Catatan Seminar “The Power of Reading”
Bagian Pertama
Oleh Ngainun Naim
Hari sabtu tanggal 4 Mei kemarin saya
merasakan syukur yang luar biasa. Pada hari itu saya diundang oleh teman-teman
yang tergabung dalam ”Tulungagung Membaca 2013” untuk seminar The Power of
Reading di Kantor Arsip Tulungagung. Bagi saya, ini merupakan sebuah
kehormatan, karena seminar ini sesungguhnya merupakan bentuk bedah buku saya
yang judulnya ”The Power of Reading”.
Seminar ini mempertemukan saya dengan para
pendekar literasi, khususnya yang tergabung dalam kegiatan ”Tulungagung Membaca
2013”, seperti Mbak Tjut Zakiah, Pak Siwi Sang, Mas Ahmad Fauzan, Mbak Nikmah,
dan beberapa teman lain yang juga bergiat di dunia literasi, baik dari
Tulungagung maupun kota-kota lain di luar Tulungagung. Dan lebih istimewa, saya
kembali berjumpa dengan senior saya, Muhsin Kalida, M.A., yang jauh-jauh dari
Yogyakarta untuk berbagi ilmu.
Seminar ini
berlangsung sangat meriah. Saya mendapatkan kesempatan tampil pertama. Saya memaparkan
hal-ihwal membaca dan poin-poin penting yang saya tulis dalam buku The Power of
Reading. Antuasias peserta yang tinggi membuat saya bersemangat
berbicara sampai tidak sadar kalau sudah melewati setengah jam.
Setelah saya,
giliran Kang Muhsin Kalida yang berbicara. Ia merupakan trainer nasional.
Karena itu, caranya berseminar begitu memesona. Saya melihat dengan jelas
betapa beliau sudah sangat terbiasa dengan forum-forum semacam itu.
Saya mengamati
dengan detail setiap hal yang beliau berikan. Saya ingin mengambil banyak ilmu
dan hikmahnya, walaupun sesungguhnya dulu saya sering ketemu saat saya masih
kuliah di Jogja. Karena lama tidak bertemu, saya menemukan banyak hal yang
belum saya ketahui dari beliau.
Sebagai
”provokator” membaca dan menulis, beliau mengawali paparannya tentang
pentingnya membaca (dan menulis). Kata Kang Muhsin, Facebook adalah sarana
menulis yang baik. Karena itu, menulis di facebook yang dilakukan secara serius
dapat mengantarkan penulisnya menjadi penulis buku. Beliau mengambil contoh
tentang tiga orang TKW yang sering membuat catatan di facebook, pada akhirnya
menjadi motivator nasional. Tulisan mereka yang diposting di internet telah
menggerakkan Gola Gong—seorang tokoh nasional dalam hal membaca dan
menulis—untuk memfasilitasi sehingga postingan di facebook tersebut berubah
menjadi buku yang memberdayakan.
Kang Muhsin juga
bercerita banyak tentang bagaimana orang Barat begitu menghargai aktivitas
membaca. Di negara yang beliau kunjungi, membaca menjadi matapelajaran
tersendiri yang memang diajarkan secara sistematis sejak jenjang dasar hingga
perguruan tinggi. Ini menunjukkan bahwa membaca memang sangat penting artinya.
Membaca menjadi penanda penting kemajuan sebuah bangsa.
Jika negara lain
begitu memerhatikan aktivitas membaca, tidak demikian halnya dengan negara
kita. Secara umum membaca masih menjadi aktivitas elit yang jauh dari kata
membumi. Masih dibutuhkan usaha dan kerja keras dari semua pihak agar membaca
menjadi aktivitas yang mentradisi di seluruh lapisan masyarakat. Salam [Parakan Trenggalek, 5/4/2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.