Rabu, 18 Oktober 2023

Belajar, Permainan, dan Pemberdayaan Potensi Siswa

 


Ngainun Naim

 

Salah satu fungsi pendidikan adalah membuka jalan bagi kemajuan kehidupan manusia (Priatna: 2004). Kehidupan itu tidak selalu linier. Ada dinamika yang kompleks. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menemukan jalan untuk menyusuri kehidupan secara baik. Pendidikan memiliki fungsi untuk memberikan modal kepada siswa agar bisa mengarungi kehidupan yang dinamis.

 

Modal yang diperoleh dari bangku pendidikan memberikan potensi pada siswa untuk kemajuan kehidupan. Namun demikian modal ini sifatnya tidak statis. Kemampuan yang dimiliki sekarang sangat mungkin sudah kehilangan relevansi di masa depan. Pada titik inilah diperlukan satu aspek yang mendasar, yakni kemauan dan kemampuan untuk terus belajar sepanjang hidup. Dengan usaha semacam ini, modal akan terus diasah sehingga relevan dengan perkembangan yang ada.

 

Kemauan dan kemampuan untuk terus belajar sepanjang hidup (life-long learning) bukan persoalan sederhana (Sudarminta, dalam Atmadi dan Setiyaningsih: 2000). Tidak semua orang mampu melakukannya. Belajar umumnya diasumsikan hanya berlangsung ketika seseorang duduk di bangku sekolah atau kuliah. Setelah itu sudah tidak ada lagi belajar.

 

Belajar itu sesungguhnya menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan. Manusia yang berhenti belajar akan menjadi “beku”. Ia telah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Padahal realitas terus tumbuh dan berkembang secara dinamis dan kompleks. Berhenti belajar berarti akan membuat seseorang tidak akan lagi memiliki modal yang memadai untuk menghadapi kehidupan yang tengah berjalan.

 

Tradisi belajar juga berkaitan dengan tantangan kehidupan di masa depan. Menurut Hasbullah (2015), kriteria masa depan adalah hiperkompetisi, suksesi revolusi teknologi, dislokasi, dan konflik sosial. Menyimak kriteria semacam itu maka tantangan demi tantangan kehidupan ke depan sungguh tidak mudah. Salah satu cara menghadapinya adalah dengan kreativitas yang tinggi. Kreativitas ini bisa diperoleh dan diasah melalui bangku pendidikan.

 

Pendidikan memang sudah memberikan banyak kontribusi dalam kehidupan. Tanpa adanya pendidikan, sulit dibayangkan bagaimana kehidupan ini akan berjalan. Capaian sekarang ini adalah buah dari pendidikan.

 

Namun demikian jalannya pendidikan secara praktik belum sepenuhnya mampu mewujudkan harapan banyak pihak. Justru di sinilah tantangannya. Pendidikan perlu melakukan berbagai upaya agar idealitas yang diharapkan bisa terwujud.

 

Dunia pendidikan bukan dunia soliter yang terasing, melainkan menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan secara keseluruhan. Relasi antara dunia pendidikan dengan masyarakat sangat erat. Perkembangan yang ada di masyarakat harus menjadi dasar pertimbangan berjalannya dunia pendidikan. Namun demikian dunia pendidikan juga perlu memberikan kontribusi bagi jalannya kehidupan di masyarakat.

 

Para pelaku pendidikan, termasuk guru, kini menghadapi tantangan yang tidak sederhana. Semakin hari tantangannya semakin berat. Jika seorang guru mengabaikan terhadap tantangan yang ada, ia akan kehilangan relevansi eksistensinya. Tentu perubahan tetap harus direspon secara aktif dan kreatif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

 

Inovasi di dunia pendidikan menjadi kebutuhan mendasar. Tanpa inovasi, dunia pendidikan menjadi klasik dan ditinggalkan oleh masyarakat. Salah satu dasar yang penting untuk dipertimbangkan dalam menjalankan inovasi adalah pengalaman. Sebagaimana dinyatakan oleh Hadi (2016), pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat berharga.

 

Pembelajaran yang kaku dan tidak ada inovasi dalam realitasnya kurang efektif. Sejalan dengan perkembangan yang ada, pembelajaran harus menumbuhkan mentalitas proses dalam diri siswa. Di tengah tantangan pragmatisme dan mental jalan pintas, penting bagi guru mengajari proses menjalani pembelajaran dengan sabar. Kegagalan dalam pembelajaran bukan akhir melainkan bagian yang penting untuk segera bangkit dan kembali menjalani proses. Memang tidak mudah dan sederhana karena ini berkaitan dengan mentalitas. Inilah tantangan yang kini harus dihadapi oleh para guru.

 

Belajar itu memang tidak selalu mudah. Hambatan dan tantangan menjadi bagian tidak terpisah dari pembelajaran demi pembelajaran. Para siswa banyak yang bosan ketika menghadapi kesulitan demi kesulitan. Saya kira wajar dan kita memahaminya. Namun demikian, rasa bosan itu menjadi muara ketidakberhasilan (Clear: 2019) dalam bidang apa pun, termasuk dalam pembelajaran.

 

Pada titik inilah pembelajaran yang menyenangkan memiliki peranan signifikan. Permainan dalam pembelajaran sesungguhnya bagian penting dari upaya untuk memberikan hasil pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Hal ini penting dilakukan karena pendidikan Indonesia menghadapi tantangan yang tidak ringan. Salah satunya adalah mutu lulusan yang belum sesuai dengan harapan (Sanaky: 2003).

 

Permainan dalam pembelajaran memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk menimbulkan kegembiraan pada diri siswa dan melatihan keterampilan tertentu. Dua tujuan utama ini saling berkait-kelindan. Keterampilan akan bisa dicapai karena siswa belajar dengan riang gembira.

 

Tulungagung, 16 Oktober 2023

 

Daftar Pustaka

 

Hujair AH. Sanaky. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safira Insania Press, 2003.

J. Sudarminta. “Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga”, dalam A. Atmadi dan Y. Setiyaningsih (eds.). (2000). Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius. 

James Clear, Atomic Habits Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa, terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia, 2019.

Khalilullah, M. (2012). Permainan teka-teki silang sebagai media dalam pembelajaran Bahasa Arab (Mufradat). An-Nida', 37 (1), 15-26.

M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2015. 

Sutrisno Hadi. Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Tedi Priatna. Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

 

2 komentar:

  1. Betul adanya bahwa siswa kurang sabar dalam menghadapi kesulitan dalam proses pembelajaran. Dan teknologi menjadi jalan pintas bagi siswa untk mencapai kemudahan dalam belajar. Ini patut untuk diperhatikan bagi guru. Permainan memungkinkan pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman. Tanpa membebani psikologis siswa akan teori2 yang harus dikuasai🙏

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.