Sabtu, 18 Mei 2013

MENGGAPAI CINTA TRANSENDENTAL [2]


Oleh Ngainun Naim

Kata cinta memang memiliki magnet yang kuat sepanjang kehidupan manusia. Agama (Islam) juga menebarkan dan mengajarkan cinta dalam selaksa makna yang menghampar. Begitu besarnya makna cinta bagi kehidupan, maka ajaran Tuhan pun juga penuh dengan tebaran makna cinta.
Tentu saja, cinta yang diajarkan Tuhan bukan cinta cengeng yang penuh gejolak nafsu. Cinta Tuhan adalah cinta transendental yang menginjeksi nilai-nilai spiritualitas-transendental. Manusia yang dapat mereguk cinta Tuhan akan menemukan hidupnya dalam bingkai nilai dan ajaran agama. Ia tidak akan sesat dan hanyut dalam godaan duniawi.
Tema cinta dari Tuhan menjadi bahan kajian yang cukup luas, mendalam, bahkan abadi. Selalu saja dalam setiap masa hadir kajian tentang cinta dalam hubungannya dengan Tuhan. Artikulasi kecintaan Tuhan kepada manusia sesungguhnya sedemikian mendalam. Hal ini terlihat pada bagaimana Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk menjauhi segala sesuatu yang dapat menghancurkan hidupnya. Tuhan mengajarkan kepada manusia agar menjalani hidup ini selalu dalam rel kebaikan dan menjauhi segala bentuk kemunkaran.
Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk mencintai secara tulus. ”Siapa saja yang menabur cinta di bumi, dia akan menuai damai. Siapa saja yang mencintai, dia akan dicintai. Siapa yang menyakiti, dia akan disakiti. Siapa yang berbuat zalim, dia akan dizalimi. Siapa yang berkhianat, dia akan dikhianati. Sekecil apapun yang kita terbangkan di udara, sungguh kita akan menerima karmanya”, kata Islah Gusmian dalam bukunya yang menggetarkan, Surat Cinta dari Tuhan, (2005: 42-43).
Parafrase ini sungguh menyentuh. Manifestasi cinta yang diajarkan oleh Tuhan, berkaitan erat dengan nilai-nilai moralitas diri dan sosial. Hal ini dibuktikan dalam salah satu hadis qudsi yang menyebutkan bahwa tidak ada cinta kasih yang melebihi sifat santun. Hadis tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa kesopanan adalah cinta yang sangat luhur. Mencintai sesungguhnya adalah jalan bagaimana kita merawat, menjaga, dan memberikan kesempatan untuk berekspresi dengan baik kepada subyek yang kita cintai. Di sinilah Allah menunjukkan kepada kita bahwa kesopanan merupakan kesadaran bagaimana kita bisa merawat subyek yang kita cintai itu. Itulah cinta yang luhur. Tidak sedikit orang yang menempatkan sesuatu atau orang yang dicintainya sebagai objek kepemilikan yang bebas untuk dieksploitasi.
Di tengah kehidupan yang penuh anomali seperti saat ini, dibutuhkan ”lampu penerang” yang dapat menjadi acuan dalam mengarungi kehidupan. Dengan mengkaji, menghayati, merenungi, dan memaknai ajaran Tuhan mengenai cinta, kita bisa memandang semesta kehidupan ini dalam pancaran cinta dan kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.