Rabu, 15 Mei 2013

GURU, IKHLAS, DAN DOA


Oleh Ngainun Naim


Minggu tanggal 12 Mei kemarin, saya berada di Nganjuk atas undangan teman-teman di sana. Salah satu acara yang saya hadiri adalah bedah buku saya, Menjadi Guru Inspiratif. Acara yang dilaksanakan di Aula Pondok Pesantren Sunan Ampel Singkal Anyar, Prambon, Nganjuk tersebut diorganisir oleh teman-teman Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Nganjuk.
Bagi saya, diundang di sebuah forum semacam ini merupakan sebuah kehormatan. Saya selalu berusaha menggali nilai dan manfaat dari setiap momentum yang saya jalani. Demikian juga pada acara ini. Sebelum acara dimulai, saya berbincang hangat dengan M. Ali Ahwar yang merupakan Ketua Umum ISNU Nganjuk, Afif sebagai sekretaris ISNU, dan tuan rumah sekaligus Kepala Madrasah Aliyah Sunan Ampel, M. Khorul Anwar. Ada banyak pengetahuan, ilmu, dan juga nilai-nilai hidup yang saya peroleh dari perbincangan nonformal di ruang kepala sekolah tersebut.
Saat presentasi, saya berusaha memberikan pengetahuan yang saya miliki sebaik mungkin. Saya berharap para peserta mendapatkan nilai lebih setelah mengikuti paparan saya. Soal hasilnya seperti apa, semuanya saya pasrahkan kepada Allah.
Diskusi pasca paparan saya berlangsung dengan hangat. Saya mendapatkan banyak wawasan dan pengetahuan dari komentar dan juga pertanyaan para peserta. Seorang peserta yang memperkenalkan diri dengan nama Abdan memberikan banyak pencerahan. Misalnya, ia berpendapat bahwa media pembelajaran itu penting, metode mengajar juga penting, sarana prasarana juga penting. Tetapi ia melihat bahwa sekarang ini, segala hal yang mendukung keberhasilan pembelajaran tersebut telah kehilangan dimensi spiritualitas. Akibatnya, semakin maju dunia pendidikan tidak membuat kehidupan sekarang ini semakin menentramkan. ”Banyak orang semakin pinter, tetapi tidak bener”, kata Ustadz Abdan.
Lebih lanjut beliau memaparkan tentang bagaimana pendidikan di pesantren yang sarananya terbatas, metode tidak menarik, strategi yang monoton, tetapi dalam realitasnya mampu menghasilkan anak didik yang terbukti cukup memberikan manfaat terhadap masyarakat. ”Guru harus ikhlas mengajar,” kata beliau.
Beliau juga mengkritisi semakin menipisnya spirit ikhlas di kalangan guru. Guru sekarang tampaknya lebih berorientasi pada aspek material. Bukan berarti aspek materi tidak penting, tetapi menjadikan materi sebagai orientasi menjadikan guru mengajar hanya semata-mata untuk memenuhi tugas pokok. Sementara dimensi yang lebih luas dari itu kurang mendapatkan perhatian.
Seorang peserta lainnya menambahkan satu kunci sukses mengajar, yaitu doa. Doa itu memiliki energi besar bagi keberhasilan siswa dalam kehidupannya, baik ketika sekolah maupun dalam kehidupannya kelak setelah tamat. Karena itu, guru yang ikhlas mengajar akan dengan penuh ketulusan selalu mendoakan para siswanya agar mereka dapat menjalani kehidupan dalam keberkahan dan rahmat-Nya. 
Sore itu, ketika di antar Mas Anwar ke terminal, saya merasakan kelegaan luar biasa. Minggu itu menjadi hari penuh berkah karena telah berbagi dengan teman-teman di Nganjuk dan juga menyerap banyak ilmu dari kawan-kawan. Terima kasih kepada mereka semua atas kesediannya untuk berbagi. Semoga kita selalu dalam rahmat dan keberkahan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.