oleh Ngainun Naim
Semakin banyaknya artis yang bercerai setelah merajut
jalinan rumah tangga puluhan tahun, sebagaimana catatan saya sebelumnya, Musim Cerai, menjadikan banyak orang
terhenyak. Sebenarnya meningkatnya perceraian tidak hanya terjadi di kalangan
artis. Nyaris semua profesi menunjukkan tren yang sama: perceraian yang
meningkat.
Menjalin relasi antara dua orang dengan segenap perbedaan
memang tidak mudah. Menulis tentang keluarga harmonis juga jauh lebih mudah
daripada mewujudkan pada tataran nyata. Karena itu, kalau ada keluarga yang
telah membangun jalinan kebersamaan selama puluhan tahun lalu jalinan itu
retak, tampaknya lebih disebabkan karena sulitnya dicari titik temu.
Keluarga harmonis sesungguhnya menjadi mimpi semua orang.
Mustahil ada orang yang tidak menginginkannya. Tetapi mewujudkannya juga bukan
hal yang sederhana dan mudah. Dibutuhkan perjuangan, membangun pemahaman, dan
kemauan untuk saling memahami satu sama lain.
Dalam kerangka inilah, saya selalu berdoa agar jalinan
keluarga yang saya bina selalu dalam keharmonisan. Saya berharap Allah
memberikan rahmat-Nya agar kami diberi kekuatan untuk selalu dalam rahmat dan
keberkahan-Nya.
Inspirasi Andre Wongso
Pelajaran hidup itu bisa diperoleh dari mana saja.
Demikian juga dengan bagaimana membangun cinta yang abadi.
Selasa siang, 21 Mei lalu, saya sedang berselancar di
dunia maya. Saya mendapatkan banyak hal. Salah satunya adalah tulisan menarik
Motivator Nasional, Andre Wongso. Tulisan tersebut berkisah mengenai bagaimana
membangun cinta. Coba Anda simak tulisan Andre Wongso yang saya kutip berikut
ini:
Dikisahkan, di
sebuah keluarga besar, ada sepasang kakek yang tampak serasi dan selalu
harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, para cucu bertanya
mendatangi mereka berdua.
“Kakek, nenek...., tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara mempertahankan cinta selama ini, agar kami yang masih muda ini bisa belajar,” kata seorang cucu.
Mendengar itu,
sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyuman mengasihi
yang begitu kentara menyelimuti di antara mereka. “Nenek yang akan
bercerita dan menjawab pertanyaan kalian,” kata kakek.
Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai. “Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik”.
“Suatu hari, kami
berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul
‘Bagaimana Memperkuat Tali Pernikahan’. Di situ dituliskan, masing-masing dari
kita sebaiknya mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian,
dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan
bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang
tidak disukai.
Esoknya, selesai sarapan, Nenek memulai lebih dulu membacakan daftar ‘dosa’ kakekmu sepanjang kurang-lebih tiga halaman. Pikir-pikir, ternyata banyak juga ya dan herannya lagi, segitu banyak yang tidak disukai tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini,” kata nenek sambil tertawa sekaligus mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.
Lalu lanjut nenek,
“Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan! Dan Sekarang giliran kakekmu
yang lanjut bercerita”.
Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan, “Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetap kosong. Kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek.”
Nenek segera melanjutkan, “Nenek
sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu,
tidak ada masalah atau sesuatu apapun yang cukup besar yang dapat menyebabkan
kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua”.
Saya membaca kisah yang ditulis oleh Andre
Wongso tersebut dengan penuh minat. Luar biasa! Saya menemukan butiran hikmah
tak terduga. Subhanallah! Seandainya saya bisa semacam itu, saya akan mampu
membangun keluarga yang harmonis dan penuh cinta. Saya berdoa agar keluarga yang saya bangun dapat abadi dan bisa
menginspirasi. Semoga!
[Kampus STAIN, Selasa, 21 Mei 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.