Bagian Ketiga
Oleh Ngainun Naim
Secara sistematis, Mary Leonhardt memberikan
beberapa saran praktis untuk menumbuhkan minat membaca pada anak-anak semenjak
usia dini. Pertama, berikan bahan bacaan yang mudah dan menyenangkan
untuk anak-anak. Anak-anak tidak akan senang jika harus selalu bergelut dengan
buku-buku yang sulit mereka pahami. Banyak orang tua yang mempunyai niat baik,
tetapi tidak memahami hal ini. Oleh karena itu, orang tua seharusnya memberikan
bahan bacaan kepada anak sesuai dengan minat mereka. Biarkan anak-anak membaca
secara alamiah. Jangan terburu-buru. Biarkan
anak-anak membaca buku-buku yang membuat mereka merasa bahwa mereka adalah
pembaca yang baik.
Kedua, tingkatkan kepercayaan diri anak dengan memperlakukannya
seperti seorang ahli membaca. Anak-anak, kata Leonhardt, sebenarnya ingin menjadi
pembaca yang baik. Mereka merasa hebat jika bisa membaca. Anak SMU yang gemar
membaca jarang yang diejek sebagai kutu buku, melainkan mereka dikagumi karena
luasnya pengetahuan yang dimiliki.
Suatu pertanda yang baik jika anak
mulai melihat dirinya sebagai seorang pembaca. Hal ini adalah perubahan yang
penting dalam dirinya. Sebagai orang tua, kita dapat membantunya dengan
memerhatikan minat-minat yang dimilikinya dengan serius dan selalu menganggap
ia suka membaca. Selalu perlakukan ia layaknya seorang pembaca dan cepat atau
lambat ia akan menjadi pembaca. Jangan abaikan selera baca anak. Mengabaikan
hal ini berarti menunjukkan bahwa kehadiran mereka tidak penting serta selera
mereka tidak ada apa-apanya. Sehingga membaca bukanlah sesuatu yang menaikkan
harga diri mereka.
Ketiga, carilah buku-buku yang benar-benar mengasyikkan anak. Hal
ini merupakan satu aspek membaca yang paling menyenangkan. Merupakan sebuah
kebahagiaan bagi orang tua manakala anaknya benar-benar hanyut dengan sebuah
buku. Apalagi jika anak-anak kemudian masuk dalam dunia fantasinya. Tidak perlu
dikawatirkan anak-anak akan terus berada di dunia fantasi seperti ini dan tidak
pernah berganti buku bacaan yang lebih serius. Bersamaan dengan perkembangan
usianya, anak akan berkembang sendiri tingkat bacaannya. Oleh karena itu, orang
tua seharusnya membantu menemukan buku yang mengasyikkan mereka. Ketiga prinsip
ini—buku yang mudah dipahami, buku yang
mengasyikkan, dan anak yang diperlakukan sebagai seorang ahli membaca—akan
menjadikan anak mulai menjadi lincah dalam membaca.
Ketika seorang anak mulai masuk
sekolah, setiap hari ia dilatih oleh gurunya untuk melafalkan bunyi-bunyi yang
terdengar baru di telinganya. Ia harus mengeja kata demi kata. “Ini Budi, Ini
ibu Budi, Ini bapak Budi”, dan sejenisnya menjadi santapan rutin sehari-hari.
Begitu seterusnya hingga tanpa disadari kata-kata tersebut mampu dibaca secara
mandiri tanpa bimbingan seorang guru.
Membaca yang mulai dipelajari dari
sekolah yang paling rendah sesungguhnya bukan hanya mengajarkan tentang
bagaimana huruf demi huruf dirangkai menjadi kata, dan kata demi kata dirangkai
menjadi kalimat yang memiliki makna. Lebih dari itu, membaca memiliki selaksa
makna dan fungsi yang sangat banyak. Mereka yang memiliki kemampuan membaca
dengan baik dan kemudian menjadikan membaca sebagai sebuah kegiatan rutin dalam
kehidupan sehari-hari akan dapat memetik banyak manfaat. Membaca tidak hanya
membuat seseorang memperoleh informasi saja dari apa yang dibacanya, tetapi
juga dapat meraih beragam manfaat lainnya.
Oleh karena itu, siapa pun (hampir)
pasti sepakat bahwa membaca memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan
ini. Rasanya tidak ada, atau kalau pun ada jumlahnya saya kira sangat sedikit,
yang menolak terhadap pernyataan ini. Aneh juga jika ada orang
yang menolak akan arti dan makna penting membaca. Kemampuan membaca
sesungguhnya adalah sebuah tolok ukur peradaban. Maka, secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa masyarakat yang tidak memiliki kemampuan membaca merupakan
masyarakat yang belum berperaban.
Orang memiliki banyak alasan untuk
melakukan aktivitas membaca. Coba Anda cermati pada anak-anak sekolah. Mereka
setiap hari menerima pelajaran. Beragam mata pelajaran harus mereka telaah. Hal
ini mengharuskan mereka untuk membaca buku pelajaran setiap hari. Mereka yang
membaca dengan rajin dan tekun tentu akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang
mendalam. Sementara anak-anak sekolah yang tidak pernah membaca, mereka tentu
akan berbeda kondisinya dengan yang rajin membaca. Jadi, membaca bagi anak
sekolah merupakan sarana yang ampuh untuk menjadi siswa yang unggul dan
berkualitas. Sementara anak sekolah yang tidak pernah mau menekuni buku-buku
pelajarannya, sudah hampir pasti mereka akan menjadi siswa dengan wawasan yang
kurang luas dan mendalam. Dengan demikian jelas bahwa bagi anak sekolah,
membaca merupakan salah satu cara untuk menguasai mata pelajaran dengan baik. Salam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.