Selasa, 16 April 2013

BELAJAR DARI KESUKSESAN CHINA (BAGIAN PERTAMA)


China kini sedang ’merajai’ dunia dalam bidang ekonomi. Kemajuan yang dicapai China ini tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang saling mendukung sehingga memungkinkan negeri Tirai Bambu tersebut semakin melaju dalam kompetisi dunia.
Saya sesungguhnya bukan peminat kajian tentang China. Tetapi jika ada informasi menarik mengenai kemajuan dan bermanfaat, saya kira membaginya kepada Anda sekalian bukan suatu hal yang salah. Sebagaimana pernah saya tulis sebelumnya, ruang catatan FB saya ini tidak berisi hal serius yang memaksa Anda mengernyitkan dahi. Silahkan Anda menilai tulisan saya tidak ilmiah. Itu hak Anda. Tetapi saya berharap, tulisan-tulisan saya bermanfaat. Itu saja.
Soal ilmiah, saya jadi ingat tulisan Jalaluddin Rakhmat. Semakin sulit dipahami sebuah tulisan, kata Kang Jalal, kesannya semakin ilmiah. Sehingga seolah ciri ilmiah adalah sulit dipahami. Jika Anda tidak paham terhadap tulisan saya, berarti tulisan saya ilmiah. Pendapat semacam ini, kata Jalaluddin Rakhmat, merupakan pendapat yang kurang tepat. Sebab sangat mungkin tulisan yang sulit dipahami itu justru dibuat penulisnya untuk membangun kesan ilmiah. Padahal, sangat mungkin penulisnya sendiri kurang paham juga dengan topik yang dimaksud. Justru kalau tulisan ilmiah mengenai persoalan rumit kok dapat dibaca dengan mudah, itu menunjukkan bahwa penulisnya telah berusaha keras dalam menerjemahkan ke dalam bahasa tulis.
Terlepas dari soal ilmiah dan tidak ilmiah, saya menemukan sebuah artikel menarik terkait China ini dari Majalah AULA terbitan PWNU Jawa Timur. Pada edisi Maret 2013, di rubrik Wawasan, ada sebuah tulisan yang berjudul ”Mari Belajar Gaya Hidup Bangsa China”, oleh K.H. A. Hasyim Muzadi. Menurut saya, ini bukan artikel, tetapi transkip ceramah beliau setelah mengunjungi negeri tersebut. Saya membaca tulisan di rubrik ini sampai beberapa kali. Saya menemukan semacam ’energi’ yang memaksa saya untuk merefleksikan ulang kehidupan saya pribadi dan juga masyarakat Indonesia umumnya. Ada banyak pelajaran berharga yang dapat saya petik dari tulisan tersebut.
Secara sederhana, saya menemukan beberapa kunci sukses yang diuraikan oleh Kiai Hasyim Muzadi. Pertama, kerja keras. Pada halaman 25, Kiai Hasyim mengatakan bahwa China merupakan sebuah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu bekerja 11 jam, padahal kita saja bekerja 8 jam sehari sudah berat.  Namun mereka bukan hanya pekerja keras, tetapi juga pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh bangsa China. Ini menunjukkan kecerdasan China dalam meraih peminat barang-barang yang diproduksi.
Kedua, sederhana. Bangsa China tidak suka hidup mewah. Mereka bangsa yang menyukai hidup sederhana karena mereka mempunyai budaya yang mengacu kepada filsafat Konghucu. Kesederhanaan itu tercermin pada bagaimana bangsa China tidak pernah menghabiskan uang yang melebihi penghasilannya. Kalau penghasilannya Rp. 50.000 sehari, maka dia harus menyisakannya untuk ditabung.
Manifestasi kesederhana ini terdapat pada berbagai dimensi kehidupan yang lainnya. Mereka bisa bikin mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Sebagaimana disaksikan Kiai Hasyim saat di Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya kurang dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM, mereka memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, mereka memilih naik bus. Kalau sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu lebih hemat, lebih sehat, lebih selamat, dan anti-polusi. Bersambung [Tulungagung, 12/4/2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.