Saya ingin melanjutkan
tulisan yang sempat terputus dengan tulisan lain kemarin, Membangun Tradisi Membaca. Lebih lanjut Kiai Hasyim Muzadi
menyatakan bahwa orang China jarang yang gemuk, padahal makannya banyak. Mereka
bisa langsing karena sering jalan kaki dan berolahraga. Kiai Hasyim menyebut
China sebagai ”bangsa aneh”. Disebut begitu karena—salah satunya—mereka lebih
mendahulukan bekerja daripada makan. Jumlah yang dimakan harus di bawah hasil
kerja. Sebenarnya makannya orang China itu banyak, akan tetapi karena mereka
berolahraga terus, maka jarang yang gemuk.
Ketiga, proyektif. Bangsa China itu
pekerja keras dan pekerja cerdas. Kalau
ayahnya jualan kacang buntelan, maka
pada saat anaknya nanti, usahanya sudah jadi pabrik kacang. Mereka berusaha
memproyeksikan masa depannya secara cermat. Dengan menyindir, Kiai Hasyim
mengatakan, ”Orang Barat memang heba
dalam hal penelitian dan penemuan. Adapun masalah berdagang dan mencari rejeki,
jagonya orang China. Kalau makan tapi tidak kerja, jagonya orang Indonesia”.
Keempat, banyak kerja, sedikit bicara.
Ini beda dengan orang Indonesia—tentu saya juga termasuk di dalamnya—yang kalau
berbincang-bincang bisa sampai empat jam dengan menghabiskan bergelas-gelas
kopi.
Karena itulah, setelah
menyimak berbagai pelajaran penting yang diutarakan tersebut, Kiai Hasyim
menganjurkan agar generasi muda untuk jangan memubadzirkan waktu demi
menegakkan etos kerja dan berusaha berprestasi lebih tinggi daripada yang kita
butuhkan. Cara semacam inilah yang akan membuat kita bisa maju dan lebih
berkembang.
Pada bagian akhir
tulisan, Kiai Hasyim mengajarkan bahwa perintah melihat bangsa China adalah
bagian dari Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang mukmin.
Kalau hikmah itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah milik kita.
Jangan karena tidak Islam, lalu kita musuhi.
Tidak semua orang
China sebaik yang diuraikan Kiai Hasyim. Tetapi adanya nilai-nilai positif yang
mengantarkan kemajuan mereka adalah hikmah yang harus kita petik. Prinsipnya,
nilai-nilai kebaikan yang ada pada mereka kita ambil, sementara yang tidak baik
kita tinggalkan. Semoga kita bisa mengambil hikmah untuk kemajuan hidup kita.
Salam! [Parakan Trenggalek, Minggu,
14/4/2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.