Selasa, 16 April 2013

GENERASI BERPRESTASI


Oleh Ngainun Naim

Satu titik pembeda antara negara maju dengan negara Indonesia adalah perspektif. Perspektif ini menentukan cara pandang dan sikap masyarakat dalam menghadapi setiap persoalan.
Saya ingin mengambil satu contoh, yaitu Jepang. Sama seperti Indonesia, Jepang juga sering menghadapi bencana tsunami. Tetapi perspektif pemberitaan yang dikembangkan jauh berbeda. Jika Anda mencermati bagaimana Jepang mempublikasikan bencana tsunami, Anda akan menemukan berita mengenai bagaimana korban bencana rela antri secara tertib menerima bantuan, bagaimana puing-puing bekas bencana segera dibersihkan, dan tidak sampai satu minggu jalan-jalan rusak sudah diaspal kembali. Sementara di Indonesia yang diberitakan justru bagaimana mayat-mayat bergelimpangan, korban-korban yang tidak tertangani secara baik, dan bantuan yang disunat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Perbandingan ini sesungguhnya bermuara pada perspektif. Jika perspektif positif dan optimis yang selalu disebarluaskan kepada masyarakat, maka di masyarakat juga akan tumbuh spirit untuk maju. Sayangnya, hal semacam ini kurang mendapatkan apresiasi dari media. Media lebih suka mengangkat hal-hal yang justru menimbulkan keriuhan, perdebatan, dan bombastis.
Pada kondisi semacam ini, saya cukup apresiatif ketika media memberitakan hal-hal yang bersifat positif. Misalnya tentang orang-orang berprestasi, kreativitas di masyarakat, temuan-temuan baru, dan tulisan-tulisan yang membangkitkan optimisme.
Salah satu berita yang saya baca dengan penuh apresiasi adalah berita mengenai seorang siswi SMPN 1 Tulungagung. Berita dengan judul ”Kiat Debita Istifada Divaningrum, Siswi SMPN 1 Tulungagung Raih Segudang Prestasi Belajar Disiplin-Mandiri dan Banyak Teman” tersebut dimuat di Harian Radar Tulungagung edisi 20 Februari 2013. Dalam berita, atau lebih tepatnya feature tersebut wartawan Harian Radar Tulungagung yang menulisnya menyatakan bahwa tidak mudah menemui siswa berprestasi tersebut, sebab baginya waktu begitu sangat berharga. Ia lebih mengutamakan kedisiplinan waktu. ”Kedisiplinan sangat penting karena dengan disiplin maka hidup kita akan teratur”. Pelajar yang disiplin mudah untuk meraih prestasi.
Kedisiplinan yang telah menjadi bagian dari kehidupan Diva tersebut membawa hasil yang positif. Berbagai prestasi telah diraihnya. Ia juara menari, menyanyi, olimpiade bahasa Inggris tingkat provinsi, dan di bangku sekolah selalu rangking lima besar.
Disiplin saja tidak cukup untuk mengantarkannya menjadi siswa yang berprestasi. Selain disiplin, ia juga mengutamakan belajar mandiri. ”Bahasa Inggris saya lancar ketika saya belajar otodidak”.
Siswa yang berprestasi tidak selalu sukses dalam meraih prestasi. Kegagalan seringkali ia alami. Tetapi aspek yang membedakannya dengan siswa yang tidak atau kurang berprestasi adalah semangatnya. Siswa berprestasi, dengan segenap modal yang dimilikinya, selalu bangkit dari kegagalan. ”Jadikan juga kegagalan sebagai awal kesuksesan”, kata Diva.
Diva adalah satu contoh mengenai siswa yang berprestasi. Contoh lainnya adalah Andi Dwi Putra. Profilnya dimuat di Harian Jawa Pos edisi Kamis, 7 Maret 2013. Di halaman bawah Jawa Pos diberi judul ”Ciptakan Tujuh Inovasi sejak Kelas III SMA”. Andi Dwi Putra merupakan generasi muda sarat prestasi. Ia telah menyabet Nobel Inventor Order of Merit dalam 1st World Inventor Award Festival (WIAF) 2012 di Korea Selatan. Penganugerahannya dilakukan pada 15 Desember 2012.
WIAF merupakan ajang untuk menjaring orang-orang kreatif dan inovatif. Penghargaan kategori nobel itu diperebutkan oleh mereka yang memiliki track record gemilang dengan berbagai karya inovasi secara konsisten. Andi layak mendapatkan penghargaan tersebut karena karya-karyanya yang dibikin sejak SMA itu memang paling baik. Menurut pengakuannya, sejak kelas III SMA, ia sudah memiliki tujuh inovasi.
Lewat penghargaan tersebut, Andi ingin menyampaikan pesan kepada dunia internasional bahwa masyarakat Indonesia tersebut tidak hanya suka memakai karya orang lain. Masyarakat kini mau memeras otak untuk menelurkan karya-karya inovasi.
Salah satu inovasinya adalah penelitian tentang ginseng jawa atau som jawa (Talinum paniculatom) untuk jamu peningkat libido tikus jantan. Penelitian ini dianggap Andi sebagai yang mengesankan karena membutuhkan waktu lumayan lama. Yakni, mulai menjelang lulus SMA hingga masuk kuliah. Penelitian pemuda kelahiran 6 Mei 1991 ini juga telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai runner-up dalam ajang Altech Young Scientist tingkat Asia Pasifik di Amerika pada 2012. Inovasi ini, menurut Andi, juga bisa diterapkan untuk meningkatkan libido pada manusia.
Di luar kedua anak muda tersebut, masih banyak bibit-bibit muda penuh prestasi. Mereka menjadi warna lain yang menawarkan optimisme di tengah iklim kehidupan sekarang ini yang banyak diwarnai oleh kompleksitas persoalan yang seolah tidak ada ujungnya. Spirit positif memang harus terus-menerus disuarakan dan disosialisasikan secara luas agar kehidupan yang lebih baik selalu berpihak kepada masyarakat Indonesia. Belajar dari pengalaman Jepang, seyogyanya media lebih banyak menampilkan aspek positif dan optimis demi kemajuan masyarakat.

Tulungagung, 7/3/2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.