Rabu, 22 Mei 2013

HADIAH DARI GURU


Oleh Ngainun Naim


Mimpi bisa menulis sudah mulai tumbuh pada diri saya saat duduk di bangku MTsN. Tahun 1988 saya diterima sebagai murid MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung. Di sekolah inilah mimpi-mimpi masa depan saya mulai terbangun.
Figur penting yang memantik keinginan menulis itu adalah seorang guru bahasa Inggris. Saat itu, beliau masih sangat muda. Usianya berkisar 28 tahun. Orangnya tinggi besar. Kalau mengajar enak sekali. Saya saat itu merasakan bahwa belajar bahasa Inggris itu menyenangkan.
Aspek yang mendorong saya ingin bisa menulis adalah beliau itu seorang penulis. Saya tahu dari Majalah Mimbar Pembangunan Agama (MPA) yang merupakan majalah Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) Provinsi Jawa Timur. Bapak saya seorang guru Depag sehingga setiap bulan beliau mendapatkan majalah tersebut. Di majalah ini, saya lihat beberapa kali beliau menulis artikel. Selain itu, saya juga menemukan artikel beliau di majalah AULA dan majalah berbahasa Jawa, Jaya Baya.
Melihat beliau pandai menulis artikel, mimpi untuk bisa menulis tumbuh dalam diri saya. Saya amati aktivitas beliau. Di kelas atau di sela-sela istirahat, tangan beliau tidak lepas dari buku. Membaca dan terus membaca menjadi aktivitas yang membuat saya terpesona.
Apa yang beliau lakukan menginspirasi saya, walaupun saya belum tahu apa yang harus saya lakukan agar bisa menulis. Tetapi kekaguman itu harus saya katakan dengan jujur telah membuka mata saya akan dunia menulis. Satu yang saya amati: kalau ingin menjadi penulis, jalan yang terpenting adalah banyak membaca.
Maka, saya pun mulai belajar menyukai membaca. Tetapi ternyata tidak mudah untuk menyukai aktivitas membaca. Saya cepat ngantuk saat membaca. Dan lagi, bahan bacaan tidak mudah saya temukan.
Kini, lebih dari 20 tahun kemudian, saya merasakan betul dampak dari inspirasi yang diberikan oleh guru bahasa Inggris saya, Bapak Drs. Muhammad Amrullah. Beliau kini menjadi Kepala MIN Jeli Karangrejo. Komunikasi dengan beliau sampai sekarang masih terus berlangsung secara intensif. Salah satu faktornya karena kami sekarang sama-sama mengajar di STAI Diponegoro Tulungagung.
Beberapa minggu lalu beliau SMS saya untuk bertemu. Beliau memberitahukan bahwa seri ke-2 dan ke-3 dari buku beliau yang berjudul Kawruh Islam telah terbit dan ingin menghadiahkannya kepada saya. Tentu saja, saya menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Dan jumat sore, tanggal 17 Mei saat rapat di STAI Diponegoro, kami bertemu. Beliau dengan penuh semangat menghadiahkan buku karyanya. Saya pun memberikan kepada beliau buku terbaru saya, The Power of Reading. Sayang, karena waktu yang mepet, kami tidak bisa berbincang sampai puas. Tetapi satu hal yang harus saya ucapkan; terima kasih tak terkita kepada Pak Muhammad Amrullah yang karena inspirasinya saya menyukai membaca dan menulis. Semoga beliau selalu dikarunia kesehatan dan keberkahan agar selalu memberikan inspirasinya buat para generasi muda. Salam. Trenggalek, 21/5/2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.