Catatan Seminar “The Power of Reading”
Bagian Kedua
Oleh Ngainun Naim
Berbeda dengan saya yang lebih banyak duduk,
Kang Muhsin tampil atraktif dengan berdiri. Tidak hanya itu, ia mampu menggiring (dan memaksa) seluruh peserta untuk
senam. Luar biasa! Semua peserta, termasuk saya, merasa mendapatkan energi
baru.
Hal menarik yang
lain yang dipaparkan Kang Muhsin adalah pernyataannya bahwa, ”Sekolah itu
merupakan tempat yang dapat digunakan untuk ’memaksa’ anak-anak membaca.” Saya
cukup paham apa yang dimaksudkan dengan Kang Muhsin. Selama ini, sekolah—paling
tidak berdasarkan pengalaman personal saya—tidak pernah mengajarkan tentang
bagaimana membaca. Saya memiliki tradisi membaca justru karena faktor-faktor
lain yang tidak terstrukturkan dalam kurikulum sekolah.
Diskusi pasca
paparan Kang Muhsin berlangsung dengan seru. Seorang peserta dari Kediri yang
juga pustakawan, Bahtiar, melontarkan uneg-unegnya mengenai suramnya dunia
pustaka. Ia bahkan menyatakan bahwa kita yang bergelut di dunia pustaka,
mengajak orang untuk membaca, dan terus bersosialisasi dalam berbagai kegiatan
literasi adalah ”orang-orang gila”. Disebut demikian karena memang aktivis
literasi ini memang ’makhluk aneh’ di tengah-tengah arus pragmatisme dan
minimnya penghargaan terhadap aktivitas membaca.
Pertanyaan
menarik lainnya datang dari Mas Heru, guru SMPI Al-Azhar Tulungagung. Beliau
bercerita tentang aktivitas membaca buku bersama yang digelar setelah shalat
dhuha. Juga meminta pendapat kami sebagai pembicara tentang bagaimana
menumbuhkan semangat dan kecintaan anak-anak terhadap membaca.
Pendapat paling
menggelitik saya peroleh dari seorang penanya, Ibu Haryanti yang merupakan guru
di SDI Al-Azhar. Beliau mengaitkan aktivitas membaca dengan menulis. Juga
keresahannya melihat fenomena plagiat di kalangan guru demi kenaikan pangkat.
Setelah mereka
bertiga, ada beberapa orang lagi yang bertanya. Juga pertanyaan masih saja
terus saya dapatkan setelah acara usai. Saya merasakan betapa gairah dan
semangat para peserta untuk menularkan spirit membaca memang sangat besar. Jika
memang begitu, rasanya tidak salah apa yang dikatakan Mas Bahtiar bahwa yang
hadir dalam acara sore itu adalah ”kumpulan orang-orang gila”. Yakni, orang
yang menggilai dunia membaca demi kemajuan hidup bersama. Salam literasi. [Parakan, Trenggalek, 6 Mei 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.