeneutika Dilthey. Saya hanya ingin berbagi hal-hal ringan yang saya
harapkan ada manfaatnya.
Ceritanya,
selasa [30/4], saya mengunjungi sebuah kios buku kecil di utara perempuan Jepun
Tulungagung. Saya beberapa kali mengunjungi kios ini sehingga penjualnya hapal
dengan saya. Di kios ini, saya mendapatkan sebuah buku yang sangat menarik.
Judul buku tersebut adalah Wilhelm
Dilthey, Peletak Dasar Ilmu-ilmu Humaniora. Penulisnya Supriyo Priyanto,
dan diterbitkan oleh Penerbit Bendera Semarang tahun 2001.
Buku ini bagi saya termasuk buku langka.
Pertama, karena penerbitnya bukan penerbit besar. Kedua, buku ini sudah terbit
12 tahun yang lalu. Karena itu, saat mendapatkan buku ini, saya menganggapnya
sebagai keberuntungan. Dan yang ketiga, saya tertarik pada kajian hermeneutika
sehingga buku ini saya harapkan dapat memperkaya pemahaman saya terhadap
pemikiran Dilthey.
Membaca sekilas
buku ini memberikan banyak pelajaran berharga buat saya. Dilthey ternyata bukan
hanya seorang ahli hermeneutika. Ia seorang ahli yang menguasai banyak bidang.
Hermeneutika adalah salah satu di antara berbagai keahlian yang dikuasainya.
Pada halaman 5
buku ini disebutkan bahwa secara keseluruhan pemikiran Dilthey adalah filsafat
kehidupan. ”Kehidupan” diberinya arti khusus, yaitu bukan hanya kehidupan
biologis, tetapi seluruh kehidupan manusiawi yang kita alami menurut
kompleksitasnya yang amat kaya. Menurut Dilthey, dunia terdiri dari banyak
sekali kehidupan individual, dan bersama-sama membentuk kehidupan umat manusia
sebagai realitas sosial dan historis. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa
kehidupan merupakan satu-satunya obyek bagi filsafat, karena tidak ada sesuatu yang
di bawah atau di seberang kehidupan.
Menjadi pemikir
itu tidak mudah. Ada banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi,
termasuk dalam kehidupan personalnya. Dilthey harus berjuang keras menjadi
pemikir karena ia memiliki karakter yang berbeda dengan istrinya. Tidak jarang
saat ia sedang menyendiri untuk bekerja, istrinya malah mengajak jalan-jalan
untuk melihat pertunjukan atau hal-hal lainnya. perbedaan orientasi antara
keduanya ternyata tidak mengurangi kreativitas dan produktivitas Dilthey. Bersambung [Kampus STAIN Tulungagung,
1/5/2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.