Seorang kolega
pengajar di STAIN Tulungagung pernah bilang kepada saya bahwa kalau membuat
status di FB itu jangan terlalu serius, karena akan ”miskin” komentar. Jamaah
dunia FB berbeda dengan jamaah kampus yang biasanya bisa dipaksa untuk diajak
berpikir (agak) serius. Status yang berat biasanya hanya akan di ”like” saja.
Saya paham dan
memaklumi pendapatnya, tetapi sejauh yang saya amati, para aktivis FB ternyata
ada juga yang serius. Status dan catatan yang mereka buat juga filosofis dan
motivatif. Beberapa dari mereka memang sepertinya berniat untuk memberikan
”warna lain ” di jagad maya ini.
Kalau Anda membaca
judul catatan ini, bukan berarti saya termasuk bagian dari mereka yang serius atau filosofis. Judul ini memang berbahasa Inggris, tetapi saya
menemukan judul ini secara kebetulan. Isi artikel ini pun berbahasa Indonesia. Hal semacam ini sama
dengan buku saya yang judulnya berbahasa Inggris, The Power of Reading, tetapi
isinya berbahasa Indonesia. Biar gaya atau apalah, terserah. Sebab saya
berpegang pada pendapat yang menyatakan bahwa tugas penulis itu ya menulis,
sementara tugas mengkritik, mengapresiasi, dan sebagainya itu tugas pembaca.
Soal tulisan yang
serius, saya menyadari tempatnya bukan di halaman catatan FB atau blog. Saya menumpahkan
model tulisan serius di beberapa jurnal kampus. Jadi, yang lebih penting adalah
menulisnya dan membaginya. Siapa tahu ada yang dapat memetik manfaat. Jika
memang ada, semoga itu menjadi pahala yang memberikan kemanfaatan dalam
kehidupan saya dan keluarga. Amin.
Judul ini saya peroleh
pada malam hari 3 Maret 2013. Sepulang
pengajian yang sudah lebih dari jam sepuluh malam, saya tidak langsung tidur.
Iseng-iseng saya menyalakan TV. Sesungguhnya saya berusaha menghindari menonton
acara televisi yang menurut saya kurang mencerdaskan. Saya hanya menonton
beberapa acara yang menurut saya memberikan manfaat. Nah, tiba-tiba channel
saya menemukan Mario Teguh, The Golden Ways.
Saya sendiri bukan
penggemar fanatik Mario Teguh. Hanya jika kebetulan menonton TV dan ada
acaranya, saya menyimaknya. Itupun dengan catatan, jika anak saya tidak protes.
Sebab dia biasanya tidak setuju dengan acara yang saya tonton.
Malam itu Mario
Teguh membawakan tema seperti judul artikel ini, Less is More. Saya
sesungguhnya hanya menonton sekitar sepuluh menit saja yang tersisa. Seperti
biasa, saya segera mengambil notes dan
mencatat beberapa hal penting yang saya peroleh. Beberapa hal yang saya dapat
tangkap adalah: pertama, kecintaan
itu menjadi kunci sukses dalam melakukan hal apapun. ”Anda tidak bisa hebat di
satu bidang tanpa mencintainya”, kata Mario Teguh. Dengan cerdik dia membangun
argumentasi mengenai pendapatnya ini. Menurutnya, orang kalau melakukan sesuatu
dilandasi dengan cinta, ia akan fokus karena tidak ada rasa malas atau bosan.
Cinta menjadi energi yang membuka peluang untuk bisa melakukan berbagai hal
dengan sukses.
Kedua, pekerjaan yang baik itu
memiliki tiga kriteria; (1) Anda menjadi ahli dalam bidang itu; (2) Anda
menjalankan pekerjaan tersebut dengan penuh kecintaan; dan (3) Anda dibayar
dengan baik.
Ketiga, penghalang terbesar untuk
melakukan sesuatu itu adalah TAKUT. Berani mencoba sesungguhnya langkah penting
untuk membangun kesuksesan. Hal ini senada dengan pendapat Prof. Dr. Imam
Suprayogo, Rektor UIN Maliki Malang. Beliau berpendapat bahwa jika Anda membuat
sebuah proposal, maka Anda akan memiliki peluang berhasil dan gagal. Tetapi
jika Anda tidak membuat proposal, Anda sudah gagal.
Keempat, rasa berani itu adalah
pertanda iman. Dan iman itu juga akan diikuti dengan keikhlasan.
Kelima, kebaikan hati adalah sumber
dan sebab dari segala kebaikan dalam hidup kita.
Mungkin Anda bertanya;
dimana relevansinya dengan judul tulisan ini? Jujur, saya tidak mendapatkan
jawabannya dalam acara Mario Teguh semalam. Tetapi jika bisa dibuat kira-kira,
ya kekurangan itu sesungguhnya dapat menjadi kelebihan jika kita menyadari dan
memberdayakan diri kita. Saya kira itu. Soal alasan yang lainnya, Anda dapat
membuat tafsir yang jauh lebih luas dan lebih cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.