Bagian Ketiga
Oleh Ngainun Naim
Syukur dengan hati berarti cinta Allah, ikrar untuk beribadah hanya kepada
Allah semata, iman dan yakin bahwa hanya bagi-Nya segala sifat kesempurnaan,
keagungan dan pemberi anugerah, apa pun bentuknya, kepada kita. Hanya Dia yang
memberi nikmat dan segala hal dalam hidup kita. Syukur dengan lisan berarti
memuji dan berdzikir kepada Allah, menahan diri dari ucapan yang tidak berguna
atau omong kosong. Dan syukur dengan anggota atau amal berarti mendayagunakan
segenap anggota badan untuk berkhidmat kepada Allah, sesuai dengan perintah dan
larangannya. Dengan demikian, syukur yang sesungguhnya adalah perpaduan antara
ketiga aspek tersebut.
Pentingnya makna syukur itu ternyata tidak hanya disadari oleh kaum Muslim
saja, tetapi juga para ahli dari Barat.
Salah seorang di antaranya adalah Rhonda Byrne yang menulis buku
spektakuler, The Secret. Buku ini sangat laris dan memberikan inspirasi
kepada banyak orang di dunia. Dalam salah satu bagian buku itu dikutip pendapat
James Ray yang sangat mengesankan. Ray mengatakan bahwa, “Bagi saya, syukur
adalah suatu latihan yang penuh daya. Setiap pagi saya bangun dan berucap,
“Terima kasih”. Setiap pagi, ketika kaki menyentuh lantai, “Terima kasih”.
Kemudian saya mulai memikirkan apa yang saya syukuri sambil menyikat gigi dan
melakukan hal-hal yang biasa saya lakukan di pagi hari. Saya tidak hanya
memikirkannya sambil melakukan hal-hal rutin, tetapi saya juga mengungkapkan
dan merasakan perasaan-perasaan syukur itu”.
Coba Anda cermati kata-kata James Ray tersebut. Kata-kata tersebut
sebenarnya biasa saja, tetapi kandungan maknanya sangat luar biasa. Betapa
syukur itu harus disadari, dilakukan, dan terus dihayati sepanjang hari. Kita
bisa bangun pagi harus disyukuri karena itu suatu anugerah yang luar biasa.
Setelah itu ke kamar mandi dengan berjalan juga harus disyukuri. Bisa sikat
gigi harus disyukuri. Ringkasnya, segala yang kita mampu melakukannya merupakan
hal yang harus disyukuri, sebab itu merupakan anugerah luar biasa. Kita harus
membangun kesadaran diri akan anugerah yang sering kita abaikan ini.
Begitu pentingnya arti dan makna syukur sampai seorang penulis buku,
Bambang Pribadi, dalam bukunya Jalan Pintas, Metode 5 Langkah Menuju Rahasia
(2007) menyatakan bahwa syukur adalah awal dari semua keajaiban, manakala
seseorang mulai menanggalkan kebiasaan memandang segala sesuatu sebagai kebetulan-kebetulan.
Syukur adalah benih kelimpahan. Syukur adalah benih iman yang sesungguhnya.
Ketika seseorang bersyukur dengan tulus, ia memiliki benih iman itu.
Aspek penting yang dapat dipetik dari paparan di atas adalah syukur itu
mengandung energi positif bagi tumbuhnya beraneka ragam potensi dalam diri
setiap orang. Syukur akan menumbuhkan kebahagiaan, kedamaian, dan menumbuhkan
berbagai kepuasan tiada terkira. Dengan syukur, seseorang sesungguhnya sedang
membangun sebuah titik pijak untuk mencapai kesuksesan dalam hidup, apa pun
bentuknya. Jika kita mampu bersyukur dengan tulus dan dalam makna yang
sesungguhnya, maka kita akan menjadi manusia yang termasuk golongan yang
sedikit, sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an. Tetapi jika kita mampu
bersyukur atas setiap anugerah yang Allah berikan kepada kita, betapa pun
kecilnya, maka Allah akan memberikan tambahan kenikmatan kepada kita. Dan
itulah energi yang seharusnya kita gali dan biasakan dalam kehidupan kita. Salam! [Kampus STAIN Tulungagung, Senin, 6 Mei 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.