Oleh Ngainun Naim
Minggu tanggal
12 Mei kemarin, saya berada di Nganjuk atas undangan teman-teman di sana. Salah
satu acara yang saya hadiri adalah bedah buku saya, Menjadi Guru Inspiratif. Acara yang dilaksanakan di Aula Pondok
Pesantren Sunan Ampel Singkal Anyar, Prambon, Nganjuk tersebut diorganisir oleh
teman-teman Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Nganjuk.
Bagi saya,
diundang di sebuah forum semacam ini merupakan sebuah kehormatan. Saya selalu
berusaha menggali nilai dan manfaat dari setiap momentum yang saya jalani. Demikian
juga pada acara ini. Sebelum acara dimulai, saya berbincang hangat dengan M.
Ali Ahwar yang merupakan Ketua Umum ISNU Nganjuk, Afif sebagai sekretaris ISNU,
dan tuan rumah sekaligus Kepala Madrasah Aliyah Sunan Ampel, M. Khorul Anwar.
Ada banyak pengetahuan, ilmu, dan juga nilai-nilai hidup yang saya peroleh dari
perbincangan nonformal di ruang kepala sekolah tersebut.
Saat presentasi,
saya berusaha memberikan pengetahuan yang saya miliki sebaik mungkin. Saya
berharap para peserta mendapatkan nilai lebih setelah mengikuti paparan saya.
Soal hasilnya seperti apa, semuanya saya pasrahkan kepada Allah.
Diskusi pasca
paparan saya berlangsung dengan hangat. Saya mendapatkan banyak wawasan dan
pengetahuan dari komentar dan juga pertanyaan para peserta. Seorang peserta
yang memperkenalkan diri dengan nama Abdan memberikan banyak pencerahan.
Misalnya, ia berpendapat bahwa media pembelajaran itu penting, metode mengajar
juga penting, sarana prasarana juga penting. Tetapi ia melihat bahwa sekarang
ini, segala hal yang mendukung keberhasilan pembelajaran tersebut telah
kehilangan dimensi spiritualitas. Akibatnya, semakin maju dunia pendidikan
tidak membuat kehidupan sekarang ini semakin menentramkan. ”Banyak orang
semakin pinter, tetapi tidak bener”, kata Ustadz Abdan.
Lebih lanjut
beliau memaparkan tentang bagaimana pendidikan di pesantren yang sarananya
terbatas, metode tidak menarik, strategi yang monoton, tetapi dalam realitasnya
mampu menghasilkan anak didik yang terbukti cukup memberikan manfaat terhadap
masyarakat. ”Guru harus ikhlas mengajar,” kata beliau.
Beliau juga
mengkritisi semakin menipisnya spirit ikhlas di kalangan guru. Guru sekarang
tampaknya lebih berorientasi pada aspek material. Bukan berarti aspek materi
tidak penting, tetapi menjadikan materi sebagai orientasi menjadikan guru
mengajar hanya semata-mata untuk memenuhi tugas pokok. Sementara dimensi yang
lebih luas dari itu kurang mendapatkan perhatian.
Seorang peserta
lainnya menambahkan satu kunci sukses mengajar, yaitu doa. Doa itu memiliki
energi besar bagi keberhasilan siswa dalam kehidupannya, baik ketika sekolah
maupun dalam kehidupannya kelak setelah tamat. Karena itu, guru yang ikhlas
mengajar akan dengan penuh ketulusan selalu mendoakan para siswanya agar mereka
dapat menjalani kehidupan dalam keberkahan dan rahmat-Nya.
Sore itu, ketika di antar Mas Anwar ke terminal, saya
merasakan kelegaan luar biasa. Minggu itu menjadi hari penuh berkah karena
telah berbagi dengan teman-teman di Nganjuk dan juga menyerap banyak ilmu dari
kawan-kawan. Terima kasih kepada mereka semua atas kesediannya untuk berbagi.
Semoga kita selalu dalam rahmat dan keberkahan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.