China kini sedang
’merajai’ dunia dalam bidang ekonomi. Kemajuan yang dicapai China ini tidak
terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang saling mendukung sehingga
memungkinkan negeri Tirai Bambu tersebut semakin melaju dalam kompetisi dunia.
Saya sesungguhnya
bukan peminat kajian tentang China. Tetapi jika ada informasi menarik mengenai
kemajuan dan bermanfaat, saya kira membaginya kepada Anda sekalian bukan suatu
hal yang salah. Sebagaimana pernah saya tulis sebelumnya, ruang catatan FB saya
ini tidak berisi hal serius yang memaksa Anda mengernyitkan dahi. Silahkan Anda
menilai tulisan saya tidak ilmiah. Itu hak Anda. Tetapi saya berharap,
tulisan-tulisan saya bermanfaat. Itu saja.
Soal ilmiah, saya jadi
ingat tulisan Jalaluddin Rakhmat. Semakin sulit dipahami sebuah tulisan, kata
Kang Jalal, kesannya semakin ilmiah. Sehingga seolah ciri ilmiah adalah sulit
dipahami. Jika Anda tidak paham terhadap tulisan saya, berarti tulisan saya
ilmiah. Pendapat semacam ini, kata Jalaluddin Rakhmat, merupakan pendapat yang
kurang tepat. Sebab sangat mungkin tulisan yang sulit dipahami itu justru dibuat
penulisnya untuk membangun kesan ilmiah. Padahal, sangat mungkin penulisnya
sendiri kurang paham juga dengan topik yang dimaksud. Justru kalau tulisan
ilmiah mengenai persoalan rumit kok dapat
dibaca dengan mudah, itu menunjukkan bahwa penulisnya telah berusaha keras
dalam menerjemahkan ke dalam bahasa tulis.
Terlepas dari soal
ilmiah dan tidak ilmiah, saya menemukan sebuah artikel menarik terkait China
ini dari Majalah AULA terbitan PWNU
Jawa Timur. Pada edisi Maret 2013, di rubrik Wawasan, ada sebuah tulisan yang
berjudul ”Mari Belajar Gaya Hidup Bangsa China”, oleh K.H. A. Hasyim Muzadi.
Menurut saya, ini bukan artikel, tetapi transkip ceramah beliau setelah
mengunjungi negeri tersebut. Saya membaca tulisan di rubrik ini sampai beberapa
kali. Saya menemukan semacam ’energi’ yang memaksa saya untuk merefleksikan
ulang kehidupan saya pribadi dan juga masyarakat Indonesia umumnya. Ada banyak
pelajaran berharga yang dapat saya petik dari tulisan tersebut.
Secara sederhana, saya
menemukan beberapa kunci sukses yang diuraikan oleh Kiai Hasyim Muzadi. Pertama, kerja keras. Pada halaman 25,
Kiai Hasyim mengatakan bahwa China merupakan sebuah bangsa yang mempunyai etos
kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu bekerja 11
jam, padahal kita saja bekerja 8 jam sehari sudah berat. Namun mereka bukan hanya pekerja keras,
tetapi juga pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia
ini yang tidak ditiru oleh bangsa China. Ini menunjukkan kecerdasan China dalam
meraih peminat barang-barang yang diproduksi.
Kedua, sederhana. Bangsa China tidak
suka hidup mewah. Mereka bangsa yang menyukai hidup sederhana karena mereka
mempunyai budaya yang mengacu kepada filsafat Konghucu. Kesederhanaan itu
tercermin pada bagaimana bangsa China tidak pernah menghabiskan uang yang
melebihi penghasilannya. Kalau penghasilannya Rp. 50.000 sehari, maka dia harus
menyisakannya untuk ditabung.
Manifestasi
kesederhana ini terdapat pada berbagai dimensi kehidupan yang lainnya. Mereka
bisa bikin mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley
Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Sebagaimana
disaksikan Kiai Hasyim saat di Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya
kurang dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM, mereka
memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, mereka memilih naik bus. Kalau
sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang dipakai, karena
mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan
mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu lebih hemat, lebih sehat,
lebih selamat, dan anti-polusi. Bersambung
[Tulungagung, 12/4/2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.