Sabtu, 11 Mei 2013

MEMBANGUN TRADISI MEMBACA SEJAK DINI [3]


Bagian Ketiga
Oleh Ngainun Naim


Secara sistematis, Mary Leonhardt memberikan beberapa saran praktis untuk menumbuhkan minat membaca pada anak-anak semenjak usia dini. Pertama, berikan bahan bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk anak-anak. Anak-anak tidak akan senang jika harus selalu bergelut dengan buku-buku yang sulit mereka pahami. Banyak orang tua yang mempunyai niat baik, tetapi tidak memahami hal ini. Oleh karena itu, orang tua seharusnya memberikan bahan bacaan kepada anak sesuai dengan minat mereka. Biarkan anak-anak membaca secara alamiah.  Jangan terburu-buru. Biarkan anak-anak membaca buku-buku yang membuat mereka merasa bahwa mereka adalah pembaca  yang baik.
Kedua, tingkatkan kepercayaan diri anak dengan memperlakukannya seperti seorang ahli membaca. Anak-anak, kata Leonhardt, sebenarnya ingin menjadi pembaca yang baik. Mereka merasa hebat jika bisa membaca. Anak SMU yang gemar membaca jarang yang diejek sebagai kutu buku, melainkan mereka dikagumi karena luasnya pengetahuan yang dimiliki.
Suatu pertanda yang baik jika anak mulai melihat dirinya sebagai seorang pembaca. Hal ini adalah perubahan yang penting dalam dirinya. Sebagai orang tua, kita dapat membantunya dengan memerhatikan minat-minat yang dimilikinya dengan serius dan selalu menganggap ia suka membaca. Selalu perlakukan ia layaknya seorang pembaca dan cepat atau lambat ia akan menjadi pembaca. Jangan abaikan selera baca anak. Mengabaikan hal ini berarti menunjukkan bahwa kehadiran mereka tidak penting serta selera mereka tidak ada apa-apanya. Sehingga membaca bukanlah sesuatu yang menaikkan harga diri mereka.
Ketiga, carilah buku-buku yang benar-benar mengasyikkan anak. Hal ini merupakan satu aspek membaca yang paling menyenangkan. Merupakan sebuah kebahagiaan bagi orang tua manakala anaknya benar-benar hanyut dengan sebuah buku. Apalagi jika anak-anak kemudian masuk dalam dunia fantasinya. Tidak perlu dikawatirkan anak-anak akan terus berada di dunia fantasi seperti ini dan tidak pernah berganti buku bacaan yang lebih serius. Bersamaan dengan perkembangan usianya, anak akan berkembang sendiri tingkat bacaannya. Oleh karena itu, orang tua seharusnya membantu menemukan buku yang mengasyikkan mereka. Ketiga prinsip ini—buku yang mudah dipahami,  buku yang mengasyikkan, dan anak yang diperlakukan sebagai seorang ahli membaca—akan menjadikan anak mulai menjadi lincah dalam membaca.  
Ketika seorang anak mulai masuk sekolah, setiap hari ia dilatih oleh gurunya untuk melafalkan bunyi-bunyi yang terdengar baru di telinganya. Ia harus mengeja kata demi kata. “Ini Budi, Ini ibu Budi, Ini bapak Budi”, dan sejenisnya menjadi santapan rutin sehari-hari. Begitu seterusnya hingga tanpa disadari kata-kata tersebut mampu dibaca secara mandiri tanpa bimbingan seorang guru.
Membaca yang mulai dipelajari dari sekolah yang paling rendah sesungguhnya bukan hanya mengajarkan tentang bagaimana huruf demi huruf dirangkai menjadi kata, dan kata demi kata dirangkai menjadi kalimat yang memiliki makna. Lebih dari itu, membaca memiliki selaksa makna dan fungsi yang sangat banyak. Mereka yang memiliki kemampuan membaca dengan baik dan kemudian menjadikan membaca sebagai sebuah kegiatan rutin dalam kehidupan sehari-hari akan dapat memetik banyak manfaat. Membaca tidak hanya membuat seseorang memperoleh informasi saja dari apa yang dibacanya, tetapi juga dapat meraih beragam manfaat lainnya.
Oleh karena itu, siapa pun (hampir) pasti sepakat bahwa membaca memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan ini. Rasanya tidak ada, atau kalau pun ada jumlahnya saya kira sangat sedikit, yang menolak terhadap pernyataan ini. Aneh juga jika ada orang yang menolak akan arti dan makna penting membaca. Kemampuan membaca sesungguhnya adalah sebuah tolok ukur peradaban. Maka, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa masyarakat yang tidak memiliki kemampuan membaca merupakan masyarakat yang belum berperaban.
Orang memiliki banyak alasan untuk melakukan aktivitas membaca. Coba Anda cermati pada anak-anak sekolah. Mereka setiap hari menerima pelajaran. Beragam mata pelajaran harus mereka telaah. Hal ini mengharuskan mereka untuk membaca buku pelajaran setiap hari. Mereka yang membaca dengan rajin dan tekun tentu akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang mendalam. Sementara anak-anak sekolah yang tidak pernah membaca, mereka tentu akan berbeda kondisinya dengan yang rajin membaca. Jadi, membaca bagi anak sekolah merupakan sarana yang ampuh untuk menjadi siswa yang unggul dan berkualitas. Sementara anak sekolah yang tidak pernah mau menekuni buku-buku pelajarannya, sudah hampir pasti mereka akan menjadi siswa dengan wawasan yang kurang luas dan mendalam. Dengan demikian jelas bahwa bagi anak sekolah, membaca merupakan salah satu cara untuk menguasai mata pelajaran dengan baik. Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.